Oleh Phril Huseno
Tentara saja tidak pernah atau amat jarang melakukan hal memalukan seperti dilakukan oleh Kapolres Nagekeo Nusa Tenggara Timur AKBP Yudha Pranata di tengah dialog dengan warga masyarakat. Menancapkan sangkur militer ke tengah meja perundingan dengan warga!
Sepertinya peradaban kita mundur 30 abad ketika hukum rimba berlaku, siapa kuat dia yang menang. Dialog deadlock, sangkur berbicara. Sungguh amat miris melihat rekaman video diatas.
Lembaga Kepolisian yang “diselamatkan” oleh gerakan reformasi 1998 menjadi lembaga otonom berdiri sendiri, bahkan sekarang berada langsung di bawah Presiden, semestinya bersyukur dan kembali takzim pada amanat reformasi 1998. Kasus “Sambo” sudah sedemikian parah, dan agaknya belum dijadikan pelajaran berharga lembaga Kepolisian untuk patuh kembali pada tugas pengayoman dan perlindungan masyarakat. Ada-ada saja muncul berita setelah kasus Sambo, yang kembali membuat masyarakat heran atas tingkah negatif oknum-oknum kepolisian.
Sekesal atau semarah apapun – apalagi berpangkat AKBP – masa kalah dengan kesabaran seorang Kapolsek di Jakarta, amat tenang meski dimaki-maki seseorang (ODGJ?) dengan kalimat sangat kasar seperti banyak beredar di video netizen. Apalagi kasus kemarahan AKBP di atas hanya menyangkut kinerja BPN setempat seperti keterangan media.
Hal-hal di atas kita sadari menjadi tugas berat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam membenahi perilaku aparat di bawahnya. Sikap berani Kapolri dalam membawa kasus Sambo ke ranah hukum, adalah kredit point tersendiri, meski setelah mendapat kritikan keras masyarakat dan kawan kolega menteri antara lain Cak Mahfud. Juga ketegasannya baru-baru ini dalam kasus penganiayaan berat mahasiswa oleh anak seorang AKBP di Medan Sumatera Utara yang kini kontan masuk bui bersama anaknya.
Bulan Mei 2023 besok, adalah peringatan 25 tahun Reformasi 1998. Hari Peringatan itu harus dijadikan momentum bersama untuk kembali mematuhi amanah reformasi 1998. Tentu saja hari peringatan 25 tahun itu tidak boleh hanya diisi seremoni gerak jalan plus pembagian ratusan juta doorprize, tapi juga gerakan penyadaran kepada seluruh insan dan lembaga negara yang mendapatkan keuntungan dari perjuangan berdarah-darah dan merenggut nyawa para mahasiswa dan pelaku reformasi 1998.
_Pril Huseno_