Tuesday, October 15, 2024

Berkunjung ke Masjid Jawa dan Masjid Indonesia di Thailand

Bagian Ke dua

Oleh Azharsyah Ibrahim

 

Tgl 12 Desember 2019 merupakan hari pertama di Thailand yang kami isi dengan mengunjungi Masjid Jawa yang kebetulan terletak sekitar 350 meter dari lokasi kami tinggal. Kegiatan ini memang sudah masuk dalam agenda yang sudah diatur sebelumnya. Kami berangkat ke situ sekitar satu jam sebelum magrib sehingga masih sempat untuk mengabadikan berbagai momen yang kami temui dalam perjalanan.

Untuk sampai ke masjid ini, kami harus melalui jalan-jalan sempit yang hanya cukup untuk satu arah lintasan mobil, tapi sepertinya jalur ini hanya satu arah karena saya tidak pernah melihat mobil yang menuju ke arah yang berlawanan. Hanya sepeda motor yang melintas dengan pola dua arah. Jalan menuju masjid dipenuhi dengan ruko-ruko yang menjual beraneka ragam barang. Di bagian terasnya, mereka juga meletakkan meja-meja untuk menjual makanan. Semakin mendekati lokasi masjid, saya melihat pedagang makanan yang berjilbab atau dengan logo halal, atau muslim food semakin banyak. Ini menandakan bahwa masyarakat Muslim umumnya menetap di lokasi yang berdekatan dengan masjid, setidaknya di kawasan ini.

 

Setiba di masjid, kami sempat berfoto di plang logo dan tulisan masjid yang terletak di pagar masjid dekat ke pintu masuk. Di situ sudah ada beberapa jamaah yang hadir dan kami sempat ngobrol dengan mereka tentang beberapa hal, tepatnya memperkenalkan diri sebetulnya. Kami melihat sepertinya mereka sedang mempersiapkan sesuatu yang kemudian kami tahu bahwa itu adalah untuk persiapan wirid dan yasinan malam Jumat.

Kunjungan kami ke sini sebenarnya sudah diinformasikan oleh panitia, dan Pak Imam akan mengalokasikan waktu khusus untuk kami, tetapi yang kami dengar bukan malam itu. Jadi praktisnya kami datang hanya untuk melihat keadaan masjid Jawa ini sekaligus shalat magrib berjamaah.

Seorang wanita bernama Ibu Mariam menyambut kami dengan ramah. Beliau mempersilahkan kami masuk dan duduk berkumpul untuk kemudian menceritakan sejarah dan asal usul masjid Jawa. Kebetulan waktu magrib masih sekitar setengah jam lagi.

EA08D759-4F7C-4CF7-9FF0-A19261D3005A.jpg

Gambar 4. Di depan Masjid Jawa

 

Dengan bahasa Indonesia campur Melayu yang terbata-bata, Ibu Mariam menjelaskan bahwa masjid Jawa ini sudah berumur ratusan tahun yang didirikan oleh pendatang asal tanah Jawa. Mereka merupakan ahli tata taman yang diminta oleh Raja Chulalongkorn (dulu bernama Siam) untuk merancang dan membuat taman-taman kerajaan.

Ceritanya, dalam suatu kunjungan ke suatu tempat di Jawa, raja Siam tersebut melihat taman-taman yang bagus, sehingga tertarik untuk memiliki taman yang serupa, sehingga dicarikanlah para ahli yang bersedia untuk ke Siam. Oleh raja, mereka disambut dengan baik dan diberikan tempat tinggal dan upah yang layak. Inilah yang disebut sekarang sebagai kampung Jawa.

Kampung Jawa yang ada sekarang merupakan generasi ketiga dari orang Jawa yang dibawa oleh Raja Chulalongkorn ke Bangkok. Menurut sumber lain, generasi awal penduduk kampung Jawa ini merupakan pekerja paksa yang diangkut oleh Jepang pada zaman perang dunia II.

55E116FB-087F-4FD4-B122-34FAFFA97C76.jpg

Gambar 5. Ibu Mariam sedang menjelaskan sejarah Masjid Jawa

 

Ada yang menarik dari pengelolaan masjid ini. Menurut Imam masjid, Rangsan bin Kamson Muslimin, hampir semua masjid di Thailand dikelola secara mandiri karena tidak ada support dari pemerintah. Menurut sumber yang lain, pemerintah ada mengalokasikan dana untuk badan-badan sosial seperti masjid, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Menurut Rangsan, dana masjid ini murni diperoleh sepenuhnya dari sumbangan masyarakat yang hidup di sekitar masjid atau yang punya keterikatan batin dengan masjid, misalnya orang-orang yang dulunya berasal dari situ, tetapi kemudian sudah sukses di tempat lain.

Mereka biasanya membayar zakat ke masjid ini. Tetapi penghasilan utama masjid berasal dari bazar yang diadakan beberapa kali dalam setahun. Jumlah yang didapat, menurut Rangsan, lebih dari cukup untuk membiayai operasional masjid. Menurut Rangsan, masyarakat muslim yang hidup di sekitar masjid bukanlah masyarakat miskin. Mereka bekerja di berbagai sektor, seperti pengusaha properti, bisnisman, pedagang, dan juga ada yang bekerja sebagai pegawai negeri. Untuk Thailand secara keseluruhan, Muslim ada juga yang terjun ke dunia politik dan menjadi anggota parlemen.