Sesungguh Kita Merugi
Delia Rawanita
Demi kuda yang berlari kencang
Menerbangkan debu di sepanjang derap langkah kaki yang mengeluarkan percikan api
Kemenangan telah nyata
Manusia tetap serakah mengumpulkan harta
Melupakan setiap jengkal timbunan pahala
Seberapa pun dikumpulkan di dunia
Berbalas kebahagiaan di akhirat sana
Sungguh manusia tetap lalai dan merugi
Padahal semuanya itu bekal untuk kembali
Seakan merajut lupa
Bahwa dunia adalah tempat perhiasan semata
27 Ramadhan 2023.
Peristiwa Ramadhan
Delia Rawanita
Ditatapnya pintu rumah yang tertutup
Debu menempel pekat
Seresah bertaburan menutupi jalan
Pintu papan yang tak terkunci menimbulkan derit engsel berkarat didorong perlahan
Dengan kaki dijinjit dia mengendap endap masuk.
Seketika aroma kayu tua dimakan rayap menebar
Pandangan berhenti pada bingkai foto di dinding
Kusam dan berdebu
Kecuali kursi rotan dan meja kayu yang sudah lapuk , ada lemari kayu mengisi ruangan tamu
Selebihnya tak ada
Entah berapa lama sudah foto itu terpajang di situ
Sejak peristiwa pembantaian yang menewaskan banyak orang tidak bersalah
yang difitnah karena terlilit utang
Karena cinta yang tidak berbalas bahkan hanya karena rasa iri dan dengki mereka menghasut saudara sendiri
Ditariknya nafas dalam dalam
Peristiwa keji di saat berbuka puasa yang menimbulkan dendam.
Ramadhan bertahun lalu masih ada Abah dan ummi
Ramadhan selanjutnya juga masih ada mereka di sini
Namun kehidupan sudah berbeda alam sejak peristiwa di malam ramadhan itu
Karena mereka seorang guru mengaji
Karena mereka orang yang disegani
Karena mereka disayangi para santri
Lalu mereka dihasut seseorang sebagai penghianat negeri.
Tak ada yang bisa melawan kecuali pasrah semuanya kehendak takdir ilahi
orang orang bersenjata itu sangat keji
“Allahu Akbar, itu kalimat terakhir Abah
Lalu rebah bersimbah darah bersama umi kekasih hati
Dua kekasih Tuhan yang terbujur dalam senyum di hari Fitri
Disemayamkan pekarangan rumah ini.
“Abah, umi , izinkan aku meneruskan kembali ” Bisiknya lirih
Rasa pahit yang ditanggung bertahun sendiri semua berganti
Diyakini bahwa derita hidup di dunia hanyalah titian semata
Kekuatan iman adalah tempat sandaran menuju hakiki
Dibenahinya kembali semua sudut rumah agar tertata indah dan rapi
Pekarangan kotor menyemak belukar sudah bersih kini
Mari membuang benci dan sakit hati tekadnya pasti.
Kini di halaman dekat makam Abah dan ummi terpancang papan bertulis rapi
” Dibuka kembali tempat mengaji ”
Bna, 27 April 2023
Biodata
Delia Rawanita , guru Biologi yang sangat menikmati dunia seni sastra ini pernah menjadi kepala sekolah prestasi Aceh tingkat SMA, penulis naskah sinetron Pendidikan di balai Tekkomdik Aceh , ikut terlibat dalam pementasan teater dan beberapa sinetron pendidikan serta film berjudul Namaku Budaya prod. Dinas Pariwisata dan Toga Diatas Pusara oleh TVRI Aceh . Kini menikmati masa pensiun diisi dengan menulis puisi dan cerpen untuk melawan lupa .