Nayla, gadis kecil yang masih duduk di kelas 8 SMP itu sejak tadi duduk sendiri, menyendiri di dekat dinding berwarna putih. Duduk bersandar, dengan tubuh sedikit melingkung. Di tangannya, sebuah Handphone berwarna abu-abu dengan 3 kamera di belakangnya. Entah apakah merek HP tersebut. Bisa jadi merek tertentu yang menjadi kesukaannya. Matanya tertuju ke layar HP dan tidak menoleh kanan dan kiri. Kelihatannya ia memang sangat asyik dengan sajian informasi atau malah hiburan yang sedang dinikmati. Entah pula ia sedang melakukan googling mencari bahan. Pokoknya, sejak satu jam yang lalu, ia tak beranjak dari tempat itu dan tak sekali pun ia rela melepaskan handphone di tangannya. Ia tak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Padahal banyak orang yang berada di tempat itu. Nayla tetap saja dengan HPnya.
Reza Fahlevi, Aceh Besar
“Serius banget anak itu…” bisik seorang perempuan kepada teman-temannya. Ia mengenakan jilbab merah bersanding dengan pakaian putih serta rok hitam.
“Halah…” celoteh wanita berjilbab ungu. “Palingan sibuk dengan Youtube tuh. Anak-anak sekarang kalo bukan game ya nonton.”
Sekarang giliran seorang laki-laki menyahut, “iyaa, parahnya yang dia nonton itu gak ada manfaatnya.”
Adapun perempuan yang berbicara pertama tadi menyanggah, “anakku sama. Nonton ini nonton itu, bahkan gara-gara itu dia udah berani ngelawan aku sebagai orang tuanya. Kalo kita tegur malah makin ngegas.”
Momen saling bertukar cerita pun tak terelakkan lagi. Masing-masing menumpahkan kekesalan mereka terhadap kebiasaan anak yang semakin sibuk dengan HP. Mereka resah sebab hal itu menjadikan sikap dan etika anak berkurang drastis.
“Pokoknya, sopan santun anak-anak sekarang udah gak ada lagi karna mereka udah lalai dengan HP.” Kata wanita berjilbab ungu.
“Iyaa… tu contoh anak itu… dia pasti suka melawan orang tuanya tuh. Kelihatan dari cara dia bermain HP, malah masih anak-anak kali lagi.” Sahut perempuan yang lain.
Pembahasan ini ternyata masih terus berlanjut dan bahkan menjadi lebih serius. Seorang pria berkemeja hitam yang juga duduk di antara teman-temannya itu lantas mulai bangkit.
“Hoy Tiyo, mau ke mana?” Tanya wanita berjilbab ungu tadi.
“Rokok sebentar…” lanjutnya.
Lantas Tiyo pun pergi agak menjauh dari teman-temannya selama sepuluh menit. Tak lama kemudian, dirinya kembali dan duduk sambil menyilangkan kaki. Ia tersenyum tipis mendengar pembahasan tentang tadi masih juga belum usai.
“Maaf nih, aku potong omongan kalian.” Gumam Tiyo. Ia berhenti sejenak sembari menarik napas dalam-dalam lalu melanjutkan, “anak yang dari tadi kalian omongin… sebenarnya dia lagi baca Al-Qur’an dari HP-nya.”
Sontak perkataan Tiyo membuat teman-temannya terkejut.
“Ah masak sih, tahu dari mana kamu?” Tanya wanita
“Aku liat sendiri kok tadi…”
“Gak mungkin, masak dari tadi ngajinya gak selesai-selesai.” Celoteh perempuan berpakaian putih.
“Iya… gak mungkin lho anak-anak se-lama itu ngajinya. Pasti dia nonton.”
“Udahlah… aku mau liat dengan mata sendiri.” Pungkas perempuan yang mengenakan jilbab ungu.
Adapun Tiyo hanya mengumbar senyuman melihat temannya buru-buru berdiri dan mencari tahu tentang si anak yang bermain HP itu. Hanya berkisar 3 menit kemudian, wanita tersebut kembali. Ia tidak mengatakan apapun di saat teman-temannya yang lain menanti apa yang dirinya lihat terkait si anak tadi.
“Betulkan dia lagi baca Quran?” Tanya Tiyo kepada wanita berjilbab ungu, dan dia hanya mengangguk.
Lantas Tiyo pun menambahkan, “aku setuju dengan apa yang kalian bilang terkait banyak anak yang lalai karena HP bahkan ada yang berani melawan orang yang lebih tua darinya. Bisa dikatakan, rasa sopan santun si anak kepada orang yang lebih tua dari dia sudah tidak ada.”
Semua teman Tiyo terdiam dan menyimak apapun yang ia utarakan.
“Tapi…” lanjutnya, “gak semua anak kayak gitu kok. Khusus untuk anak yang sedang sibuk dengan HP itu adalah contohnya.”
Semua serentak mengangguk. Sepertinya mereka mulai setuju dengan anggapan Tiyo.
“Yang pengen aku bilang, jangan terlalu mudah menilai orang lain yang kita sendiri belum tahu kebenarannya. Okelah kalo anggapan kita itu benar, tapi kalo salah gimana? Kan bisa menyebabkan fitnah.” Pungkas Tiyo.
Tak lama kemudian, Nayla si anak yang sedari tadi sibuk dengan HP mulai bangkit dari duduk. Di momen ini, Tiyo dan teman-temannya serentak menatap gadis itu yang kini wajahnya berseri-seri, seperti ada perasaan bahagia yang menyelimuti batinnya.
“Gak ada salahnya anak bermain HP, yang salah adalah kita sebagai orang tua tidak mengontrol dia saat sedang sibuk dengan benda itu. Kalo kita bisa mengontrol mereka untuk menggunakan HP secara bijak, maka kemungkinan besar kejadian seperti anak yang tadi itulah hasilnya. Coba bayangkan, di usianya yang masih belia dia malah sibuk gunain HP untuk ngaji… di sini kita bisa berpikir, apa sih yang sebenarnya orang tua dia lakuin sehingga anak mereka malah pake HP untuk ngaji dan bukan untuk main game atau nonton-nonton yang gak ada gunanya…” Jelas Tiyo.
Setelah mendengar perkataan Tiyo, teman-temannya pun mulai menyadari satu hal. Barangkali ada sebuah pelajaran berharga yang mereka dapatkan dari si kecil Nayla.
???