Karya : Nasrizal,S. Pd
Kemarau panjang sedang melanda di sebuah hutan belantara yang jauh dari tempat kediaman penduduk. Tampak dari kejauhan, ranting ranting mengering, dedaunan berguguran berserakan. Suara binatang hutan bersahutan terdengar seperti merintih. Ladang penduduk kekeringan. Seharusnya sangat membutuhkan siraman air , sementara air sungai semakin mengecil dan sengatan panas matahari semakin mengganggu komunitas ikan yang ada di dalamnya .
Di sebuah areal hamparan ladang, berdiri sebuah jambo atau pondok bertingkat dua ,berukuran kecil bisa untuk satu atau dua orang penghuni.Tampak seorang tua bangka yang kelihatan rambutnya memutih panjang. Keriput tulang pipinya semakin mengerut dan dalam. Bahunya membungkuk, tampak tetesan keringat membasahi seluruh tubuhnya .
Beberapa petani ladang,hilir mudik dari kampung. Pagi mendaki, sore menurun atau pagi ke ladang, sore pulang. Lain halnya dengan seorang penghuni jambo atau pondok, ia tidak pernah pulang, sudah lama bertahan hidup sendirian di tengah hutan belantara. Sapaan dari beberapa peladang, Pak Omang namanya . Seakan ia ingin hidup selamanya sampai yang Maha kuasa menjemputnya yang sendirian di tengah hutan belantara .
Panton bayu merupakan lokasi peladangan penduduk atau seunebok yang sering disebut oleh para peladang. Seunebok adalah sebuah kumpulan kelompok tani menanam beberapa tanaman seperi jengkol durian dan tanaman lainya termasuk tanaman muda .
Suatu pagi Pak Omang berdiri di pintu depan jambo atau pondok miliknya. Tatapan matanya yang sangat tajam memandang ke arah langit yang biru sambil memohon doa kepada Allah yang maha kuasa, semoga bencana kemarau panjang dan kekeringan ini secepatnya berakhir .
Dua puluh lima tahun sudah Pak Omang bertahan hidup di tengah hutan belantara. Sekilas terlintas di benaknya, terbayang suatu hari ia meninggalkan istri dan anaknya yang masih dalam ayunan. Ia tidak berpikir panjang, yang terpikir olehnya ia harus pergi meninggalkan istri dan anaknya untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali lagi. Luka dalam lubuk hatinya membuatnya ingin hidup sendirian .Kisah hidup yang tak pernah telupakan, sekali – kali terlintas di benaknya. Pak Omang sadar dari lamunannya .
Tat kala hari menjelang sore, angin bertiup sangat kencang. Beberapa dahan kayu patah. Dari kejauhan terdengar pepohonan tumbang. Sedikit demi sedikit awan hitam menutupi langit di sekitar areal Panton Bayu. Dengan seketika petir menyambar Pak Omang. Ia mencoba menyelamatkan dirinya dari sambaran petir. Awan di langit tampak semakin menebal dan hitam menandakan hujan akan segera turun. Syukur alhamdulillah Allah akan memberikan nikmat hujan, tutur Pak Omang.
Dalam hatinya kecemasan juga menyelimuti hatinya karena hutan di sekitarnya akhir akhir ini terus dijamah oleh tangan manusia yang tidak bertanggung jawab menebang hutan sembarangan dan tidak menanamnya kembali dengan reboisasi. Terbayang olehnya bagaimana nasibnya ketika datang banjir besar .
Tidak ada jalan lain baginya, berpikir untuk pasrah berserah diri pada Allah yang maha kuasa dan bijaksana. Bantuan untuk menyelamatkan dirinya sama sekali tidak ada. Penduduk kampung sudah pada pulang semua di kala sore. Suara binatang rimba pun tidak kedengaran lagi. Jambo atau pondok Pak Omang sedikit demi sedikit bergerak dan hanyut bersama arahnya sungai yang ada di sekitar.
Seketika terdengar suara benturan sebatang kayu yang hanyut menghantam pondoknya. Pondok jadi pecah dan hancur berantakan dan beserakan. Pak Omang sempat mendekat di batang kayu yang hanyut menendang pondoknya dengan sekuat tenaga. Ia memeluk batang kayu ,air takkan surut bahkan bertambah besar dan kencang. Hujan pun takkan reda. Pak Omang masih tetap bertahan di sebatang kayu yang hanyut .
Kayu yang hanyut bersama Pak Omang menghantam tiang jembatan. Naasnya Pak Omang terpelanting jauh. Ia tak sadarkan diri lagi dan hanyut bersama derasnya air di tengah kegelapan malam .
Menjelang pagi tiba, hujan pun reda. Air sungai sudah normal seperti biasa. Di pesisir pantai ujung Manggeng pagi itu, bergelimpangan sampah dan kayu yang hanyut dari hutan. Tampak sosok manusia yang tergeletak di bibir pantai.
Kerumunan penduduk setempat menyaksikan sosok manusia yang tegeletak tak berdaya, namun tampak masih ada hembusan nafas. Ia langsung diboyong ke rumah sakit (puskesmas) setempat , langsung ditangani oleh dokter dan beberapa perawat di puskesmas. Hasil pemeriksaan dokter, ia harus dirujuk ke rumah sakit daerah. Pak omang dibawa bersama ambulan ke rumah sakit daerah. Ia mendapat penanganan yang serius oleh dokter penyakit dalam, karena nampaknya juga harus dirujuk ke rumah sakit wilayah dr Zainal Abidin. Hari itu juga Pak omang dibawa ke rumah sakit dr.Zainal Abidin.
Pak Omang masih sempat tertolong. Satu minggu sudah Pak Omang dirawat di RSZA yang di tangani langsung oleh seorang dokter, dr Ira namanya. Setiap hari dr Ira masuk ke ruangan pasien yang bernama Pak omang. dr Ira merawat pak Omang sudah seperti merawat orang tuanya sendiri,karena dr ira teringat sejak kecil ia tidak merasakan punya seorang ayah. dr Ira sangat baik terhadap Pak Omang ,sampai sampai segala kebutuhan dan pengurusan administrasi perawatan ditanganinya. Pak Omang tak sanggup membalas budi baik dr Ira. Semuanya diserahkan pada Allah atas budi baik dr Ira tuturnya dalam hati.
Pada suatu hari pak omang dengan tidak sengaja menatap wajah dr ira dan pada malam itu Pak Omang tidak bisa tidur, selalu terbayang wajah dr Ira yang di dagunya ada tai lalat. Rasanya anak ini saya pernah lihat, tapi entah di mana, tuturnya. Ingatan pak Omang sudah tidak setia lagi ,Pak Omang ingin dekat selalu dengan dr Ira, tapi ia malu dan segan. Ia sadar sebagai manusia biasa yang tidak ada daya upaya lagi. Apa lagi jasa dr Ira sudah banyak padanya ,sehingga membawa Pak Omang tidak berani mengungkapkan sesuatu pada dr Ira .
Pak omang sudah sembuh seperti sedia kala. Ia pun diperbolehkan untuk pulang. Dalam hatinya ia harus pergi ke mana. Ia tak punya siapa – siapa lagi ,yang selama ini puluhan tahun ia hidup sebatang kara. Ia harus pergi meninggalkan tempat perawatannya. Pak Omang berserah diri pada Allah karena ia sangat yakin bila ada jalan buntu pasti Allah akan membuka celah jalan terbaik untuknya.
Sementara dr Ira tidak ingin melepaskan Pk Omang pergi, seakan ia merasakan kedatangan seorang ayah yang ia ridukan. Ia behasrat membawa Pak Omang ke rumahnyaff .Sejak kecil dr Ira tidak mengenal ayahnya. Ia dibesarkan oleh ibunya yang miskin dan papa. dr Ira seorang anak yang pintar. Sejak ia masih kecil prestasinya yang luar biasa, berkat usaha dan doa ibunya dr ira dapat menyelesaikan kuliah di kedokteran. Bahkan sekarang sedang menyelesaikan kuliahnya ke tingkat yang lebih tinggi sambil bekerja dan mengabdi di sebuah rumah sakit .
Pak Omang mengayunkan langkah ingin pergi menelusuri jalan yang tidak ada tempat ia tuju. Seketika dr Ira keluar dari ruang kerjanya melihat Pak Omang ingin pregi. , dr Ira menghampiri Pak omang dengan hati hati. dr Ira membujuk Pak Omang untuk naik ke mobil ,namun Pak Omang menolak dengan halus. dr Ira memaksanya untuk naik .Beberapa menit perjalanan Pak Omang sampai di rumah dr Ira. dr Ira mengajak Pak Omang turun dari mobil pribadi dr Ira. Seorang ibu yang sudah sedikit tua keluar dari rumah dr Ira/ Ia adalah ibunya dari dr Ira yang tinggal besama .
Pak Omang menatap wajah ibunya dr ira dengan tajam dan mereka saling memandang. Pak Omang sempat menahan langkahnya, tidak ingin melanjutkan jalannya. Dr Ira seketika dirangkul dan dipeluk oleh ibunya sambil mengeluarkan kata kata dari bibirnya ibu dr ira, itu …..Ayahmu nak….. dr Ira menjerit dan menangis langsung memeluk Pak Omang dengan sekuatnya, terdengar kata memanggil Aayaah……………
Mereka saling merangkul ayah ibu dan anak melupakan masa lalunya. Dua puluh lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali .
Catatan penulis
Cerita ini bukan kisah nyata ,penulis menulis dengan hasil khayalan yang ingin mengambil beberapa pelajaran dalam penokohan dalam cerita ini. Ada tokoh di dalamnya yang keras menuruti kata hati,ada tokoh yang sabar dan menanti ,dan ada tokoh yang rajin dan setia serta mendo’akan kedua untuk orang tua yang dicintainya sampai mereka dipertemukan kembali .Suatu hal yang penting lagi dalam cerita ini adalah tentang suasana alam yang sering kebanjiran diakibatkan penebangan liar serta ladang berpidah pindah, akhirnya hutan terlantar tidak ada yng menanam kembali hutan yang susah gundul bisa mengakibatkan fatal. Manusia ada yang mengabaikan tentang fungsi hutan demi uang .
Pembaca yang budiman, seandainya berkenan silakan dibaca dan kami terima kritikan kritikan yang sehat dan membangun ,dan bagi yang tidak ingin membacanya silakan abaikan saja .terima kasih .
Wassalam
NASRIZAL, S.Pd
Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya