Oleh Rahmawati
Guru Matematika di SIT An Nur, Teungku Cik Pante Geulima, Ule Gle, Pidie Jaya
Sahabat adalah seseorang yang ada di samping kita ketika suka, maupun duka. Seseorang yang memberikan semangat saat kita ingin menyerah, tempat berbagi kebahagiaan dan keluh kesah kita. Itulah yang dinamakan sahabat. Kisah yang akan kami tampilkan hari ini adalah tentang persahabatan 5 sekawan, Muhammad,Ikhsan,Yusuf,Zainab dan Aisyah.
Hari Ujian Matematika
Muhammad dan Yusuf duduk bersebelahan, yang posisinya di arah matahari terbit, dekat dinding kelas. Zainab dan Asiyah duduk bersebelahan juga di depan mereka, sedangkan Ikhsan, duduk sendiri di bangku paling depan di sebelah kanannya Yusuf. Sementara anak –anak lainnya masing masing menduduki kursi yang masih kosong. Mereka duduk dengan rapi dan tenang ditambah dengan wajah yang berseri, seakan akan meja dan kursi tersebut diduduki oleh boneka boneka cantik dan tampan, ditambah lagi suasana kelas terasa sunyi yang seakan berada di tengah malam.
Seorang perempuan cantik yang mengenakan baju warna biru, sebiru langit di hari ini, bangkit dari tempat duduknya yang berada tepat di depan Yusuf sambil membawa beberapa lembaran putih yang siap dibagikan untuk murid murid. Perempuan itu adalah ustazah Riani ( beliau merupakan guru marematika di sekolah mereka).
Lembaran soal sudah dibagikan. Mereka pun siap berperang,, eestt , bukan berperang seperti Israel dan Palestina ya, tetapi perang pikiran dan konsentrasi untuk mendapatkan nilai yang terbaik sebagai seorang siswa.
“ jangan ada yang menyontek atau berkerja sama, ataupun melihat contekan ya! Bagi yang kedapatan, nanti ustadzah tarik kertas jawabannya! Paham semua?,
“ Paham ustadzah…” sahut mereka serentak. Ustazah Riani pun kembali meduduki kursinya dan mereka pun mengikuti arahan ustazah Riani.
Masing- masing pandangan mereka mulai terfokus pada lembaran soal. Dengan secepat kilat wajah wajah yang tadi berseri berubah menjadi andilau yaitu antara dilema dan galau. Ada yang menatap lembaran soal dengan penuh penghayatan, ada menepuk Judatnya dengan tangan kanan sambil memandang lembaran soal di tangan kiri. Ada yang merilik ke arah dinding dengan tatapan kosong yang seakan akan di sana tertulis jawabannya. Itulah hal hal unik yang terjadi di antara mereka.
Suasana kelas yang tadinya hening mulai terdengar adanya bisikan bisikan tetangga, ada apa gerangan?
Sssssst ssst, Aisyah-Aisyah! Rumus volume tabung apa?. “ desisnya Yusuf sambil mengangkat keningnya memberi isyarat kepada Aisyah.
“ a” jawabnya Aisyah
“nomor 3 apa” Yusuf lagi lagi beraksi dengan suaranya yang begitu mengganggu.
”Tunggu aku buat dulu. gimana mau fokus jawab kalau kamu ganggu terus.” sahut Aisyah dengan nada jengkel.
“ pelit banget sih,” sahut Yusuf dengan nada kecewa.
Kata-kata Yusuf benar-benar membuat hati sanubari Aisyah terganggu. Karena biar bagaimanapun, selama ini Aisyahlah satu-satunya siswa yang selalu memberikan jawaban untuk Yusuf dalam hal apapun dan ujian apapun itu. Agar Yusuf bisa mendapat kan nilai membuat bangga orang tuanya. Akan tetapi, mengapa kali ini Yusuf sanggup mengeluarkan kata-kata seperti itu.
Aisyah masih terus memikirkan kata-kata yang keluar dari Yusuf. Dua kata yang membuat pikiran Aisyah menjadi tidak fokus dengan ujian. Aisyah berpikir kalau selama ini Yusuf tidak pernah menghargai pemberian jawaban dari Aisyah.
Lalu Aisyah bergumam sambil mengangguk-ngangguk kepala,,,,”OK….. sampai kapan pun aku akan ingat kata-katamu tadi, dan kamu akan tahu, betapa pentingnya jawaban dariku”.
Setelah merasa puas dengan gumamannya, Aisyah melanjutkan soal ujian. Dan ternyata Aisyah sudah hampir selesai dan sebentar lagi Aisyah akan mengumpulkan jawabannya.Karena terlalu fokus meminta jawaban, Yusuf tidak menyadari kalau ustadzah Riani memperhatikan mereka berdua sedari tadi. Ustadzah Riani menghampiri mereka berdua dan bertanya akan peristiwa yang terjadi di antara mereka.
“Ada apa ini Aisyah? Ustadzah perhatikan dari tadi Aisyah selalu melihat ke arah Yusuf?” Tanya ustadzah Riani dengan penuh wibawa.
“Dia ustadzahhhhh,,, lihat-lihat jawaban kami…” sahut Aisyah dengan nada ketus dan jengkel serta wajah cemberut.
“Mana ada ustadzah…” jawab Yusuf dengan ekspresi marah karena menyembunyikan kebohongan.
Karena Yusuf enggan mengakui kesalahannya. Padahal, ustadzah Riani mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ustazah Riani bertanya dengan wajah ketus
“Anak-anak ustadzah, masih ingat dengan kata-kata ustadzah? Apa ustadzah bilang? Ustadzah gak suka,,,,,?”
“Kebohongaaaaaaaaaaannnnnnnn….” Sahut siswa-siswi yang lain serentak.
“Benar, Ustazah paling gak suka dengan orang berbohong.
Akhirnya, kejadian yang mereka takuti terjadi. Ustazah Riani menodong tangan dan mengambil lembar jawabannya Yusuf. Wajah Yusuf memandang ustazah, berharap lembar jawabannya tidak diambil.
Setelah itu, Yusuf dipersilahkan untuk keluar.
Untuk semuanya. Ingat, percaya pada diri sendiri. Jawab sendiri soal, Bisa jadi jawaban kalian lebih baik daripada teman yang dicontek.
”mengerti” arahan ustazah Riani
“Iya ustadzaaaah…” sahut siswa yang lain.
Di saat ustazah lagi sibuk dengan urusan Yusuf dan Aisyah, ternyata keseempatan emas bagi Muhammad untuk mengeluarkan jurus jitunya, cara pertama Muhammad meminjam stipo pada Ikhsan sambil merilik jawabannya, cara ini pun alhamdulillah berhasil,tanpa memancing rasa curiga dari Ikhsan dan ustazah. Kemudian Muhammad beraksi dengan cara ke dua yaitu mengembalikan stipo dan memerhatikan jawaban temannya lagi. Kali ini Muhammad sedikit tidak beruntung, karena gerak gerik Muhammad berhasil memancing perhatian Ikhsan,
“Mad, nyontek ya!, enggak boleh nyontek, gak ingat pesan ustadzah tadi? Kata Ikhsan dengan pelan.”
“Elleh” sahut Muhammad sambil mengalihkan pandangannya dengan muka ketus.
Ikhsan lalu menghampiri bangku Muhammad sambil mambawa kertas jawabannya yang sudah siap untuk dikumpulkan. “Mad, belum cukup dengan kejadian Yusuf tadi? Masih ingin mengulang kejadian yang sama?” sambil berjalan dengan pelan namun pasti, Ikhsan berjalan perlahan-lahan ke meja guru dan meletakkan kertas jawabannya yang disusul oleh siswa-siswi yang lain.
Akan tetapi, Yusuf, Muhammad, dan Aisyah masih diam. Tidak ada tanda-tanda ingin mengumpulkan hasil ujian sementara waktu tinggal 10 menit lagi. Yusuf terus berusaha mengerjakan ujian dengan gigih dan Muhammad masih berusaha melirik-lirik teman yang akan memberi jawaban untuknya. Setiap siswa yang bangun dari kursinya Muhammad mendongak dan memberi isyarat meminta tolong agar diberi jawaban.
Lain halnya dengan Aisyah. Aisyah bukan karena bingung dengan soal, atau tidak mengetahui jawaban. Namun, Aisyah masih termenung memikirkan 2 kata yang dilontarkan Yusuf kepadanya, “PELIT BANGET”.
“Waktunya tinggal 3 menit lagi”. Kata ustazah Riani dengan suara yang keras.
Aisyah masih dalam lamunannya dan masih memikirkan hal yang sama.
Muhammad mengumpulkan kertas jawabannya dengan santai dan tidak begitu memikirkan hasilnya. Akan tetapi, Aisyah masih duduk dan belum mengumpulkan hasil ujiannya. “Aisyah, enggak kumpul?” Ustadzah Riani memanggil Aisyah
“Iya ustazah” jawab Aisyah
Bel pun berbunyi, tanda bahwa ujian telah berakhir dan waktunya istirahat.
Di kantin sekolah
Yusuf dan Ikhsan sedang menikmati makan siangnya dengan santai di salah satu meja di kantin sekolah. Sementara Aisyah dan Zainab masih melirik-lirik meja kosong sambil menenteng makanan mereka. Hanya ada satu meja yang kosong, yaitu di sebelah meja makan Yusuf dan Ikhsan.
Dengan rasa terpaksa, Aisyah pun menempati meja tersebut bersama Zainab dan mulai menyantap makanannya.
Tiba-tiba Muhammad datang bergabung dengan Yusuf dan Ikhsan dan memulai pembicaraan.
“gimana ujiannya tadi geng? Luar biasa ya,bagaimanalah nilai kita nanti”
“pasti baguslah,,tenang aja. Sekarang kita makan dulu.”jawab Yusuf spontan.
“apanya yang bagus, kamu belum sempat jawab sampai habis, tapi kertasnya sudah diambil ustazah.” Sindir Ikhsan.
“Ya sudah ,makan makan makan.” Kata Muhammad berusaha mengalihkan pembicaraan.
Mendengar obrolan tiga sahabatnya itu, Aisyah tiba-tiba merasa bersalah karena tidak membantu Yusuf seperti biasanya. “pasti nilainya anjlok nanti..”Gumam Aisyah. Sambil merasa bersalah, ia meneruskan makan siangnya.
Pengumuman hasil ujian
Hari ini, hari yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa, yaitu hari pengumuman hasil ujian matematika kemarin.
Yusuf mendapatkan giliran dipanggil oleh ustzah Riani. Ekspresi ustazah Riani menunjukkan kekecewaan. Yusuf menerima lembar jawabannya dengan rasa bersalah dan kembali ke tempat duduknya sambil melipat lembar kertas itu, coba menyembunyikan nilainya dari sahabat-sahabatnya. Aisyah masih dengan rasa bersalahnya. Dia tidak biasa terlalu lama berdiam-diaman dengan sahabatnya. Dia berusaha mendekati Yusuf untuk meminta maaf, namun belum ada waktu yang tepat. Sampai hari pembagian nilai ini.
“hai Yusuf,” sapa Aisyah, mengharap respon yang baik dari Yusuf.
“Maaf ya Yusuf,Aku cuma tidak mau temanku jengkel denganku, aku cuma mau pertemanan kita baik lagi” Ucap Aisyah terburu-buru.
Yusuf merasa bingung.
“kenapa kamu minta maaf?” tanya Yusuf kebingungan.
“kamu marah kan karna aku gak kasih jawaban saat ujian matematika waktu itu? Nilaimu pasti anjlok. ” jawab Aisyah.
“tidak ada yang perlu maafkan, aku gak marah kok, malah aku yang harusnya minta maaf. Karna ulahku, kamu juga ikut dimarahi ustazah. Aku juga berterima kasih karena selama ini banyak membantuku.”
Yusuf menyambung, “setelah kejadian itu, aku berjanji akan mengerjakan ujian berikutnya tanpa bantuan siapapun. Aku juga tidak akan meminta jawaban dari mu.”
*****
Memang di sekolah tidak hanya belajar saja, tapi momen kebersamaan bareng teman tentu sulit dilupakan. Selain itu, di sekolah banyak cerita indah yang bikin mereka kangen sekolah lagi. Salah satunya ialah menyontek saat ulangan. Salah satunya adalah kenakalan saat menyontek sesama teman yang seharusnya tidak dilakukan. Aksi menyontek sendiri memang sudah identik dengan anak sekolah. Mesti tentu tidak sepenuhnya benar. Mulai dari nyontek PR sampai nyontek saat ujian dan banyak cara yang dilakukan mereka agar bisa menyontek.
mantap ustazah Rahmawati