Oleh Mahmudi Hanafiah
Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga
Guru Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek Samalanga
Kegiatan literasi, khususnya dalam bidang membaca dan menulis, merupakan hal yang dicontohkan oleh para pakar tempo dulu, seperti Imam al-Syafi’i dan para Imam Mazhab lainnya, Imam Al-Ghazali, Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan banyak lagi Imam lainnya yang menyibukkan diri dengan kegiatan literasi, di mana mereka semua tentunya harus menjadi kiblat bagi para generasi muslim dari masa ke masa.
Ironisnya, di era society 5.0 sekarang ini, kegiatan Literasi tersebut malah seakan-akan tidak dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat, sehingga waktu luang sering kali terlewati sia-sia tanpa diisi dengan kegiatan membaca dan menulis. Padahal, di era yang serba canggih ini, kita sangat dituntut untuk memperluas cakrawala berpikir dengan cara membaca, serta menyajikan bacaan-bacaan berkualitas agar masyarakat tidak disibukkan dengan berbagai bacaan yang lewat di media sosial yang belum tentu semuanya tempat untuk dibaca.
Di satu sisi, kemajuan teknologi yang membuat masyarakat bisa mengakses informasi secepat kilat sangat mendukung dalam meningkatkan budaya literasi kapanpun dan di manapun. Akan tetapi, kemajuanteknologi tidak selamanya berjalan sebagaimana yang diharapkan, karena sebagian besar masyarakat tidak memanfaatkan teknologi dengan baik, sehingga penerrapan budaya literasi pun terhambat.
Ghozy Muhammad Al-Ghozali dalam sebuah artikel mengatakan bahwa, tingkat literasi Indonesia di dunia termasuk rendah, yaitu menempati ranking ke 62 dari 70 negara atau berada dalam 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Untuk itu, kita perlu berbenah dalam meningkatkan budaya literasi dengan menumbuhkan budaya literasi sejak dini.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian literasi juga ikut berkembang, sehingga muncul istilah literasi lama dan literasi baru. Literasi baru merupakan pelengkap dari literasi lama. Literasi baru mencakup literasi data, literasi digital, literasi teknologi dan literasi manusia.
Budaya literasi merupakan suatu budaya di dalam masyarakat yang meliputi segala usaha manusia yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. Komponen utama dalam pembentukan budaya literasi adalah kegiatan membaca, menulis dan berpikir kritis.Budaya literasi bertujuan untuk menciptakan tradisi berpikir yang diikuti oleh proses membaca dan menulis sehingga dapatmenciptakan karya tulis ilmiah yang berdaya guna.
Budaya literasi, khususnya dalam hal membaca dan menulis perlu ditumbuhkan sejak dini, karena beberapa alasan , di ataranya sebagaimana uraian di bawah ini.
Membaca dan menulis merupakan suatu perintah dalam Islam sejak Islam masih berusia dini. Maksudnya, pada masa awal risalah Islam diterima oleh Nabi Muhammad, perintah pertama adalah membaca. Hal itu sebagaimana yang termaktub dalam agar Alquran yang pertama kali diturunkan, yaitu suratal-‘Alaq ayat 1 sampai 5. Merujuk kepada al-Tafsir al-Munir karya wahbah Zuhaili, salah satu pelajaran yang dipahami melalui wahyu tersebut adalah perintah membaca dalam ayat pertama dan perintah Menulis dalam ayat yang keempat.
Ungkapan ‘buku adalah jendela dunia’ merupakan satu istilah yang sangat familiar dalam masyarakat, khususnya para pelajar dan pengajar. Memahami dari ungkapan tersebut, dengan membaca buku seseorang sudah melangkahkan kaki untuk menjelajah dunia. Bahkan, di era yang serba canggih ini, membaca tidak terikat lagi dengan buku fisik. Akan tetapi beragam bacaan, baik buku maupun artikel ilmiah bisa diakses secara digital dan sangat mudah dibawa ke mana-mana.
Menulis merupakan suatu upaya dalam melestarikan ilmu pengetahuan. Butiran ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk tulisan akan terjaga orisinalitasnya dan bisa terus dikembangkan oleh generasi-generasi selanjutnya seriring dengan perkembangan zaman. Ilmu pengetahuan yang tidak tertulis, melainkan yang disampaikan dari lisan ke lisan sangat sulit untuk dijaga kemurniannya karena adanya potensi kesilapan dalam menyampaikan. Hal ini lah yang digambarkan dalam satu pepatah Arab yang artinya: Apa yang dihafal akan hilang, sedangkan apa yang ditulis akan tetap.
Tulisan yang ditinggalkan akan menjadi bukti bagi generasi selanjutnya bahwa kita pernah hidup sebelum mereka . Generasi sesudah kita akan membaca tulisan yang kita tinggalkan dan mereka akan mengenal kita lewat tulisan tersebut. Hal itu tergambarkan dari salah satu ungkapan yang dinisbatkan kepada salah seoarang tokoh da’I milenial: Menulislah, agar generasi selanjutnya tahu bahwa engkau pernah hidup.
Selain itu, menulis juga merupakan salah satu amal jariah, karena dengan menulis, ilmu yang sudah kita dapatkan bisa terus tersebar seiring dengan tersebarnya tulisan kita, walaupun kita telah tiada.
Adapun langkah-langkah yang bisa diterapkan dalam menumbuhkan budaya literasi sejak dini, di antaranya adalah sebagai berikut.
Dalam lingkungan keluarga, orang tua perlu membiasakan diri membaca di dekat anak yang masih bayi. Bunyi lembaran-lembaran buku saat dibuka perlu diperdengankan kepada anak yang masih bayi agar bunyi tersebut bisa memberikan sugesti terhadap sianak agar ia terbiasa dengan membaca di kemudian hari. Jika anak sudah mulai belajar membaca, orang tua perlu mengontrol dan mengatur waktu anak untuk membaca serta menjadikan buku sebagai sahabat harian anak dan memberikan hadiah kepada anak berupa buku. Selanjutnya, orang tua juga perlu membuat perpustakaan pribadi di rumah, agar anak mudah dalam mengakses berbagai bacaan.
Di lingkungan Lembaga Pendidikan, budaya literasi bisa diterapkan dengan menyelenggarakan kompetisi membaca dan menulis. Dalam kompetisi tersebut tentunya disediakan penghargaan yang diistilah oleh Dr. Muslimin dalam bukunya dengan literasi award. Sekecil apapun prestasi dalam bidang literasi membaca dan menulis, diberikan penghargaan agar memicu semangat peserta didik dalam meningkatkan budaya membaca dan menulis. Di lingkungan Lembaga Pendidikan juga perlu disebarkan stiker dan poster yang berisi anjuran untuk membaca, seperti tulisan‘Ayo Membaca…!’, ‘Sudah berapa buku yang kamubaca minggu ini…?’, dan tulisan-tulisan lainnya yang bisa membangkit semangat membaca dan menulis.
Mudah-mudahan para generasi lama bisa memberikan motivasi bagi para generasi muda dalam berkarya dan mengajak mereka untuk terus berkarya dalam bidang literasi. Para orang tua diharapkan berperan maksimal dalam menumbuhkan budaya literasi sejak dini bagi anak-anak mereka. Dengan tumbuh dan berkembangnya budaya literasi dalam diri generasi muda, insyaallah ilmu pengetahuan senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kemurniannya tidak akan luluh dan usang ditelan zaman.
Lewat tulisan ini, penulis berpesan kepada para generasi muda berkaitan dengan budaya literasi dalam hal membaca dan menulis. Bacalah, karena semakin banyak bacaanmu, semakin luas belahan dunia yang engkau jelajahi. Menulislah, agar namamu senantiasa bersemi , meskipun jasadmu sudah bersemayam di perut bumi.
Tulisan ini merupakan saduran dari acara talk show yang diisi oleh penulis yang telah dipublish melaluilink di bawah ini: