Oleh: Muhammad Syawal Djamil*
GERAKAN atau ajakan bersepeda di tempat kita sempat menemukan trend positif pada beberapa tahun lalu, tepatnya saat pandemi Covid-19 mewabah. Adanya realitas keadaan yang diancam oleh “ta’eun” tersebut memaksa aktivitas masyarakat beralih dari yang sebelumnya bekerja di ruang publik seperti kantor, berpindah ke ruang domestik, seperti di rumah, atau ruang-ruang terbatas orangnya. Pun himbauan demi himbauan dari pemerintah dan tokoh masyarakat untuk memperkuat imun dengan berolahraga, yang konon dapat melawan atau mengantisipasi terjangkitnya Covid-19, membuat masyarakat mencari alternatif olahraga yang murah, santai dan meriah.
Akhirnya, satu dua orang terlihat mulai mengayuh sepeda di pagi dan sore hari, kemudian muncul kelompok-kelompok dengan khas dan umur tertentu mewarnai ruang-ruang umum, dan beragam perlombaan pun mulai menyasar kelompok pesepeda ini. Hingga jalan-jalan terlihat indah dan bersih kala itu, karena jauh dari polusi udara dan polusi suara klakson kendaraan bermotor.
Akan tetapi, sayangnya, keadaan itu kembali menyepi mengikuti wabah Covid-19 yang melandai. Seiring dengan Covid-19 dinyatakan tidak mewabah lagi tersebutlah, masyarakat kita kembali beralih ke kendaraan bermotor dalam aktivitas kesehariannya. Dan grup-grup pesepeda pun mulai bubar satu persatu. Ternyata kesadaran berolahraga dengan cara bersepeda pada masyarakat kita hadir karena adanya ancaman wabah Covid-19. Saat ancaman wabah itu menghilang, aktivitas bersepeda pun dibuang.
Ironisnya lagi, institusi pendidikan, baik level sekolah maupun perguruan tinggi di tempat kita, gagal memahamkan masyarakat terhadap manfaat dari bersepeda. Alih-alih memberikan teladan dalam menjaga bumi melalui moda transportasi yang ramah lingkungan berupa sepeda, insan-insan akademis di tempat kita malah sibuk dengan menunjukkan eksistensinya melalui kendaraan yang mereka miliki. Seolah mereka berkompetisi dalam hal ini. Siapa yang memiliki kendaraan paling modern, paling canggih, paling baru dan serantai bentuk “paling-paling lainnya” maka ia menempati kasta yang tinggi dalam masyarakat. Akhirnya apa yang terjadi?
Kemacetan merajalela lagi, polusi udara semakin sulit teratasi, suhu bumi semakin meninggi, dan lingkungan jauh dari kata asri.
Beberapa waktu lalu, tempat kita dilanda banjir yang parah, kalau ditelisik, puncak hujan kali ini mulai bergeser dari yang sejatinya di bulan Desember kini beralih ke Januari atau Februari. Ini menandakan bumi kita sudah dan sedang sakit dan ia harus diselamatkan. Caranya dan yang paling gampang ya dengan cara menggalakkan aktivitas keseharian masyarakat dengan bersepeda.
Tentunya, ikhtiar tersebut harus dipikul secara bersama, kita harus bergerak untuk memahamkan masyarakat, bahwa bersepeda memiliki segudang manfaat. Remaja harus kita motivasi untuk menyukai kendaraan yang ramah lingkungan, yang salah satunya, dengan sepeda.
Di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, harus ada fasilitas yang membuat warga sekolah dan warga kampus aman dalam memarkirkan sepedanya. Juga apresiasi untuk mereka-mereka yang sudah dengan percaya diri beraktivitas di lingkungan pendidikan harus diberikan secara berkala. Karena di lain sisi, kita melihat fenomena remaja dan orang dewasa yang memiliki berat badan berlebihan (obesitas) yang meningkat akhir-akhir ini, penulis kira, itu menjadi isu dan momen yang tepat untuk dijadikan bahan bagi penyadaran atau refleksi masyarakat, bahwa dengan bersepeda ancaman obesitas dapat diatasi.
Program Positif CCDE
Adanya program dari Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan (Center for Community Development and Education-CCDE) yang dengan komitmennya sudah menggalakkan dan mempertahankan program donasi 1000 sepeda dan kursi roda untuk anak yatim piatu dan difabel Aceh agar tetap bisa sekolah tentu harus diapresiasi lebih.
Melalui program “bagi sepeda” untuk anak Aceh, saya melihat, CCDE sudah melakukan kegiatan yang “sipat tak dua pat luet” (sekali ditebas dua tempat disambar lukanya). Disamping anak yang dikategorikan yatim mendapatkan sepeda, sehingga ia dapat bersekolah dengan mudah, murah dan tentu menyehatkan fisiknya, kegiatan ini juga berguna bagi penyeimbang stigma dalam benak masyarakat —khususnya pada anak-anak atau remaja— bahwa mengendarai sepeda ke kantor, berangkat ke sekolah, berarti ia tidak mampu membeli sepeda motor atau mobil.
Pemilik dan penyuka sepeda dewasa ini memang sudah kadung dianggap miskin oleh masyarakat. Maka itu, saya berpandangan jika program bagi-bagi sepeda yang dilakukan oleh tim CCDE ini sudah membantu mengatasi masalah masyarakat, tepatnya anak yang bersekolah, dan juga membantu mengubah pola pikir masyarakat terhadap penyuka transportasi sepeda dalam beraktivitas sebagai orang yang tidak dikategorikan miskin.
Butuh Peran Pemerintah
Karena ini menyangkut masalah umum, kebutuhan sosial, tentu pemerintah harus bersedia hadir untuk menumbukembangkan isme tentang bersepeda ini. Pemerintah perlu mengadakan berbagai kegiatan dan acara yang di dalamnya mengkampanyekan ajakan bersepeda.
Disamping itu, Pemerintah perlu kiranya untuk menata kota yang ramah bagi pesepeda dengan memberikan ruang yang aman di sepanjang jalan, seperti dengan melakukan revitalisasi tempat-tempat di mana jalannya banyak rusak, bertaburan sampah, dan lubang kanalisasi yang belum dibersihkan.
Komunitas-komunitas bersepeda, juga organisasi sosial yang sudah mengkampanyekan ajakan bersepeda seperti halnya yang dilakukan oleh CCDE harus diberikan sokongan baik secara moril dan material, agar mereka dapat menjadi eksistensinya di tengah masuknya arus modernisasi yang banyak salah dipahami.
Dengan demikian, bumi yang sehat, ekosistem alam yang terjaga, yang semuanya menjadi tumpuan harapan kita yang hidup di era sekarang dapat kita warisi dengan baik kepada generasi kita di masa akan datang. Tentu kita tidak ingin mewariskan bumi yang sudah rusak, juga kebiasaan-kebiasaan buruk kita, kepada generasi selanjutnya. Nyanban
*Penulis: Seorang guru dan pegiat sosial budaya di Komunitas Beulangong Tanoh.
Riwayat Penulis:
Nama : Muhammad Syawal, S.Sos
Nama Pena : Muhammad Syawal Djamil
TTL : Wakheuh, 23 Maret 1994
Profesi : Guru di Sukma Bangsa Pidie
Alamat : Caleue, Pidie, Aceh
Hp/WA : 082370459520