Karya : Tjoet Dhia Salsabila Tandi
“Ini yang dinamai kereta-angin, tuan-tuan, Velocipede. Bikinan Jerman sejati. Kencang, cepat seperti angin. Sang angin juga yang punya urusan maka penumpangnya tidak jatuh. Duduak aman di sadel, kaki sedikit berayun. Dan…. Penumpang dan dan kereta melesit seperti anak panah!” tulis Pramoedya Ananta Toer dalam novel Anak Semua Bangsa, Bab 14 halaman 433.
Awalnya sepeda dikenal sebagai kereta angin karena sepeda adalah alat transportasi sederhana tanpa mesin. Sepeda berasal dari velocipede, sebuah rancang bangun kendaraan roda dua hasil penemuan seorang pengawas hutan Baden Bernama Baron Karls Drais Von Sauerbronn, yang membutuhkan sarana transportasi bermobilitas tinggi.
Seiring berkembangnya jaman, sepeda buatan Karls mengalami banyak perubahan dan penyempurnaan oleh beberapa orang hingga melahirkan banyak sepeda seperti sekarang.
Sepeda pertama kali masuk ke Indonesia melalui Batavia pada tahun 1910-an. Kala itu, sepeda hanya bisa dimiliki orang Belanda, para saudagar China dan beberapa keluarga kerajaan. Rover merupakan merek sepeda yang paling laku dan menjadi kebanggaan bagi pemiliknya, harganya 500 gulden atau setara Rp. 4.050.690 (Kurs 5 Juli 2020).
Pada masa Orde Lama, sempat ada pelarangan masuknya semua produk yang berasal dari negara Barat, seperti Eropa Barat dan Belanda. Pada masa itu, sepeda biasanya diimpor dari China. Salah satu merek sepeda yang legenda jatuh kepada Phoenix dan Butterfly. Sepeda buatan Tiongkok atau China ini memiliki kerangka yang lebih ringan dan ukuran lebih kecil daripada sepeda buatan Barat, dan lebih pas dipakai orang Asia.
Pada jaman penjajahan Belanda sekitar abad ke 19, ternyata pernah ada balap sepeda di Indonesia!
Kota Bandung dan Semarang menjadi trend center kegiatan ini karena memiliki banyak peminat lomba balap sepeda. Bahkan ada beberapa perusahaan kenamaan seperti Hima, Mansonia dan juga Triump yang membiayai para pembalap sepeda.
Tempat awal diadakannya balap sepeda adalah kota Semarang yang sempat didirikan velodrome atau tempat penyelenggaraan cabang balap sepeda yang dibuat oleh arsitek Bernama Ooiman dan Leeuwen. Walau pada masa penjajahan Jepang kegiatan bersepeda sempat dihentikan, namun setelah Indonesia merdeka kegiatan ini kembali digalakkan.
Salah satu club sepeda yang menjadi inspirasi adalah club sepeda Bandung Super Jet pada tahun 1948, yang tak lama mengubah namanya menjadi Sangkuriang. Bandung pernah mencatat sejarah sebagai kota Sepeda karena banyaknya pekerja dan pelajar yang menggunakan sepeda. Bandung juga menjadi pelopor balap sepeda internasional pertama di Asia pada Tour de Java yang diadakan tahun 1958. Rute dalam lomba ini dimulai dari Bandung dan dilanjutkan ke Surabaya hingga akhirnya finnish Kembali di Kota Bandung. Jarak yang ditempuh dalam perlombaan ini mencapai 2000 km.
Dulu bersepeda merupakan sebuah kemewahan, karena tidak semua orang mampu membeli sepeda. Namun sekarang, sepeda mulai terlupakan karena orang-orang lebih memilih mengendarai sepeda motor, mobil atau memesan Ojek. Salah satu alasannya karena sepeda memakan waktu yang lama dibandingkan sepmor atau mobil, dan alasan mending nabung beli sepmor dari pada beli sepeda. Banyak orang juga beranggapan mmenggunakan sepeda melelahkan karena harus mengayuh dalam waktu yang tidak sebentar sampai tiba ditempat tujuan.
Kini sepeda hanya digunakan dalam beberapa event tertentu saja seperti, gowes dan lomba balap sepeda. Sedihnya, tak sedikit anak muda beranggapan sepeda hanya untuk orang kurang mampu dan bisa menurunkan derajatnya sebagai ‘anak gaul’. Prihatin dengan hal ini, beberapa orang setuju untuk membuat komunitas pecinta sepeda dan kembali menggalakkan kegiatan bersepeda.
Salah satu komunitas pecinta sepeda di Indonesia antara lain adalah Women Cycling Community (WCC), Bike to Work, Strattos Cycling Club, Collous Riders dan masih banyak lagi.
Bersepeda memiliki banyak manfaat salah satunya menguatkan kaki, meningkatkan kekuatan otot, menjaga Kesehatan jantung, menurunkan risiko depresi, menurunkan berat badan dan meningkatkan sistem imun tubuh. Dan kalua terlalu sering bersepeda, bakal ada dampak sampingnya seperti salah posisi saat bersepeda dapat menyebabkan cedera pada otot, tulang dan sendi kita.