Oleh : BAIHAKI
Wakil Ketua Pecinta Bahasa dan Budaya Kluet Aceh Selatan, Berdomisili di Banda Aceh.
TIGA tahun lalu, seorang anak berusia 12 tahun baru saja menamatkan pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) Alurmas Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan.
Nama lengkapnya Julaini, panggilannya Jul. Saat masih duduk di kelas II SD, ia ditinggalkan oleh ibunda tercinta pergi selamanya menghadap Sang Khaliq.
Anak bungsu dari empat bersaudara ini tinggal bersama ayah dan kakak serta abangnya menjalani kehidupan tanpa belaian kasih dari seorang ibu tercinta.
Keluarga sederhana ini dengan mata pencarian ayahnya sebagai seorang petani di kampung dan bekerja serabutan mencari upahan dengan bekerja kepada orang lain yang membutuhkan tenaganya.
Jul, saat itu masih berusia 8 tahun menjalani kehidupan sehari-hari dengan tekun ke sekolah. Belajar, mengaji dan bermain merupakan aktivitas kesehariannya seusia dia.
Beranjak naik ke kelas V SD, Jul ditinggalkan ayah tercinta menyusul ibunda. Sakit yang diderita ayahnya hingga menghembus napas terakhir.
Tentu saja Jul merasa sedih dan gundah karena sosok yang selama ini mengayomi serta menafkahinya pergi untuk selamanya. Kehidupan selanjutnya terpundak kepada kakak dan abangnya.
Singkat cerita, Jul menamatkan pendidikan di SD pada usia 12 tahun. Kemudia ia melanjukan pendidikan ke jenjang SMP yang berlokasi di Desa Kampung Tinggi Kecamatan Kluet Utara berjarak lebih kurang 4 kilo meter.
Setiap pagi Jul pergi ke sekolah menumpang bus sekolah yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan bagi siswa yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kluet Utara dan MAN Kluet Utara di Kotafajar ibu kota Kecamatan Kluet Utara.
Kendala yang dihadapi saat pulang sekolah tentu menunggu bus sekolah yang kadang tidak sama dengan jadwal pulang siswa SMA dan MAN dengan SMP. Kadang ia menumpang dengan kawannya bahkan sering berjalan kaki.
Jul tidak memiliki sepeda, memang ada bantuan beasiswa dari Pemerintah Aceh bagi anak yatim piatu. Namun beasiswa itu dibelikan pakaian sekolah, alat-alat tulis dan kebutuhan lainnya.
Pada saat itu, saya pulang kampung dari Banda Aceh ada saudara yang menikah disana. Saudara ibu saya berasal dari Desa Alurmas dan saya bertemu langsung dengan Jul. Mengajak dia bercerita tentang sekolah dan cita-cita masa depannya.
Saat mengajaknya bercerita, terbesik satu kalimat. “Ia butuh sepeda untuk pergi dan pulang sekolah.”
Jul yang bercita-cita ingin jadi tentara dengan postur tubuhnya tinggi dan tegap menyampaikan kepada saya, kalau ada bantuan sepeda ia menaruh harapan untuk diberikan sepeda. Sayapun hanya mengatakan, tidak berjanji namun akan mengusahakannya.
CCDE Berikan Bantuan Sepeda
Sekembalinya saya ke Banda Aceh teringat ada program bantuan 1000 sepeda oleh Center for Community Development and Education (CCDE) melalui direkturnya, Tabrani Yunis. Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen terhadap pendidikan kaum perempuan dan anak.
Sayapun menjumpai beliau dan secara kebetulan juga stok sepedanya masih ada. Dalam hati berkata barangkali ini rezekinya anak yatim piatu.
Selanjutnya saya menceritakan kepada Direktur CCDE dan menyakan apa saja syaratnya. Dikatakannya, coba minta di kampung surat keterangan tidak mampu dari kepala desa dan kartu keluarga.
Saat itu juga saya telepon saudaranya di kampung kirimkan surat kurang mampu dari kepala desa dan kartu kelurga. Saya tanyakan kembali ke Direktur CDDE apa dikirimkan nanti malam ke Banda Aceh melalui L-300. Dijawabnya, cukup diphotokan saja.
“Alhamdulillah begitu mudahnya urusan administrasi, mungkin karena ketulusan hati Yang Maha Kuasa memudahkan jalan untuk anak yatim piatu. Karena segala sesuatu yang kita lakukan tentu gerak dan izin dari Allah Swt.”
Hari itu juga sepedanya bisa saya ambil dan malamnya langsung dikirimkan melalui L-300 dengan mencantumkan alamat yang dituju dan keesokan paginya sepeda sudah tiba ke alamat tujuan.
Photo yang dikirimkan oleh kakaknya Jul melalui WhatsApp sedang menaiki sepeda baru, tangan kanannya memegang Majalah POTRET dan tangan kiri memegang Majalah Anak Cerdas yang dikirim sebanyak 6 buah sekalian dengan sepeda.
Wajah sumringah terpancar dari wajahnya. Kebahagiaan seorang anak yatim piatu telah memperoleh hadiah sepeda baru untuk digunakannya pergi dan pulang sekolah dalam menuntut ilmu.
Dua tahun enam bulan lamanya sejak semester II kelas VII sampai IX SMP, Jul menggunakan sepeda itu. Kata kakaknya jarang mengalami kerusakan berat, karena sepeda yang dibelikan CCDE memang kualitas bagus.
Kini, Jul sudah sudah duduk di bangku kelas X semester II SMA Negeri 3 Kluet Utara di Desa Kampung Tinggi. Saat pulang sekokah ia membantu abangnya ke sawah dan ke gunung untuk berkebun.
Jul saat ini selain mendapatkan beasiswa yatim piatu dari Pemerintah Aceh, juga beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI.
Semoga dia panjang umur dan diberikan kesehatan. Setelah menamatkan pendidikannya di SMA, apa yang dicita-citakannya menjadi tentara sebagai abdi negara akan terwujud.
Andaikan tidak menjadi tentara, Jul bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dengan memanfaatkan KIP Kuliah, sehingga suatu saat nanti dapat meraih gelar sarjana. “Sejarah tidak membuat manusia, tapi manusialah membuat sejarah.”
Program 1.000 Sepeda
Center for Community Development and Education (CCDE) seperti dijelaskan diatas merupakan sebuah LSM lokal bergerak pada pendidikan kaum perempuan dan anak telah menerbitkan Majalah POTRET serta Anak Cerdas yang terus menyuarakan tentang literasi bagi murid, pelajar, siswa maupun mahasiswa bahkan ke guru sebagai kaum pendidik.
Setelah saya ikuti dan telusuri, CCDE ini memiliki program menyalurkan sepeda bagi anak-anak kurang mampu di daerah dan tidak memiliki kendaraan motor di rumahnya. Kemudian jarak antara rumah ke sekolah berjauhan.
Program ini sangat mulia untuk membantu anak-anak dari keuarga kurang mampu untuk tetap bersekolah walaupun jaraknya berjauhan dari rumah.
Bantuan dermawan baik dari dalam maupun luar negeri yang menyalurkan uang ke CCDE, lalu dibelikan sepeda tanpa imbalan apa-apa. Malahan menyalurkan ke daerah dengan memakai uang pribadi.
Apa yang dicari oleh Tabrani Yunis? tentu ada kepuasan bathin yang tidak bisa diukur dengan uang. Kebahagian itu ada kalanya bisa berbagi dan membantu antar sesama. Ratusan sepeda yang sudah disalurkan, satu diantaranya dimiliki seorang anak yatim piatu, Julaini telah menamatkan pendidikannya di jenjang SMP.
Harapan penulis, bagi para dermawan yang memiliki pendapatan lebih dari zakat hartanya mendukung program 1.000 sepeda ini yang sangat bermanfaat bagi pendidikan anak-anak yang sebagiannya berada di pelosok sana.
Bagi dermawan yang telah menyumbang dana kemudian dibelikan sepeda dan telah disalurkan. Do’a anak yatim piatu, orang-orang miskin akan dijabat oleh Allah Yang Maha Kuasa. Semoga menjadi amal jariyah di akhirat kelak.(*)