• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Thursday, October 5, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home akhlak

Jabatan itu Amanah atau Aman… Nah?

admin by admin
February 15, 2023
in akhlak, Ala Rasulullah, Artikel, Jabatan, Kaderisasi, Pekerjaan, POTRET Budaya
0
Jabatan itu Amanah atau Aman… Nah?
0
SHARES
7
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Riza Saputra

Warga Sipil dan Owner Seduh Alam

Jabatan itu amanah. Jabatan itu titipan. Jabatan itu sementara. Ucapan seperti itu sudah sering kita dengar dan tidak ada yang salah dengan ucapan tersebut, karena memang jabatan itu diamanahkan, dititipkan dan tidak selamanya menjadi milik kita.

Jika kita sadari bahwa jabatan itu merupakan amanah yang sangat berat dan akan dimintakan pertanggung jawabannya oleh sang pencipta. Sehingga para sahabat Nabi pun sangat takut terhadap jabatan yang dibebankan kepada mereka, sebagaimana yang terjadi pada Abu Bakar yang kala itu diangkat menjadi Khalifah sepeninggalnya Rasulullah SAW.

Dalam pidatonya di hadapan umat muslimin dia berkata “Demi Allah, saya tidak pernah berambisi untuk menjadi pemimpin, saya pun tidak punya keinginan untuk itu, saya juga tidak pernah meminta kepada Allah untuk dijadikan pemimpin, baik saat sendirian maupun di keramaian, akan tetapi saya tidak ingin terjadi fitnah. Dengan demikian saya bukannya senang dengan jabatan ini, saya justru merasa diberi beban yang amat berat yang mungkin tidak sanggup dipikul kecuali dengan adanya pertolongan Allah.” Sebagaimana yang dinukil dari buku 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.

Hal serupa juga dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz yang diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah. Beliau menangis terisak-isak sambil memasukan kepalanya ke dalam dua lututnya seraya berkata “Inna lillahi wa innaa ilaihi raji’uun.” Ketika beliau diberikan jabatan tersebut.

Hal seperti itu mungkin dianggap aneh bagi kebanyakan orang di zaman sekarang, namun itulah fakta sejarah dan tentu saja didasari oleh sebuah alasan yang jelas, bahwa mereka menyadari jabatan itu merupakan amanah yang sangat berat dan mereka khawatir akan keadaan diri mereka kelak di hari akhir.

Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan penipuan terhadap rakyatnya kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk surge.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak bisa di pungkiri bahwa saat ini banyak orang menginginkan jabatan karena jabatan dianggap sesuatu yang prestisius. Dengan jabatan yang dimiliki, kasta manusia itu menjadi naik dan memiliki kekuasaan, statusnya menjadi dihormati, dipandang dan mendapat prioritas lebih baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Jadi wajar saja jika banyak orang berlomba-lomba mengejar untuk mendapatkan jabatan dan mengesampingkan beratnya amanah yang akan dipertanggung jawabkan atas jabatan yang dikerjarnya. Sangat berbeda dengan apa yang di sikapi oleh para sahabat Nabi yang disebutkan tadi.

Sepertinya ucapan “Jabatan itu Amanah” telah berubah menjadi “Jabatan itu Aman… Nah”, karena realitanya saat ini, di satu sisi ada orang-orang yang berani menjual jabatan dan disisi lainya ada orang-orang yang mau membeli jabatan tersebut. Asalkan  kedua belah pihak Aman, maka “Nah, ini Jabatan untuk Anda.”

Maka, wajar jika Jabatan atau Amanah tersebut disalah gunakan karena orang yang memegang Jabatan tersebut telah mengeluarkan banyak rupiah untuk mendapatkannya. Integritas dan Kompetensi tidak lagi menjadi penilaian yang utama bagi si pemberi jabatan untuk menentukan orang tersebut layak atau tidak untuk mengisi satu posisi/jabatan, namun kini lebih bersifat “Transaksional”. Siapapun orang yang mampu memenuhi “mahar” yang telah ditetapkan untuk memuaskan nafsu si pemberi jabatan, maka sudah dapat dipastikan ia akan meperoleh jabatan yang diincarnya.

Jabatan itu titipan, sepertinya juga hanya ucapan di bibir saja, karena kebanyakan para pejabat tidak rela jabatan yang telah dimilikinya itu hilang. Hal ini disebabkan oleh indahnya kenikmatan fasilitas yang didapat dari Jabatannya. Sehingga mereka pun akan menempuh berbagai macam cara agar jabatan itu terus melekat kepada dirinya, walaupun kinerjanya buruk.

Bagi orang-orang yang memiliki integritas dan kompetensi dianggap sebagai orang yang kaku dalam menjalankan tugas jabatannya alias tidak lues, tidak bisa bernegosiasi, dan tidak bisa bekerjasama. Karena orang-orang seperti ini berani berbicara apa yang benar dan tidak untuk dilakukan, sedangkan kebanyakan para pemberi jabatan sangat anti ditentang apa yang sudah menjadi kemauannya, meskipun kemauannya itu menyalahi aturan yang telah ditetapkan, karena mereka lebih senang dininabobokan dengan sanjungan dan pujian.

Jika Aceh dikatakan salah satu Provinsi termiskin, mungkin wajar karena menurut saya yang paling miskin di Aceh itu bukan masyarakatnya, namun para pejabat di Aceh itu sendiri. Karena mereka Miskin Akhlak, Miskin Integritas dan Miskin Materi. Sehingga mereka menggadaikan Amanah dengan Materi. Masikah Jabatan itu Amanah atau Jabatan adalah Aman… Nah. Silahkan anda menilai sendiri sesuai dengan kondisi saat ini. Semoga menjadi bahan renungan kita bersama dan terus berusaha menjadi lebih baik walaupun tanpa jabatan. Wallahu ‘alam bishawab.

Related

Previous Post

CCDE Lembaga Peduli Anak Fakir Miskin

Next Post

Gerakan Donasi 1000 Sepeda: Meringankan Beban Keluarga Tak Mampu

admin

admin

Next Post
Gerakan Donasi 1000 Sepeda:  Meringankan Beban Keluarga Tak Mampu

Gerakan Donasi 1000 Sepeda: Meringankan Beban Keluarga Tak Mampu

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Profesor Agung Pranoto Mengapresiasikan Buku Sajak Secangkir Air Mata,  Karya Hamdani Mulya

Profesor Agung Pranoto Mengapresiasikan Buku Sajak Secangkir Air Mata, Karya Hamdani Mulya

12 hours ago
Kajian Millenial RTA Aceh Utara Kembali Hadir di Geureudong Kupi Bulan Ini, Bahas Ilmu Parenting

Kajian Millenial RTA Aceh Utara Kembali Hadir di Geureudong Kupi Bulan Ini, Bahas Ilmu Parenting

13 hours ago

Trending

Amplop Tua Itu

Amplop Tua Itu

1 day ago
Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

1 year ago

Popular

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
Mewaspadai Cyberbullying Pada Anak

Melihat Sisi Lain Kaum Remaja

2 weeks ago
Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

1 month ago
Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

1 year ago
Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

6 months ago

Spam Blocked

22,526 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version