Oleh Nadya Barossa Bahri
Mahasiswi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Anak dapat diartikan sebagai seseorang yang lebih muda dan belum mencapai tahap dewasa baik secara fisik maupun psikisnya, oleh karena itu anak masih membutuhkan arahan dan bimbingan dari orang yang lebih tua darinya. Dalam Undang Undang Perlindungan Anak, anak merupakan “seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Lalu apa itu stunting?
Menurut WHO (World Health Organization), stunting adalah gangguan yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurangnya gizi kronis dan infeksi yang berulang. Yang sering ditandai dengan kurangnya tinggi badan pada anak bila dibandingkan dengan teman sebayanya. WHO juga mengatakan jika suatu negara yang memiliki persentase stunting di atas 20% maka barulah negara tersebut dikatakan memiliki masalah stunting.
Saat ini dalam urutan 34 provinsi, Aceh termasuk kedalam salah satu daerah dengan kasus stunting tertinggi di Indonesia, dalam data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Aceh menduduki posisi ketiga tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat yang menduduki posisi pertama dan kedua. Kabupaten Gayo Lues menjadi daerah dengan jumlah keseluruhan kasus stunting tertinggi mencapai 42,9%,diikuti dengan kota Subulussalam 41,8%,sementara kota Sabang mencapai 23,8% dan Banda Aceh mencapai 23,4% dengan jumlah kasus stunting terendah.(Dinkes.acehprov.go.id 2022)
Selain tubuhnya yang pendek,anak yang terkena stunting juga mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya seperti gigi, wajah yang terlihat lebih muda dan menjadi lebihpendiam dibandingkan teman-teman seusianya, berat badan yang terus menurun, kemampuan fokus dan memori menjadi tidak optimal, anak menjadi lebih mudah terinfeksi penyakit dan pada waktu yang panjang pada anak perempuan kemungkinan besar akan mengalami keterlambatan dalam menstruasi pertamanya.
Dalam jangka pendek stunting akan mengakibatkan terganggunya perkembangan pada otak,metabolisme, hingga pertumbuhan fisik pada anak. sedangkan dalam jangka panjang stunting akan berdampak pada kesulitan belajar pada anak, munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah, dan menurunnya kemampuan kognitif (siloamhospitals.com 2022) menurunya kemampuan kognitif akan berdampak pada saat anak mulai memasuki sekolah, sehingga anak akan kesulitan untuk meraih prestasi.
Tak hanya berdampak pada fisiknya, anak yang terkena stunting juga akan berdampak pada psikologisnya pada saat beranjak remaja, yang mana anak yang terkena stunting akan lebih mudah merasakan cemas dan rentan mengalami depresi (ibudanbalita.com, 2018) anak yang terkena stunting juga kerap menunjukan tingkah tingkah hiperaktif yang cenderung mengarah pada perbuatan yang berlawanan dengan kondisi norma, namun dengan persiapan perkembangan dan asuhan yang baik maka hal negatif akibat stunting mampu diminimalisir. (Susan P. Walker, Susan M. Chang, Christine A. Powell, Emily Simonoff, Sally M. Grantham-McGregor, 2007).
Stunting disebabkan oleh beberapa faktor sepertipermasalahan gizi yang dikonsumsi semenjak masa kandungan maupun pada masa balita, kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan,sulitnya akses makanan bergizi dan sulitnya sanitasi air bersih. Faktor-faktor ini adalah hal yang paling menentukan pada 1000 hari pertama kehidupan pada anak. Jika asupan nutrisi pada anak dapat terpenuhi dengan baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan menjadi optimal, namun sebaliknya jika asupan gizi dan nutrisinya tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi tumbuh kembangnya hingga dewasa. Untuk itu perlunya edukasi kepada calon orang tua dan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak (yankes.kemkes.go.id 2022).
Semenjak tanggal 30 Agustus 2022 pemerintah Aceh sudah melakukan Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh atau sering disebut GISA. GISA adalah sebuah gerakan moral yang dibuat oleh Penjabat (Pj) Gubernur Aceh yaitu Achmad Marzuki untuk mempercepat penanganan stunting yang ada di Aceh saat ini. Melalui dinas kesehatan, Pemerintah Aceh mendistribusikan sejumlah obat penambah darah, susu dan makanan tambahan untuk ibu hamil, balita, dan remaja putri, hal ini dilakukan agar menurunya persentase stunting di Aceh dan mewujudkan Aceh Caroeng (dishub.acehpov.co.id 2022).