Sepeda merupakan alat transportasi yang sangat ramah lingkungan yang memiliki manfaat yang sangat baik bagi tubuh dan kesehatan manusia. Sejarah sepeda dimulai pada abad ke-19 dengan ditemukannya sepeda untuk manusia. Namun, konsep sepeda itu sendiri sudah ada sejak abad ke-15, ketika sketsa dan lukisan menunjukkan kendaraan roda dua bertenaga manusia.
Sepeda pertama yang tepat muncul di Jerman pada tahun 1817 dan dikenal sebagai “kuda danda” atau “kuda tongkat”. Sepeda ini tidak memiliki pedal, namun memiliki setang yang digunakan untuk mendorong kendaraan ke depan. Pada tahun 1860-an, sepeda dilengkapi dengan pedal dan menjadi populer di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Pada awal abad ke-20, sepeda menjadi sangat populer di seluruh dunia, terutama di Eropa dan Amerika Utara. Saat itu, sepeda adalah salah satu alat transportasi paling populer dan termurah di dunia.
Pada tahun 1903, Wright bersaudara yang terkenal sebagai penemu pesawat terbang pertama juga menemukan sepeda yang dianggap inovatif. Karet ditambahkan pada roda sepeda, meningkatkan cengkeraman dan kontrol di jalan berdebu atau berbatu.
Pada tahun 1940-an dan 1950-an, sepeda mulai berubah dari model sepeda klasik menjadi sepeda yang lebih modern dan efisien. Banyak inovasi teknologi baru yang diperkenalkan, seperti ban tubeless, sistem persneling bertingkat, dan rangka sepeda yang lebih ringan dan kuat. Sepeda adalah salah satu alat transportasi paling populer di dunia saat ini. Selain itu, bersepeda adalah olahraga populer dan aktivitas santai di seluruh dunia, termasuk di Olimpiade. Dalam perkembangan teknologi, sepeda listrik dan sepeda lipat juga semakin populer dan menjadi alat transportasi yang ramah lingkungan dan murah bagi banyak orang.
Sejarah sepeda di Indonesia dimulai menjelang akhir abad ke-19 ketika penguasa Belanda membawa sepeda ke Indonesia sebagai alat transportasi. Sepeda pertama yang dikenal di Indonesia adalah sepeda Doris, yaitu sepeda dengan roda besar dan tanpa rantai yang hanya bisa didorong. Pada tahun 1914, perusahaan sepeda Belanda Gazelle membuka pabrik di Indonesia dan memproduksi sepeda dengan rangka dan rantai besi yang lebih ringan. Sepeda gazelle ini menjadi populer dan banyak digunakan sebagai alat transportasi di kalangan masyarakat Indonesia saat itu. Saat itu, sepeda tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga menjadi alat olahraga seperti bersepeda dan bersepeda gunung.
Pada tahun 1970-an, sepeda motor menjadi alat transportasi yang lebih populer di Indonesia, dan sepeda menjadi semakin langka. Namun pada tahun 1980-an, akibat meningkatnya polusi dan kemacetan lalu lintas, sepeda kembali populer terutama di kota-kota besar, di era modern ini sepeda masih populer di Indonesia dan semakin banyak digunakan sebagai alat transportasi. yang ramah lingkungan dan hemat biaya. Banyak pihak juga mulai menggalakkan gaya hidup sehat dan aktif, dan sepeda menjadi pilihan populer untuk membantu mencapai tujuan tersebut.
Bahkan, beberapa kota di Indonesia sudah mulai membangun infrastruktur sepeda seperti jalur sepeda dan tempat parkir sepeda untuk mendorong penggunaan sepeda sebagai moda transportasi yang lebih aman dan nyaman. Selain itu, sepeda semakin populer sebagai olahraga dan hobi di Indonesia. Klub bersepeda dan komunitas bersepeda di Indonesia semakin banyak, dan semakin banyak event dan kompetisi bersepeda yang diselenggarakan di berbagai daerah, seiring dengan perkembangan teknologi sepeda juga semakin berkembang di Indonesia. Sepeda listrik dan sepeda lipat semakin diminati oleh masyarakat terutama di kota-kota besar. Perkembangan sepeda di Indonesia terus berkembang menunjukkan tren yang positif baik sebagai alat transportasi, olahraga maupun sebagai hobi. Tetapi di balik itu semua ada satu masalah yang ditimbulkan dari perkembangan sepeda menjadi sepeda berteknologi atau yang sering kita sebut sepeda listrik.
Meskipun sepeda listrik memiliki beberapa keunggulan seperti ramah lingkungan dan ekonomis, penggunaannya juga memiliki beberapa dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut beberapa dampak negatif penggunaan e-bike terhadap lingkungan. Emisi karbon dioksida salah satu dampak negatif dari sepeda listrik adalah emisi karbondioksida (CO2) selama pembuatan baterai dan penggunaannya. Meskipun sepeda listrik dianggap sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan bermesin pembakaran internal, emisi karbon dari pembuatan dan pengangkutan baterai dapat menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.
Dampak terhadap sumber daya alam Proses produksi baterai elektronik juga membutuhkan sumber daya alam dalam jumlah besar seperti logam, mineral, dan bahan kimia. Hal ini dapat berdampak signifikan terhadap lingkungan karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan seperti B. Menipisnya sumber daya air dan lahan, degradasi tanah dan peningkatan limbah kimia. pembuangan sampah. Baterai e-bike juga menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. Limbah ini mungkin mengandung bahan kimia berbahaya seperti timah, kadmium dan merkuri, yang dapat mencemari air dan tanah. Oleh karena itu, penting agar baterai e-bike bekas dirawat dengan aman dan teratur untuk mengurangi dampak lingkungannya.
Penggunaan energi sepeda listrik membutuhkan sumber tenaga untuk mengisi dan menghasilkan listrik. Jika energi yang digunakan berasal dari sumber daya fosil seperti batu bara dan minyak bumi, penggunaan sepeda listrik dapat menimbulkan gas rumah kaca dan mencemari lingkungan. Meskipun e-sepeda memiliki beberapa dampak lingkungan yang negatif, namun tetap lebih rendah daripada kendaraan bermesin pembakaran dalam. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan penggunaan baterai sepeda listrik yang berkelanjutan dan merawat baterai secara aman dan teratur. Selain itu, menggunakan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin dapat membantu mengurangi dampak lingkungan negatif dari sepeda listrik.
Oleh sebab itu dibalik suksesnya manusia mengembangkan teknologi menjadi lebih mutakhir dan lebih efisien, alangkah baiknya manusia juga memikirkan dampak yang terjadi terhadap lingkungan, yang disituasi ini menjadi rumah kita. Kita sebagai manusia juga harus memikirkan dampak negatif yang dihasilkan dari terciptanya teknologi – teknologi baru yang canggih. Tidak serta merta hanya mengembangkan teknologi tapi juga menciptakan solusi untuk membenahi masalah masalah yang di hasilkan dari teknologi tersebut.