Oleh Nelliani, M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Seulimeum, Aceh Besar
Pendidikan adalah pintu gerbang menapaki masa depan. Meraihnya membutuhkan ragam persiapan. Selain didasari niat dan kemauan, pendidikan meniscayakan dukungan dana yang tidak sedikit. Bagi orang tua dengan status ekonomi menengah ke atas, membekali anak dengan berbagai fasilitaspenunjang tak jadi masalah. Namun bagi mereka yang lemahsecara finansial, besarnya tanggungan dana pendidikan menjadi perjuangan tidak mudah supaya bisa mengantarkan buah hati ke tingkat yang lebih tinggi.
Meskipun Pemerintah telah meringankan biaya sekolah melalui alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)untuk jenjang SD, SMP hingga SMA, jumlah anak putussekolah kian bertambah. Pemberian subsidi pendidikan melalui beasiswa siswa miskin tidak banyak membantu. Anak-anak kurang mampu yang berdomisili di pedalamanmempunyai problema lebih rumit terutama terkait keterbatasan akses transportasi.
Terkadang mereka terpaksa menempuh perjalanan cukup jauh untuk menjangkau sekolah. Tidak tersedianya saranatransportasi umum, kondisi medan yang harus dilalui cukup sulit membuat semangat menuntut ilmu cenderung menurun. Ditambah keadaan perekonomian orang tua yang tidak selalu mendukung untuk menyediakan alat transportasi yang layaksehingga tidak sedikit anak memutuskan berhenti.
Sebagaimana di lansir dari media online, banyak anak di pedalaman kabupaten Aceh Utara tepatnya kecamatan Sawang putus sekolah (www.merdeka.com, 20/08/2021). Anak-anak di sana hanya sampai sekolah dasar (SD) akibat fasilitas sekolah lanjutan jauh dari pemukiman mereka. Seperti disampaikan senator asal Aceh, Fadhil Rahmi saat berkunjung ke sana, “banyak siswa akhirnya memutuskan tidak lagi sekolah karena akses jarak tempuh dan memilih membantu orang tua”. Lebih lanjut Fadhil menambahkan, selain sekolah yang jauh, ekonomi keluarga jadi penghambat anak-anak ini mengakses pendidikan.
Itulah sekelumit potret buram pendidikan anak-anak negeri. Kesenjangan begitu nyata antara perkotaan dengan mereka yang berada di pelosok. Pemenuhan layanan pendidikan secara adil dan merata hanya sebatas slogan pejabat negeri. Merupakan suatu ironi jika di tengah besarnya alokasi anggaran yang dikucurkan setiap tahun, masih kitatemui anak negeri yang terpaksa meredam asa mengenyam manisnya ilmu pengetahuan hanya karena sarana dan prasarana belum sepenuhnya menyentuh mereka dipedalaman.
Ada adagium yang berkembang di masyarakat, janganlahmengutuk kegelapan, mari nyalakan lentera untuk menghadirkan secercah cahaya. Jika kegelapan diibaratkansarana transportasi yang masih jauh dari sentuhan tangan pemerintah, solusinya bergerak seoptimal mungkinmengadakan perubahan, jangan pasif menunggu. Satu aksi nyata kita sangat berarti buat mereka, bisa menyalakan kembali sinar harapan yang sempat redup dari wajah-wajah polos generasi. Langkah tersebut sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab terhadap masa depan anak negeri.
Kepedulian kita seakan menemukan wadah dengan terlibat bersama gerakan berbagi sepeda dan kursi roda yang digagas oleh Lembaga Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh. CCDE merupakan lembaga sosial yang konsen dengan permasalah pendidikan anak kurang mampu dan penyandang disabilitas dalam hal mengakses sekolah. CCDE membuka program donasi 1000 sepeda dan kursi roda dengan tujuan meringankan bebananak-anak miskin, yatim piatu dan anak penyandang disabilitas di Aceh. Satu unit sepeda atau kursi roda diberikan sebagai sarana transportasi menuju sekolah dan di sekolah.Aksi sosial ini diharapkan membantu mereka meraih impiannya melalui kemudahan akses transportasi.
Sejak program ini diluncurkan, setidaknya sudah membantu 180 sepeda dan 3 kursi roda bagi anak-anak yang membutuhkan. Bantuan diantar langsung ke penerima manfaat yang tersebar di seluruh Aceh seperti Aceh Besar, Aceh Barat, beberapa kecamatan di Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan yakni Labuhan Haji Barat dan Trumon.
Untuk wilayah pantai timur Aceh, donasi sepeda sudah sampai ke tangan yang berhak di kecamatan Seunudon dan Nisam Antara. Bantuan sepeda juga diterima oleh anak-anak di kecamatan Bandar Dua dan Pante Raja, Pidie Jaya. Untuk wilayah Pidie, distribusi bantuan tersebar di Padang Tiji, Garut dan Kembang Tanjong. Pada penyerahan pertama, program ini dilakukan kepada sejumlah anak di Aceh Besar yakni Sibreh, desa Athom, Blang Bintang serta desa Neuhen.
Dengan ikut andil dalam program mulia ini, kita telah berkontribusi menyelamatkan masa depan anak negeri.Kegalauan mereka akan akses transportasi sedikit teratasikarena bisa menggunakan sepeda dalam rutinitas ke sekolah. Bagi donatur yang ingin terlibat dapat menyalurkansumbangannya melalui CCDE atau majalah Potret. Penyumbang juga bisa mengirimkan donasi melalui nomor rekening yang disediakan pihak lembaga.
Program donasi 1000 sepeda untuk anak yatim, miskin dan penyintas disabilitas oleh CCDE adalah sebuah gerakanperubahan. Disaat lembaga lain cenderung memilih santunansecara finansial, menyediakan peralatan sekolah atau barang kebutuhan sehari-hari, CCDE memfokuskan bantuannya berupa sepeda.
Di balik gerakan ini, CCDE mengirim pesan kepada semua. Berbagi sepeda bukan semata tentang kepedulian padanasib pendidikan anak bangsa, namun lebih dari itu. Bersepeda merupakan cara mengubah pola pikir bagaimana menjadikan kegiatan ini dari sekedar rekreasi menuju gaya hidup sehat dan peduli terhadap alam sebagai investasi masa depan.
Melalui kegiatan tersebut, CCDE ingin mengajak, mendorong serta mengedukasi siswa agar gemar bersepeda. Hal ini penting untuk menciptakan kebiasaan bersepeda baik saat ke sekolah maupun tempat-tempat lain dalam mobilitas jarak dekat. Menurut penelitian, bersepeda bagi pelajar mampu meningkatkan kemampuan motorik, kosentrasi belajardan membuat suasana hati lebih bahagia. Selain itu, bersepeda sebagai media olah raga alternatif yang dibutuhkan pada masapertumbuhan dalam menjaga kebugaran fisik, jantung, paru-paru serta mencegah resiko obesitas.
Demikian juga, kesadaran menjaga lingkungan hidupperlu ditanamkan sejak dini agar tumbuh kecintaan dan rasa peduli terhadap lingkungan. Inisiatif menggunakan sepeda sebagai moda transportasi ramah lingkungan adalah salah satu upaya menjaga kelestarian alam.
Dengan bersepeda kita mengurangi emisi karbon dioksida atau CO2 dari pembakaran asap kenderaan yang menjadi sumber polusi udara. CO2 merupakan zat berbahaya bagi tubuh yang dapat memicu berbagai jenis penyakit serius. Dengan bersepeda kita ikut menjaga bumi supaya terbebasdari ancaman kerusakan lingkungan.
Agar gerakan ini semakin meluas, dibutuhkan dukungandan peran aktif bersama. Kita bisa memperkenalkannya mulailingkaran terdekat dengan mengajak keluarga, tetangga dan kolega berpartisipasi. Jangan lupakan juga publikasi melalui kanal media sosial. Mari menjadi bagian dari donasi 1000 sepeda untuk sebuah kepedulian pada anak negeri.
*Penulis adalah seorang guru SMA Negeri 3 Seulimeum, Aceh Besar. Senang mengisi waktu luang dengan membaca terutama buku-buku bertema pendidikan dan psikologi. Mengikuti lomba ini untuk turut berbagi peduli lewat literasi.
Biodata Penulis
Nama: Nelliani, M.Pd
Profesi:Guru SMA Negeri 3 Seulimeum, Aceh Besar
Alamat: Darusalam, Aceh Besar
Email :nellianimnur@gmail.com