Oleh Breaking Reza
Wahai lelaki, kenapa menangis tersedu seperti itu? Bukankah ayah telah memberi pesan bermakna?
Wahai lelaki, mengapa kau memilih bungkam? Bukankah mulutmu itu dapat mengungkapkan rasa…? Rasa cinta yang kau pendam.
Lihatlah pelangi di balik awan hitam di atas sana. Seakan memberi kabar bahwa harapan itu nyata adanya. Setelah kau menganggap diri terjatuh dan gagal, dirimu masih mungkin untuk berjalan.
Asamu terlihat pudar sebab dia yang kau lukis wajahnya di hati tak juga memberi pesan tersirat untuk membalas perasaanmu. Dan kau memilih menutup lisan, mendengar keluh kesah batin yang tidak terkontrol.
Wahai lelaki, pahamilah bahwa alur cinta itu memang rumit. Sudah semestinya kau tau bahwa ada luka dan rasa sakit yang akan menyerang kekokohan topanganmu.
Tapi tak mengapa, sebab mereka juga merasakan hal yang sama. Dan sebelum semuanya terlambat, bukankah kau harus memulainya sejak dini? Mengungkapkan perasaan tersembunyi.
Kian hari kau hanya merenung. Di sudut petang kau terduduk lesu. Di awal cahaya mentari kau tertegun ragu. Tidak menggerakkan kaki, tidak menggerakkan hati untuk mengutarakan cinta.
Bagimu itu adalah perasaan suci. Kau takut jika nanti hanya menjadi sebuah pelampiasan. Tapi, kau adalah lelaki yang memikul tanggung jawab. Cahaya cinta yang hadir di dasar kalbu itu kepada seorang wanita anggun di seberang sana, dikau harus memaknainya sebagai penyatuan rasa yang abadi.
Jangan jadikan dirimu seperti mereka; mencintai hanya untuk membuktikan diri hebat, menaklukkan setiap hati wanita hanya sebatas penasaran. Lalu pergi oleh sebab rahasia yang sudah terungkap. Mereka itu, bukanlah contoh untuk kau terapkan.
Sebab wanita juga merasakan emosi yang bahkan lebih dalam dari yang kau ketahui; dia akan tersenyum anggun jika bahagia… dan dia akan menangis tersedu saat terluka.
Sandarkan perasaanmu di bahteranya, dan jadikan cinta sebagai cerita yang tiada ujung. Kau dan dia si wanita, mencintai untuk saling melengkapi di balik tawa ceria dan air mata pilu.
Wahai lelaki, sampai kapan kau ‘kan sanggup menahan pendaman cinta itu? Bukankah saat ini kau terlalu sakit memendamnya?
Buku harianmu penuh dengan tulisan namanya. Kau diam untuk merasakan kehadirannya. Kau diam karna terlalu takut mencoba. Kau hanya diam sambil berharap si wanita memahami pesan hatimu.
Tak cukup menjadi lelaki hanya untuk mengagumi dalam diam. Perlahan semua hanya membeku kaku. Kau harus bergerak untuk mencari tau.
Tapi… libatkanlah Tuhan sebab perkara hati yang ingin melabuhkan cinta… kau terlalu lemah untuk melakukannya seorang diri. Dan tapi… jangan menyerah untuk mengejar cintamu.
Kudapati engkau yang masih berharap, akan ada hari di mana semua akan berakhir untuk kemudian dimulai lagi dengan sebuah tahapan alur baru; kau dan wanita itu.