Oleh : Suroto
Gerakan koperasi kredit ( Kopdit) atau Credit Union (CU) Indonesia yang dirintis seorang imam Ordo Jesuit Pater Albrecht Kariem Arbie pada tahun 1970 an pada saat ini sudah beranggotakan 4,3 juta orang dan menyebar di 1000 an Koperasi di tingkat primer yang tersebar hampir di semua propinsi. Bergabung dalam 40 an koperasi sekunder di tingkat daerah dan 2 federasi di tingkat nasional, yaitu jaringan Induk Koperasi Kredit ( Inkopdit) dan Puskopcuina.
Gerakan ini bekerja secara berjejaring, baik di tingkat daerah sampai ke tingkat nasional. Asset yang berasal dari tabungan anggotanya kurang lebih 40 trilyun.
CU merupakan gerakan sosial ekonomi yang cukup solid dan dapat diandalkan sebagai sebuah jaringan gerakan koperasi. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari fungsi jaringanya yang berjalan efektif, tata kelola yang baik dan program kerja yang nyata di lapangan.
Gerakan CU ini keberhasilanya juga didukung oleh 5 pilar utama, yaitu : pendidikan, solidaritas, swadaya, inovasi dan persatuan. Pilar terpentingnya adalah pendidikan. CU sangat terkenal dengan sloganya ” dimulai dengan pendidikan, dikontrol melalui pendidikan dan dikembangkan melalui pendidikan.
Insan – insan gerakan CU percaya bahwa tanpa pemahaman yang lengkap tentang koperasi dan juga pemahaman yang baik dalam mengatur keuangan keluarga, maka CU tidak akan berjalan dengan baik. Insan CU juga percaya bahwa pengetahuan anggota tentang koperasilah yang akan dapat memampukan anggota untuk turut mengendalikan koperasinya serta terlibat aktif dalam pengembanganya.
Di tingkat koperasi primer, CU selenggarakan pendidikan bagi anggotanya untuk beberapa hal penting. Materi utama pendidikannya tentang koperasi yang berisi sejarah CU, nilai nilai dan prinsipnya, tata kelola koperasi dan lain-lain, serta tentang literasi keuangan dalam bentuk Pendidikan Pengaturan Keuangan Keluarga.
Insan insan CU percaya bahwa tanpa pendidikan dan pemahaman anggota tentang koperasi yang baik, maka gerakan ini tidak akan dapat berjalan efektif dan memiliki daya lestari.
Dalam mengembangkan fungsi jaringanya, CU mengadopsi model struktur organisasi gereja Khatolik, mengembangkan asas subsidiaritas di setiap jenjang organisasi. Apa yang tak dapat dikerjakan sendiri sendiri dikerjakan melalui organisasi koperasi. Apa yang sudah dapat dikerjakan sendiri sendiri tidak perlu dikerjakan oleh jaringan organisasi di atasnya.
Di tingkat koperasi primer dijalankan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk anggota. Selain tentu kegiatan layanan utama dalam membangun simpanan dan pinjaman dan pemberdayaan usaha usaha produktif anggotanya.
Untuk mendukung organisasi di tingkat primer, maka primer – primer koperasi dirikan sekunder yang dinamai Pusat Koperasi di setiap daerah. Aktifitas koperasi di tingkat sekunder daerah ini selenggarakan kegiatan seperti pendidikan dan pengembangan bagi pelatih koperasi, pendidikan dan pelatihan untuk pengurus, pengawas dan manajemen, memgembangkan daya dukung jaringan berupa sistem tata kelola, pengembangan teknologi, selengarakan silang pinjam antar koperasi anggota di tingkat primer rapat rapat, dan lain lain.
Demikian juga berlaku di tingkat jenjang federasi nasionalnya. Mereka selenggarakan kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk pengurus dan manajemen di tingkat pusat pusat, silang pinjam antar pusat atau daerah, advokasi regulasi dan kebijakan dan lain lain.
Kopdit / CU, dengan kekuatan 5 pilarnya telah berhasil membawa sukses bagi anggotanya. Manfaat manfaat nyata telah mereka kembangkan. Termasuk yang sedang secara terbatas dikembangkanlah aktifitas pengembangan koperasi di sektor non keuangan atau koperasi sektor riil melalui strategi spin off ( pemekaran).
Kegiatan spin off ini saat ini telah beranggotakan 22 koperasi yang bergabung dalam satu federasi nasional yang bernama Induk Koperasi Usaha Rakyat ( INKUR Federation). Koperasi yang menjadi anggotanya ada yang merupakan koperasi konsumen dengan layanan usaha berupa minimarket dan jaringan distribusi, koperasi pertanian, koperasi jasa, dan lain lain.
INKUR sebagai sebuah organisasi yang dirintis pada tahun 2013 didirikan oleh salah satu pioner CU di Indonesia bapak Robby Tulus yang juga merupakan Manajer pertama gerakan koperasi kredit di Indonesia.
Saat ini INKUR ini juga telah bergabung dalam jaringan gerakan koperasi dunia yang bernama International Cooperative Alliance ( ICA) yang mana jaringan CU di tingkat dunia atau World Confederation of Credit Union ( WOCCU) menjadi anggotanya.
Dalam visinya, INKUR sedang merintis layanan layanan penting seperti INKUR-Edu yang kembangkan pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan masyarakat / organisasi serta CU yang ingin kembangkan koperasi di sektor riil. Kemudian layanan INKUR-Consult yang kembangkan jasa layanan konsultasi organisasi maupun manajemen, INKUR- Network yang fasilitasi pengembangan jaringan kerja dan bisnis, INKUR- ResDev yang kembangkan aktifitas riset dan pengembangan, INKUR- Advo yang bertujuan untuk berikan layanab advokasi koperasi terutama dalam regulasi dan kebijakan serta INKUR – SupAu yang merupakan layanan internal bagi anggota dalam kegiatan supervisi maupun audit.
Potensi pengembangan jaringan INKUR ini sangat besar dan diharapkan kedepan dapat menjadi pendukung utama bagi berkembangnya jaringan koperasi sektor riil ( KSR) di Indonesia. Visi INKUR adalah menjadi pendukung jaringan konglomerasi sosial terbesar di Indonesia.
Jika satu saat satu CU saja di Indonesia dapat dengan sukses kembangkan satu KSR saja, maka setidaknya anggota INKUR ini akan menjadi 1000 koperasi. Sehingga INKUR bersama dengan GKKI akan menjadi suatu jaringan konglomerasi sosial ekonomi yang mandiri, kokoh dan tangguh di Indonesia. Semoga.
Jakarta, 20 Januari 2023
Suroto
Chief Executive Officer ( CEO) INKUR Federation