• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Thursday, October 5, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Amerika

Belajar dari Pemilihan Ketua Kongress Amerika

admin by admin
January 7, 2023
in Amerika, Analisis, Artikel, Demokrasi
0
Belajar dari Pemilihan Ketua Kongress Amerika
0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Shamsi Ali*

Amerika baru saja melangsungkan pemilihan anggota legislator (Kongress) untuk dua tahun ke depan. Mungkin semua tahu bahwa masa jabatan anggota Kongress Amerika itu hanya dua tahun. Setelah itu diadakan pemilihan lagi. Sehingga setiap dua tahun seorang anggota Kongres terancam untuk kehilangan posisi jika gagal menjalankan amanah konstituennya.

Berbeda dengan Senate. Setiap anggota senate (senator) menjabat selama empat tahun sebagaimana jabatan Presiden/Wakil Presiden. Jabatan Senator memang lebih prestigious ketimbang Kongress. Walaupun Kongress identik sebagai penyeimbang utama kekuasaan eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) di Amerika Serikat.

Dalam pemilihan anggota Kongress baru-baru ini terjadi perubahan komposisi keanggotaan dari yang tadinya  dikuasai oleh partai Democrat menjadi Republicans majority. Sehingga dengan sendirinya terjadi perubahan Pimpinan Kongres dari Democrat (Nancy Pelosi) ke Republican (Kevin McCarthy).  Ketua Kongres di Amerika bergelar  “US Speaker of the House”.

Yang ingin saya sampaikan kali ini adalah proses pemilihan ketua Kongres yang baru ini, Kevin McCarthy, yang berlangsung selama 3 hari ini. Saya tertarik menuliskannya karena proses ini menjadi catatan sejarah tersendiri. Inilah proses pemilihan ketua Kongres Amerika yang terlama selama kurang lebih 160 tahun sejarah negara adidaya ini.

Panjangnya proses pemilihan ini karena calon ketua dari Republikan itu tidak berhasil mendapatkan suara minimal, yaitu 218 dari total 222 anggota Kongres dari Partai Republikan. Ada sekitar 6-8 orang anggota Kongres yang merupakan loyalis Donald Trump sengaja menghalangi calon yang merupakan anggota Kongres dari negara bagian California itu.

Yang menarik dari proses ini adalah bagaimana loyalis Donald Trump itu dengan tanpa malu-malu mempermainkan sebuah institusi terhormat demi mendapatkan recognisi (pengakuan) dari publik. Tapi yang lebih disayangkan lagi 6-8 orang ini menyandera proses pemilihan ketua kongres karena berambisi menduduki posisi-posisi sebagai ketua komisi di badan legislasi terhormat itu.

Kevin McCarthy bukan orang sembarangan di kongres. Dia adalah anggota senior Kongres dan pada periode lalu terpilih secara aklamasi untuk menjadi Pimpinan oposisi (minority leader) di Kongres. Bahkan pada momen-momen krusial di bawah tekanan Trump, McCarthy telah memainkan peranan penting dan cerdik.

Sebagai politisi tentu McCarthy pintar bermain dua kaki. Tapi satu hal yang menjadi komitmen yang tak tergoyahkan adalah komitmen untuk negara dan rakyat. Inilah salah satu alasan kenapa loyalis Donald Trump berusaha sekuat tenaga untuk menggagalkannya menduduki posisi Ketua Kongres Amerika. Karena ambisi mereka adalah kepentingan pribadi dan kelompok.

Dari semua hiruk pikuk dan kehebohan proses pemilihan Ketua Kongress kali ini barangkali hal yang paling penting untuk diambil sebagai pelajaran adalah keterbukaan dan kejujuran dalam berdemokrasi. Kejujuran yang kita maksud adalah bahwa praktik demokrasi itu bukan pada tataran pengakuan. Tapi ada pada tataran prilaku dan pembuktian, walau itu mungkin terasa pahit.

Jangan sampai seperti yang terjadi pada dunia lain. Di mana pengakuan demokrasi besar, tapi yang sering terjadi adalah persekongkolan sekelompok untuk meloloskan kepentingan sempit kelompok, atau kepentingan pihak-pihak tertentu yang punya “hidden authority” (otoritas di balik layar).

Keterbukaan dan kejujuran yang ditampilkan dalam proses pemilihan Ketua Kongres Amerika telah menjadi contoh yang baik dalam proses sekaligus  pertanggung jawaban demokrasi kepada rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Proses panjang dan mungkin terasa pahit bagi sebagian itu mungkin melelahkan. Kevin McCarthy gagal memenangkan pemilihan itu dalam 14 kali pemungutan suara selama tiga hari. Tapi proses demokrasi memang proses yang matang dan bermutu.

Jangan sampai seperti yang biasa terjadi di belahan dunia lain. Selain kesepakatan di balik layar yang tidak jarang terjadi dengan “pemaksaan halus”, juga keputusan-keputusan serasa dipaksakan. Mereka yang menentang, bahkan sekadar ingin menyampaikan pendapat ruang geraknya diperkecil. Bahkan dengan mematikan microphone sekalipun.

Keterbukaan dan kejujuran menjadi Karakter demokrasi. Dan jika anda ragu dengan keterbukaan dan kejujuran itu, jangan “ngaku-ngaku” paling demokrasi. Jangan-Jangan anda adalah diktator yang bersembunyi di balik pengakuan demokrasi….Semoga tidak!

Jamaica City, 7 December 2023

* Diaspora Indonesia di kota Dunia, NYC.

Related

Previous Post

Almarhum Drs. Mohd. Kalam Daud. M.Ag., dalam Kenangan….!

Next Post

MATINYA PERJUANGAN KEPENTINGAN BURUH

admin

admin

Next Post
MATINYA PERJUANGAN KEPENTINGAN BURUH

MATINYA PERJUANGAN KEPENTINGAN BURUH

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Profesor Agung Pranoto Mengapresiasikan Buku Sajak Secangkir Air Mata,  Karya Hamdani Mulya

Profesor Agung Pranoto Mengapresiasikan Buku Sajak Secangkir Air Mata, Karya Hamdani Mulya

14 hours ago
Kajian Millenial RTA Aceh Utara Kembali Hadir di Geureudong Kupi Bulan Ini, Bahas Ilmu Parenting

Kajian Millenial RTA Aceh Utara Kembali Hadir di Geureudong Kupi Bulan Ini, Bahas Ilmu Parenting

16 hours ago

Trending

Amplop Tua Itu

Amplop Tua Itu

2 days ago
Memasukan Buku Bahasa dan Sastra Aceh sebagai Materi Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Memasukan Buku Bahasa dan Sastra Aceh sebagai Materi Pembelajaran Kurikulum Merdeka

11 months ago

Popular

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
Mewaspadai Cyberbullying Pada Anak

Melihat Sisi Lain Kaum Remaja

2 weeks ago
Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

1 month ago
Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

1 year ago
Memasukan Buku Bahasa dan Sastra Aceh sebagai Materi Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Memasukan Buku Bahasa dan Sastra Aceh sebagai Materi Pembelajaran Kurikulum Merdeka

11 months ago

Spam Blocked

22,527 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version