Surat Terpendam

Oleh:  Breaking Reza 

Guru MIN Tungkop, Aceh Besar

 

Sajak-sajak yang terbang mencari tujuan

Berisi ungkapan terpendam

Memohon untuk tiba secepatnya

Meski badai sedang mengamuk liar

Tulisan-tulisan yang sukar dipahami

Sengaja kuukir di lembaran kusam

Hanya itu yang dapat kulakukan

Sejauh hati ini berharap

Kau… adalah doa yang tak pernah putus kupanjatkan

Kau… adalah bait puisi yang tertinggal serpihan kenangannya di jalan Hamzah

Kucari keberadaanmu

Saat kita terpisah dari radar hati yang hendak menepi dari kepiluan

Masih dengan perasaan yang sama di balik situasi yang berbeda

Kuakui keresahan menyerang batin tanpa henti

Aku hanya mencoba bijak meskipun diri ini tak berkemampuan

Merpati putih baru saja terbang

Merasakan titik temu untuk bersua

Surat yang kutitipkan

Belum juga sampai padamu di seberang tol sana

Apakah aku harus bergerak cepat menyatakan apa yang seharusnya kulakukan sejak lama?

Tapi… kenapa engkau masih mendekap lelaki itu?

Saat sudah berulang kali kau tolak proposal lamarannya

Aku di sini sebagai seorang lelaki

Berdiri dengan segenap keteguhan hati

Jika kesempatan itu berada di pihakku

Tak ada kata keraguan untuk menikungmu

Lalu kutanya,

“Apa kau siap?”

Aku di sini berdiri dengan terus berharap

Hingga desir angin mulai bosan mendengar ocehan yang terus saja kuulangi

Dia memberi kesejukan gelisah

Barangkali sebagai teguran agar aku mempercepat langkah menuju padamu

Namun bagaimana caranya?

Bagaimana kulakukan?

Bahkan puisiku tak pernah sama sekali singgah dalam lamunanmu

Yang kutulis pasrah di balik titik-titik air mata semu

Tapi kemudian…

Kepasrahan ini merenggut harapanku terhadapmu

Pupus… di tengah aku yang semakin candu menyebut-nyebut namamu

Di balik doa yang kukirim kepada Tuhan

Hingga akhirnya…

surat terpendam ini

Tak pernah mengetuk pintu rumahmu

Untuk menyampaikan perasaan tersiratku

Yang mekar di Jalan Hamzah

Bersama ribuan kenangan yang tertulis

Dalam buku harian

Kini, berdebu sudah

Kini hampa rasanya

Engkau hanya akan menjadi tokoh fiksi

Dalam novel cinta yang dulu sedang kususun rapi

Bersama alur yang memberi akhir kebahagiaan

Exit mobile version