Oleh Tabrani Yunis
Sore ini, usai menjemput anak dari sekolah, penulis singgah sebentar di POTRET Gallery di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya untuk mengecek barang-barang baru yang masuk hari ini. Kebetulan barang-barang Kerajinan dari Jogjakarta baru tiba. Sementara, sekitar satu jam sebelumnya, ada panggilan telepon dari seorang teman lama, mengajak minum kopi sambil mengobrol sesuatu. Lalu, barang-barang yang baru masuk tersebut dibereskan oleh staf di toko dan ajakan ngopi pun disahuti dan dilakukan dengan rasa syukur.
Waktu di HP sudah menampilkan perjalanan waktu. Pukul 16.15 WIB. Artinya masih punya cukup waktu untuk bisa menikmati segelas kopi Arabica Gayo dan sajian makanan yang disuguhkan para pelayan Warung kopi. Warung kopi yang disepakati adalah Solong Jepang. Bukan Solong yang terdapat atau berada di Jepang ya, tapi Solong Jepang yang dimaksud adalah Solong yang berada di kawasan Jembatan Pango dan disingkat menjadi Solong Jepang. Letaknya hanya sekitar 50 meter dari POTRET Gallery yang juga berlokasi di Jalan Prof Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh itu. Sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan Kami saja, namun agar cepat, akhirnya menggunakan mobil saja.
Setiba di Solong, sang teman sudah berada di sana dan kami mengambil tempat duduk, di bagian depan, agar lebih mudah akses kepada tak makanan untuk memesan apa yang diinginkan. Padahal, di bagian belakang ada space yang juga enak untuk ngopi dan ngobrol, namun kali ini pilihan berada di bagian depan, dengan alasan seperti dikatakan tadi. Ya, ingin lebih mudah akses ke sumber makanan. Karena semua stelling makanan ada di bagian depan. Dengan demikian, akan memudahkan dan tidak mengganggu jalannya obrolan.
Nah, seperti biasanya, sajian kopi Arabica Gayo adalah pilihan atau favorit untuk diteguk dengan pelan. Pelannya meneguk kopi tersebut membuat waktu untuk ngobrol bisa lebih lama, apalagi ditambah dengan sajian penganan kue atau makanan lain seperti Mie Aceh dan lainnya. Jadi kalau Ingin menikmati sajian kopi dan Mie Aceh serta penganan atau kue basah, bahkan nasi perang dan nasi gurih di pagi hari, maka warung kopi adalah destinasi sarapan pagi, ngopi, ngeteh atau minuman lainnya. Namun, namanya tetap warung kopi, bukan warung teh atau warung jus. Bila kita merujuk pada pengertian warung atau kedai kopi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kedai kopi adalah kedai tempat menyediakan minuman (misalnya kopi, teh) dan makanan kecil (misalnya gorengan, kue-kue, dan sebagainya).
Nah, ngopi sore ini menjadi lebih meriah, karena tidak duduk sendiri di sebuah meja dengan sajian penganan dan kopi sendiri, tetapi duduk bersama teman-teman yang sudah saling berjanji ngopi bareng. Artinya, ngopi sore ini mewujud dalam bentuk temu kangen, temu ngobrol, temu ramah dan bahkan lebih khas disebut silaturahmi. Ya, sebut saja silaturahmi warung kopi yang semakin ramai dilakukan oleh masyarakat Aceh sehari -hari. Lha, silaturahmi kok di warung kopi?
Sebenarnya dalam tata kehidupan masyarakat Aceh yang Islami, kegiatan silaturahmi yang hakiki itu adalah silaturahmi dalam bentuk saling kunjung ke rumah, dijamu di rumah, bercengkerama di rumah dan bahkan juga saling mengingatkan dan menyampaikan hal-hal yang baik. Silaturahmi yang afdal itu adalah ketika kita datang bertamu dan berkunjung ke rumah dalam kondisi apa pun, baik senang maupun susah. Bersilaturahmi di rumah dirasakan sangat pas. Namun, selama ini apakah silaturahmi yang demikian sudah tidak ada? Jawabnya masih ada. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan dan perkembangan warung kopi serta perubahan perilaku dan tradisi minum kopi di warung, kegiatan silaturahmi tersebut sedikit demi sedikit bergeser menuju warung kopi. Benarkah demikian? Tentu harus ada penelitian lebih lanjut.
Namun, melihat tradisi minum kopi masyarakat Aceh silaturahmi warung kopi ini semakin mengkristal. Bila kita amati pergerakan orang ke dan di warung kopi di Aceh saat ini, semakin ramai dan meriah, seirama dengan semakin mewabahnya warung kopi di Aceh. Pertumbuhan dan perkembangan warung kopi di Aceh begitu pesat. Bukan hanya di kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi, di wilayah kabupaten kota lainnya di Aceh menunjukkan gejala yang sama. Warung kopi tumbuh berbanding lurus dengan ramai nya orang menghabiskan waktu di warung-warung kopi yang bukan hanya sekadar ngopi dan silaturahmi warung kopi. Yang jelas untuk kali ini dan juga sebelumnya, berada di warung kopi adalah untuk bersilaturahmi dengan teman -teman yang datang dan menikmati kopi.
Tentu saja, cerita soal warung kopi tak sebatas silaturahmi, tetapi masih ada sejuta cerita tentang warung kopi Aceh yang bisa kita diskusikan dan ceritakan dalam berbagai versi atau gaya tulisan. Semua bisa menuliskan cerita warung kopi Aceh, kapan saja dan di warung kopi mana saja. Nah, bagaiamana dengan anda? Adakah warung kopi menjadi wadah silaturahmi bagi anda? Silakan anda ceritakan ya.