Rindu Ibu
Delia Rawanita
Besok pertemuan kita,bu
Aku tak pernah lupa menghitungnya tanggalnya
Selamanya
Pagi itu aku bersama ibu
Kita menunggu ayah pulang
Membawa ikan hasil tangkapan
Ibu memasakknya untuk lauk sarapan
Agak lama kita menunggu
Aku mulai bosan
Ibu mengusap kepalaku dan berkata
“ Sabar ya, sebentar lagi ayah pulang”
Memeluk ibu membuat rasa lapar hilang
Aroma tubuhnya membuat perutku kenyang
Ibuku memang perempuan luar biasa
Kekuatan hidupku yang tak terhingga
Tiba tiba gempa datang kuat sekali
Aku makin erat memeluk ibu
Sesaat kemudian air laut surut
Ikan berlompatan keluar menuju pantai
Lalu terdengar suara gemuruh
Orang orang di pantai panik, berlarian
Air laut naik menutup langit
Hitam
Tak ada yang bisa dilakukan
Kulihat ibu pasrah pada takdirNya
Aku memeluk ibu
Ibu dipeluk laut
Hari ini belasan tahun yang lalu
Aku berdiri menanti dengan rindu
Menunggu di tepian pantai menatap gelombang
Mengharap lambaian tangan, ibu
Seperti ayah melihat lambaian tanganku waktu itu
Aku masih di sini bu
Di tepian laut dekat rumah kita dulu
Menatap laut membayangkan dirimu
Peluklah aku, bu
Seperti laut memeluk ibu.
Banda Aceh , 25 Desember 2022
PULANGLAH, NAK
Delia Rawanita
Aku ingat betul pagi itu
Kedua anakku bermain di halaman
Sambil menyapu kulihat mereka berlarian gembira
Saddam 6 tahun dan Tata 10 tahun
Tiba tiba bumi berguncang
Gempa besar datang
Mereka ketakutan dalam dekap
Kami berpelukan erat
Tak lama suara gemuruh
Seperti suara angin badai
“ Air laut naik, air laut naik
Semua panik menyelamatkan diri
Ombak tinggi menjulang menerjang
Menghantam apa saja di hadapan
Aku berlari mengendong anakku
Saddam meronta ingin turun
“ Biarkan Saddam lari,mak” dia memelas
Aku tetap memeluknya erat
Tak boleh ada yang terpisah
“Kita tetap bersama” teriakku di sela deru
Gelombang besar menghantam tubuhku
Mereka terlepas entah kemana
Timbul tenggelam di dalam air hitam.
Anak anakku hilang seketika
Aku tak tahu rencana Allah
Aku selamat atas kuasaNYa
Namun apalah artinya
Aku kini sebatang kara
Kadang rasa rindu datang begitu pekat
Perih bagai disayat sayat
Kubenamkan diri dalam doa
Anakku engkau di mana..
Malam itu hujan tak juga reda
Aku tertidur dengan mukena
Bermimpi bertemu Tata
“ Ibu, datanglah , pusaraku tak jauh
di kawasan pantai “
Aku pasrah pada kehendakNya
Anakku Tata sedang di taman surga
*****
Ibu menggantung harap
Kau datang dalam mimpi
Terasa hangat tubuhmu dalam gendongan ibu
Menunggu mukjizat sampai
Jika kau masih hidup datanglah lagi
kuhitung dengan jari
Kiranya umurmu 24 tahun kini
Sudah berbagai tempat ibu jelajahi
Panti asuhan, tempat penitipan atau hunian di kolong jembatan
Berharap suatu hari kau tak lupa jalan pulang
Kantor berita tentang anak hilang
Ibu masih di sini , nak
Di rumah kita yang hancur dulu
Syukur ada yang prihatin dengan kita
Bantuan mengalir dari mana saja
Namun berita tentang kau belum tiba
Tapi tetap merasa kau masih ada
Beberapa orang berkata dibawa orang ke Jakarta
Itulah mengapa harapan terpelihara di dada
Bahagiakah kau nak, di sana..
Kabarkan kami tentang dirimu
Menunggu kau pulang setiap waktu
Sampai ajal datang menjemput ibu.
Catatan :
1.https://www.bbc.com>Indonesia Tsunami Aceh 15 tahun kemudian :” Saya yakin anak saya masih hidup”