Oleh: Achmad Nur Hidayat
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute
Belakangan ini pembahasan subsidi kendaraan listrik sudah dibahas di DPR RI. Sebagaimana yang dipersoalkan Banggar DPR RI bahwa program subsidi pembelian kendaraan listrik tidak ada di APBN 2023. Alokasinya pun tidak jelas mau diambil dari mana.
Program subsidi kendaraan listrik ini menjadi kontroversi yang kalangan banyak pengamat yang melihat bahwa program ini hanya menguntungkan perusahaan asing.
Narasi yang dibangun pun hanya seputar masalah bebas emisi karbon, tidak ada bahasan narasi yang lebih besar terkait dengan National Interest negara ini. Hal ini sangat disayangkan mengingat betapa besar potensinya jika Indonesia bisa memproduksi mobil listrik nasional yang ditunjang dengan berlimpahnya nikel di negara kita sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia.
Yang lebih memalukan lagi bahwa negara kita yang potensinya begitu besar dalam sektor kendaraan listrik ini sudah disalip oleh Vietnam yang sudah lebih dulu memproduksi mobil listrik dengan merk VinFast yang sudah diekspor ke Amerika Serikat. Sangat mencengangkan.
Jika kita mengingat bagaimana pertumbuhan ekonomi Vietnam yang begitu besar dan menjadi yang tertinggi di dunia dengan angka 13% sementara Indonesia yang merasa bangga pertumbuhan ekonominya 5,72% melebihi Amerika, China dan Inggris.
Vietnam yang potensi sumber daya alamnya jauh di bawah Indonesia mampu membuat hal-hal yang besar itu karena mereka mempunyai national interest yang besar. Dalam konteks kendaraan listrik Vietnam punya keinginan besar memproduksinya dan terbukti bisa diwujud, tapi pemerintah Indonesia hanya mendorong penggunaan kendaraan listrik hanya terkait dengan emisi karbon. Indonesia sempat dihebohkan dengan mobil ESEMKAnya yang hingga saat ini tinggal cerita. Tapi pepesan kosong tersebut sudah menjadi daya tarik dan bisa mengangkat seorang walikota Solo bisa jadi Presiden.
Yang lebih mencengangkan VinFast membangun pabrik di North California Amerika Serikat dengan investasi sebesar $2 miliar USD atau sekitar Rp. 28,7 triliun. Investasi sebesar itu masih jauh di bawah pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung yang sudah menghabiskan anggaran US $7,9 miliar atau sekitar Rp. 118,5 triliun yang Sudah 8 tahun tidak kunjung selesai.
Di Indonesia sendiri VinFast sudah terdaftar dalam Pangkalan Data Kekayaan Intelektual Kemenkumham Republik Indonesia. Beberapa model sudah didaftarkan bahkan dua di antaranya sudah dipamerkan secara global sejak tahun 2018.
Dari hal tersebut publik dapat membandingkan diantara Indonesia dan Vietnam mana yang lebih serius serta memiliki kepiawaian dalam mengelola negara dan mana yang tidak.