Oleh Breaking Reza
— —
Mengulang masa lalu tepat di adegan-adegan bahagia, sungguh terasa mustahil.
Mengulang karena kita terlalu padu, tapi sudah tidak memungkinkan.
Memang dulu terasa indah untuk melampiaskan emosi berbalut senyuman, kita saling bertanya kabar dalam kerinduan… bersama kerinduan yang sama.
Di lintasan panjang saat itu, tak memungkiri akan bersatu perasaan kita di sebuah wadah yang sama. Kau _(mungkin)_ menyukaiku karena aku mencintaimu.
Semua hanya diam, tak pernah terukir kata-kata indah untuk menabur cinta di hati masing-masing. Kau seakan menantiku mengungkapkannya, dan aku terlalu ragu untuk mengilustrasikannya padamu.
Dan benar seperti apa yang pernah disyairkan oleh beberapa musisi dalam lagu-lagu mereka. Cinta harus dibuktikan oleh tindakan yang awalnya mesti dibarengi dengan ucapan lisan. Nah, aku masih belum paham saat itu.
Ketika semua seakan terlambat, satu hal yang pasti berlabuh dalam nadiku adalah penyesalan yang hingga kini masih terasa menyerang urat-urat saraf hati dalam merasakan kenangan lama.
Kini, ingin mengulangi masa lalu adalah sesuatu yang tidak memungkinkan. Ketika aku hendak kembali dan meluruskan apa yang masih bengkok, tapi kenyataan sekarang adalah apa yang harus kuhadapi.
Hidup di bawah tekanan gelisah yang tidak terkontrol, terkadang auramu datang menerobos kesunyian hari. Kau mampu membawaku segudang kabar bahagia dalam imajinasi, terkadang juga menitipkan rasa khawatir yang membara.
Aku memungkinkan sesuatu dengan berlebihan. Semua asumsi masuk dan kujadikan sebuah kesimpulan bahwasanya… sampai saat ini aku tak tahu cara mengungkapkan cinta ini padamu.
Kuletakkan karya rajutan tali buatanmu di kamar, agar sebelum tidur dan saat terbangun, hanya dirimu yang kuharapkan tiba menyapaku.
Hidup dalam kondisi batin yang tidak terkendali. Kurasakan denyut nadi mengobok-obok aliran darah di dalam tubuh. Seketika diriku panik… panik jika sewaktu -waktu kau meninggalkanku di sini.
Jujur, pada detik-detik ini, aku terlalu bingung. Bingung harus melakukan apa untuk menenangkan diriku sendiri. Cinta ini ingin berlabuh padamu, cinta ini ingin menuju padamu, cinta ini ingin menyatukan diri ke dalam perasaanmu.
Tapi… apakah mungkin?
Malam ini barangkali akan terasa lebih dingin dari biasanya. Hawa penakut datang dan berhasrat mencabik-cabik dadaku. Jika mesti ku hadapi itu, kubayangkan saja aku berada di ambang kematian… kematian dalam berharap dirimu.
Dan dedaunan pun seperti tak ingin memberi kabar warna hijau besok. Ada matahari yang menyembunyikan sinarnya di balik awan kelabu tebal. Awsya, apa yang harus kulakukan untuk membenam kegelisahan ini?
Apa kau mendengarku?
Sepertinya, gerimis ini juga tak ingin menghilangkan jejak rasa sakit dalam berharap. Tak ada yang bisa diandalkan saat ini.
Menjadi lelaki yang telah memutuskan untuk mencintaimu selama delapan tahun lamanya… delapan tahun hanya untuk kupendam
Dan akhirnya, perasaan cinta ini akan terus terpendam untuk selama-lamanya.