Oleh Zulkifli Abdy
Semalam aku menerima surat
dari langit
Jangan terburu-buru percaya,
karena surat ini tanpa kertas
dan tulisan
Sebab jarak yang teramat jauh,
surat dikirim melalui resonansi
mimpi
Betapa terkejutnya aku tatkala
menerima warkah itu
Malam masih pulas ketika kucoba
mengeja kata demi kata
Di balik selimut di tengah malam
buta yang menjelang purna
Surat yang penuh isyarat dan
pesan-pesan kemanusiaan
Yang tak lazim aku membacanya
dengan mata yang terpejam
Sehingga dalam hal ini hatilah
yang lebih banyak bicara
Wasiat surat itu, berhujjah tentang
wabah di bumi yang semakin
mengoyak asa
Kepala surat berbunyi;
“Wahai ummat manusia di muka bumi”
Langit menerima kabar bahwa hati
kalian sedang perih
Kabar itu terngiang-ngiang di arasy
melalui jeritan tangis dan doa kalian
Yang menguap melalui panas bumi
dan hembusan angin yang semilir
Sehingga langit tahu bahwa hidup
di bumi tiba-tiba menjadi tak lazim
Bahkan tanpa disadari kehidupan
ummat sudah mulai jauh dari masjid
Sesuatu yang sesungguhnya tidak
boleh terjadi
Kalau kalian tahu bahwa rumah Allah
itu adalah tempat yang paling aman
di muka bumi
Tentu kalian akan nyaman dan
berdiam diri di sana seraya
bermunajat doa
Bukankah Allah senantiasa akan
melindungi hambanya di sana
Yang kalian mesti hindari adalah
kerumunan hura-hura, bukan
rapatnya shaf-shaf kalian di masjid
dan rumah-rumah ibadah
Tetapi satu hal yang kalian
jangan lupa
Bahwa sebagai makhluk yang
berakal, kalian mesti terus
berikhtiar dan berdoa
Seraya dengan penuh kesadaran
mematuhi segenap anjuran
umara, sebagai pemimpin kalian
Wabah ini mesti kalian sikapi,
namun jangan pula sampai
kalian takuti
Karena ketakutan yang berlebihan
adalah isyarat bahwa wabah telah
membuat kalian benar-benar
tak berdaya
Hidup ini akan berhenti di batas
ajal dan wabah ini pun juga ada
batasnya
Atas kehendak Allah, pada waktunya wabah ini tentu akan berakhir.
Salam ta’dzim dari langit
Itulah bunyi surat yang kuterima
tadi malam
Setelah membaca surat, akupun
membatin dan berkata lirih
Bukankah wabah ini datang dari
kuasa Allah, lalu mengapa kita
menjauhi rumah Nya
Mestinya kita lebih mendekap
kepangkuan Nya, bukan justru
mengambil jarak
Boleh jadi Allah sedang menyeru
agar kita kembali ke jalan Nya
Kita mesti bersabar, bukankah
Allah senantiasa beserta
orang-orang yang sabar
Di malam yang semakin tua ini,
dan sunyinya pembaringan
Kupejamkan mata dan kupanjatkan
doa, semoga atas kuasa Allah
pandemi ini segera berlalu
Aamiin yaa rabbal aa’lamiin.
(Z.A – Serambi Mekah, 8 Juli 2021)