Oleh Zulkifli Abdy
Airmata berlinang di Tamiang
Tatkala banjir tiba-tiba datang
Hujan turun, air pun menggenang
Bagai hendak tenggelamkan asa
yang sedang gamang
Dari Kuala Simpang hingga Besitang
Dari Tualang Cut hingga Sungai Liput
Hujan yang biasa membawa berkah
namun kini mengundang bencana
Kendati demikian kami yakin tak
akan kehilangan hikmah
Ketika hujan lebat tiba, air pun naik
Ketika banjir datang, kami pun panik
Bukan hanya sawah dan ladang kami
yang terendam
Tetapi rumah, masjid dan pasar pun
kini nyaris tenggelam
Malam sunyi menyisakan kelam
bahkan lampu-lampu kehidupan
pun kini telah padam
Para musafir yang hendak pulang
bermalam di simpang Seumadam
Ya Allah.., ya Rabb..,
Hanya kepada Mu kami mohon
pertolongan dan perlindungan
Airmata berlinang di Tamiang
Tatkala banjir tiba-tiba datang
Kendati di sini pernah terjadi
tetapi yang seperti ini tak biasa
Sungguh tak ada yang salah
karena ini kehendak Allah semata
Namun kita jangan sampai pasrah
karena di balik ini pasti ada hikmah
Kita mesti waspada dan tak boleh
lengah dengan isyarat alam
Dan bersahabat dengan lingkungan
Yang adakalanya menjadi kawan
tetapi tak jarang pula menjadi rawan
Oh, Tamiang yang diamuk banjir
Akan kualirkan doa dalam genangan
Air yang belum jua surut, membuat
saudara kami semakin takut
Ketika makanan semakin sulit,
mereka pun mengungsi naik rakit
Wahai laut, panggillah banjir ini
segera ke samudera luasmu
Wahai hutan, kembalikan air ini pada
tanaman sebagai nafas kehidupan
Dan kami dapat kembali hidup damai
berdampingan dengan alam.
(Zulkifli Abdy -Banda Aceh, 6 November 2022)