Oleh Fajar
Alumnus FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Inti pengembangan jati diri kemanusiaan adalah hilangnya kebanggaan diri (narsisme) dan egoisme. Dalam diri kita berlakunya hukum pertentangan, yaitu “bergerak menuju pemisahan atau bergerak menuju penyatuan. Dalam realitas ini, Rumi menganalogikan egoisme manusia seperti sebuah cermin yang pecah yang merefleksikan ratusan bayangan dari satu objek, tetapi apabila kita dapat memperbaiki cermin itu, maka ia hanya akan memantulkan satu bayangan.
Jika pikiran telah berdamai dengan perasaan, berarti telah terbebas dari kebencian, jika sudah bebas dari kebencian, kebahagiaan batin pun bersemedi, dan ketika ini sudah kokoh tinggi menjulang, lalu apakah yang pantas untuk disebut surga dan neraka
Terjemahan kata Albert Einstein, Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu secara asal-asalan atau untung-untungan seperti bermain dadu. Hukum pertentangan itu jelas ada, baik dalam Al Qur’an, dalam atom-atom maupun fenomena alam semesta
Dalam pandangan Stoa, emosi adalah bagian dari rasio. Rasio yang berbentuk negatif adalah opini yang mengatakan bahwa sesuatu itu buruk dan opini yang mengatakan bahwa sesuatu itu baik.
Dalam psikoanalisis Sigmund Freud, manusia adalah makhluk yang harus dipulihkan. Tidak kata Abraham Maslow dalam psikologi humanistik, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk menemukan makna hidup dalam dirinya.
Dalam kehidupan dunia yang tidak sebesar sayap nyamuk ini? Bumi terus berputar pada porosnya, begitu juga dengan manusia yang terus bergerak, namun dalam geraknya itu, Friedrich Nietzsche mengatakan Tuhan sudah mati, manusia itu sendiri yang membunuh-Nya. Tidak, bukan demikian kata Heidegger, dalam nihilisme manusia itu selalu ada rasa gelisah untuk menemukan tujuan hidupnya.
Nah Sekarang bagaimana dengan James Watson dan Francis Crick yang menemukan “Stuktur double helix dari DNA” sebuah penemuan baru setelah teori “relativitas” seakan-akan gerak hidup manusia ini terus mentransformasikan diri mereka untuk mencapai puncak sebagaimana yang dituangkan dalam gagasan Mulla Sadra.