إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Potretonline.com- Lhokseumawe- 18/11/22. Telah berpulang ke Rahmatullah Cucu Sultan Aceh Darussalam yang terakhir, Tuanku Raja Syamsuddin pada kamis pagi, 17 November 2022 di Lhokseumawe.
Meninggalnya ayahanda Yang Mulia Tuanku Raja Syamsuddin bin Tuanku Raja Ibrahim bin Sultan Alaiddin Muhammad Daudsyah Pewaris Kesultanan Aceh Darussalam itu, beredar di media sosial dan grup WhatsApp (WA) Forum Penulis Aceh yang dibagikan oleh Abi Panton salah seorang pemerhati sejarah Aceh dan kolektor kitab karya ulama Aceh.
Mengenal Lebih Akrab Sultan Muhammad Daud Syah Kakek Tuanku Raja Syamsuddin seperti dikutip dari tulisan karya Lukman Hadi Subroto berjudul “Sultan Daud Syah, Pemimpin Terakhir Kesultanan Aceh” bahwa Sultan Daud Syah merupakan salah satu pejuang Aceh yang melawan Belanda.
Ia merupakan pemimpin terakhir dari Kesultanan Aceh yang memerintah dari tahun 1878 hingga 1903.
Sultan Daud Syah sempat menyerahkan diri dan ditahan setelah Belanda menculik keluarganya.
Meski demikian, ia masih sempat mendukung para pejuang di Aceh untuk melawan Belanda dari dalam tahanan.
Pada akhirnya, Sultan Daud Syah meninggal dunia di dalam pengasingan di Jakarta pada tahun 1939.
Riwayat singkat
Sultan Daud Syah memiliki nama lengkap Muhammad Daud Syah. Ia lahir pada tahun 1871. Ia juga menjadi pemimpin terakhir dari Kesultanan Aceh yang runtuh akibat invasi Belanda.
Sultan Daud Syah diangkat menjadi Sultan Aceh pada 26 Desember 1878 yang dilantik di Masjid Indrapuri. Ia menggantikan Sultan Alaidin Mahmudsyah (1870-1874) yang meninggal dunia akibat wabah kolera.
Melawan Belanda
Ketika Sultan Daud Syah memimpin Kesultanan Aceh, Belanda juga sedang dalam ambisi menguasai wilayah tersebut yang dimulai pada tahun 1873.
Belanda mengincar wilayah Aceh karena dianggap sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan internasional.
Setelah Daud Syah naik tahta Kesultanan Aceh, ia sudah menghadapi konflik dengan Belanda.
Kesultanan Aceh tidak sendiri dalam melawan Belanda, ada beberapa tokoh yang juga angkat senjata, seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polem.
Belanda yang licik kemudian menculik keluarga Sultan Daud Syah sebagai alat untuk menangkapnya.
Saat itu, Belanda menangkap istri Sultan Daud Syah dan Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid bersama anaknya Tuanku Raja Ibrahim.
Belanda menangkap keluarga dari Sultan Daud Syah dengan tujuan agar Sultan Daud Syah dan para pejuang lainnya menyerahkan diri.
Akibatnya, pada tahun 1903 Sultan Daud Syah menyerahkan diri dan menjadi tahanan Belanda di Kampung Keudah, Aceh.
Meski ditahan, Sultan Daud Syah masih bisa menjalankan pengaruhnya untuk tetap melawan Belanda.
Meninggal Dunia
Ia berjuang bersama dengan Hasyem Banta Muda, Teuku Panglima Polem Muda Kuala dan Teungku Syiek meski dalam tahanan Belanda.
Merespons hal tersebut, Belanda kemudian membuang Sultan Daud Syah bersama keluarganya ke Bandung dan Ambon.
Kemudian pada tahun 1918, Sultan Daud Syah beserta keluarganya dipindahkan ke Jakarta.
Sultan Daud Syah diasingkan di Jakarta hingga ia meninggal dunia pada 6 Februari 1939.
Ia dimakamkan di TPU Utan Kayu/Kemiri, Jakarta Timur.
Penulis : Hamdani Mulya