Oleh: Puti Asharaina K
Seperti biasa pagi ini aku kembali disambut anak-anak dengan penuh cerita baru, tapi ada yang lain di antara mereka seseorang yang terlihat sedang merengut. Hmm ada apa gerangan ? Padahal pagi ini matahari cerah sekali, tak seperti hari-hari sebelumnya yang mendung hujan. Karena penasaran akupun bertanya, “Hai Sholehah?” sapaku. “Kenapa kok wajahnya cemberut?”
Dia masih enggan menjawab, lalu kami melanjutkan pembicaraan di pagi ini tentang kasus bullying. Ternyata hampir setiap anak pernah dibully temannya secara verbal, baik itu seperti body shaming , maupun dalam bentuk lainnya.
Ya, aku pun memulai nasihat pagi ini dengan mengeluarkan selembar uang lima ribuan, lalu aku bertanya “Siapa yang mau uang ini?” tanyaku. Tentu saja semua anak bersorak kegirangan, ingin mendapatkan uang tersebut.
Lalu aku melanjutkan dengan meremas-remas uang itu. “Nah, sekarang siapa yang mau uang ini?” tanyaku kepada anak-anak. Yup, mereka tetap bersorak mengatakan “Mau buk…”. Sekarang aku menjatuhkan uang itu ke lantai, lalu memungutnya kembali dan bertanya “Kalau sekarang, masih ada yang mau uang ini?” anak-anak mulai keheranan “Apa bedanya sih buk?
Tentu saja kami tetap mau uangnya kalau ibu beri”. Aku menjawab “Walaupun uangnya ibu remas atau buang, kalian yakin tetap mau?” Anak-anak kompak lagi menjawab “Sudah pasti lah buuk”
Setelah itu akupun mulai menjelaskan “Nak..Uang ini ibaratnya adalah diri kalian, walaupun dalam menjalani hidup nanti kalian pernah diremehkan, sering diejek dengan kekurangan-kekurangan kalian, jangan pernah merasa tidak berguna.
Karena kalian memiliki nilai yang sangat berharga sama seperti uang ini, walaupun diremas, dia tetap uang yang sama dengan nilai yang sama pula. Tak peduli sebanyak apa kegagalan yang kalian hadapi, kalian tetap bernilai bagi keluarga kalian. Hiduplah dengan menerima pemberian Tuhan tanpa merasa kekurangan,”
Setelah aku menjelaskan filosofi uang itu, tiba-tiba anak yang murung tadi pagi menangis, lalu dia bercerita ” Ibu, saya sedih sekali pagi ini. Seorang teman mengejek kekurangan fisik saya. Saya merasa sangat hina di mata mereka yang mengejek itu. Namun setelah mendengar nasihat ibu, saya tersadar bahwa saya lupa bersyukur kepada Allah dengan nikmat-Nya untuk saya” Tuturnya.
Aku pun merasa sangat senang, akhirnya anak-anak bisa berdamai dengan kekurangan-kekurangan mereka yang dicemooh orang lain selama ini.
Semoga kita selalu bisa memberikan energi positif untuk lingkungan kita, Sekian saja cerita dari aku pagi ini. Terimakasih