Potretonline.com- Langsa, 12/10/22. Sejumlah mahasiswa PMM inbound Unsam berkunjung ke sanggar seni Sidoum yang berlokasi di pusat Kota Langsa, didampingi oleh dosen modul nusantara, Dr. Agus Putra AS, beserta mentor Dhea Rindhi Ivana Rose. Di sanggar ini para mahasiswa disambut dengan persembahan tarian khas Aceh (Ranup Lampuan dan Ratoh Jaroe) yang diiringi dengan lantunan musik dari alat musik tradisional Aceh. Tidak hanya itu, dalam kegiatan ini, mereka dilatih menari dan memainkan alat musik tradisional, lengkap dengan mengenakan kostum tradisional.
Meskipun waktu latihan yang sangat singkat, namun mahasiswa tersebut telah mampu tampil sangat baik dan kompak di hadapan dosen dan mentor. “Tarian dan permainan musik yang kami anggap mudah, ternyata menyiratkan segenap kesulitan di setiap gerakan dan tabuhannya” ungkap Riduwan, salah seorang mahasiswa. “Perlu fokus dan penuh konsentrasi dalam mempraktikkannya menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Terlepas dari hal tersebut, kami mampu menikmati setiap proses latihan dengan khidmat” tambahnya.
Sanggar seni Sidoum didirikan oleh Ibu Refa Mazuwin, S.E pada tahun 2004. Tujuan pendiriannya adalah untuk melestarikan seni tari atau budaya khas Aceh. Refa mengatakan bahwa “Kesenian suatu daerah perlu dilestarikan agar dapat terus eksis ditengah arus globalisasi dan seni modern. Pelestarian seni juga bertujuan agar setiap generasi dapat turut merasakan betapa indahnya budaya Aceh”. Selain kesenian Aceh, sanggar seni Sidoum juga menggarap kesenian nusantara lainnya seperti: tarian dari Sumatra, Jawa dan daerah lainnya. Tidak hanya kesenian tradisional, di sanggar ini juga dibuka ruang untuk mengkreasikan seni modern. Sanggar yang rutin menggelar latihan setiap hari minggu pada jam 10.00 WIB ini terbuka untuk umum, mulai dari tingkat TK hingga mahasiswa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
“Kami merasa senang karena Ibu Refa selaku pendiri sanggar tari Sidoum menyambut kami dengan hangat” ungkap para peserta. Di saat yang bersamaan, pemilik sanggar ‘ibu Refa’ mengatakan bahwa “saya pinginnya bertukar pikiran atau sharing mengenai adat budaya dari daerah masing-masing se-nusantara. Jadi bisa memperluas wawasan kita mengenai adat dan budaya daerah lain dan saya sangat bangga dan senang sekali, mungkin kedepannya bila ada kegiatan seperti ini, saya pun bisa mempersiapkan suatu atraksi yang memang bisa dikolaborasikan dan tidak hanya dari Aceh saja, melainkan bisa kolaborasi dengan daerah-daerah yang lain yang tidak adik-adik punya”.
Kesan dari Ibu Refa “Awalnya saya kaget saat dihubungi salah satu dosen dari Unsam bahwasanya ada adik-adik mahasiswa yang akan datang dan saya pun bingung apa yang harus saya lakukan dan darimana saya memulai, tetapi setelah melihat kemampuan para peserta tersebut saya merasa luar biasa senangnya.”
Saran untuk anak PMM Unsam jangan cuma sekali kegiatan seperti ini untuk bisa saling berbagi satu sama lain tetapi tetap bhineka tunggal ika walaupun berbeda-beda suku dan bahasa, tetapi kita tetap satu jua dan ada kata pepatah yang mengatakan dengan agama hidup kita terarah dengan ilmu,hidup kita menjadi mudah, dengan seni hidup kita menjadi indah.
“Mungkin perbedaan dari semua itu kita bisa bersatu dan bersemangat, jadi kecintaan saya di dunia ini yang sangat melekat sekali dihati saya bagaimana pun caranya saya tidak cukup sampai di sini dan harus menggali ilmu kesenian dari Aceh sampai ke daerah lain. Jadi jangan sampai di sini saja, mungkin nanti bisa diadakan kegiatan yang lebih spekta lagi dan lebih bagus lagi dari ini, semoga Indonesia bersatu dan semakin maju”. Tutup Refa
Kontributor Muhammad Riduwan dan Korektor : Dr. Agus Putra AS