Oleh Nila Wardani
Awal Oktober tahun ini, Ruang Mitra Perempuan (RUMPUN) bersama organisasi koalisinya – Koalisis Perempuan untuk Kepemimpinan (KPuK) Malang telah menuntaskan penyusunan rencana strategis lima tahun ke depan. Kegiatan ini menjadi krusial, karena perubahan kondisi yang sangat signifikan pada perempuan dalam tataran makro dan mikro.
Pandemic COVID-19 telah secara nyata merubah kehidupan dan tatanan sosial masyarakat termasuk perempuan. Salah satu implikasinya yang tertuang dalam data kabupaten Malang, angka perkawinan anak meningkat tajam. Perempuan muda putus sekolah, atas alasan ekonomi dan non ekonomi. Sementara perempuan dewasa lainnya tidak sedikit yang harus kehilangan sumber-sumber ekonominya dan beradaptasi dengan upaya produktif lainnya. Ini bukan hal mudah ketika beban dan tanggungajawab mereka dalam keja domestik semakin berat ketika hampir semua kegiatan anggota keluarga berada di rumah, pun menimbulkan potensi kekerasan berbasis gender terjadi.
Seketika semua pihak harus beradaptasi dengan kondisi dan tuntutan baru. Dimulai dari pandemik, era digitalisasi juga hal lain yang tidak mungkin dinafikan. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi perempuan. Pertama, akses terhadap teknologi digital perempuan masih sangat rendah. Kedua, pengetahuan literasi digital perempuan juga masih jauh dari harapan sebagai platform yang produktif. Ini masih ditambah fakta adanya penggunaan teknologi digital secara tidak bertanggungjawab oleh beberapa pihak dan menyebabkan tidak sedikitnya korban kekerasan gender on-line terutama kekerasan seksual.
Secara makro, pemerintah telah mensahkan UU- TPKS bisa dinilai sebagai sebuah kemajuan setelah sekitar 8 tahun prosesnya. Namun pelaksanaan UU ini membutuhkan pengawalan yang tidak kalah intensifnya untuk memastikannya operasional dan perubahan mendasar pada para aparat dan institusi penegak hukum.
Pandemik telah disinyalir menjadikan agenda global lewat SDGs tidak mencapai targetnya, termasuk di Indonesia. Bisa dipastikan kesenjangan sosial dan gender akan semakin menganga. Belum masalah kerusakan lingkungan, perubahan iklim dan yang terkait akan merubah penghidupan manusia, termasuk perempuan. Musim yang tidak menentu, suhu udara yang meninggi, kekeringan yang panjang memaksa perubahan lanskap alam dan kehidupan manusia.
Kajian menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan karena perubahan iklim tidak mungkin diperbaiki. Karena sifatnya yang panjang hal ini tidak segera bisa dikenali wujudnya, namun dampaknya sangat berat bagi kehidupan manusia. Dalam kondisi inequity sosial dan gender, kelompok rentan akan semakin menderita, terutama perempuan (miskin). Di desa pesisir kabupaten Malang, perempuan menyadari bahwa telah terjadi perubahan pola makanan dalam keluarga yang tidak lagi mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein utama, karena kelangkaan dan digantikan dengan protein nabati. Secara jangka panjang ini merupakan bagian dari timbulnya kekurangan gizi dan ketahanna tubuh dan kesehatan reproduksi perempuan. Hampir belum ada perhatian pemerintah dan hal ini, sementara pengetahuan perempuan sangat terbatas.
RUMPUN dan KPuK juga mengidentifikasi momentum politik lewat penyelenggaraan pemilu akbar di tahun 2024. Data menunjukkan bahwa kelompok muda akan mendominasi sebagai pemilih. Ini merupakan ruang yang harus dimanfaatkan dalam membangun pendidikan politik yang baik bagi mereka, termasuk perempuan muda sebagai bagian dari membangun kepemimpinan. Di tengah rendahnya role model kepemimpinan perempuan, terutama di level lokal, di komunitas, inilah ruang bagi RUMPUN dan KPuK terlibat dalam gegap gempita ini.
Dalam menjawab tantangan di atas, RUMPUN dan KPuK memilih arah jalan penguatan kepemimpinan perempuan. Ada banyak persoalan yang harus dijawab, meskipun tidak semua berada pada pundak kita. Dalam diskusi ini saja, selain persoalan ketimpangan digital, kami juga mengidentifikasi masalah hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. Data dan fakta mengindikasikan bahwa kesehatan perempuan masih harus didorong: kematian ibu yang tinggi diawali oleh rendahnya kualitas kesehatan masa remaja perempuan. Mereka terjebak pada makanan kekinian yang rendah gizi, pola hidup yang kurang sehat dan perosalan urban pop yang kurang terfiltrasi. Ini berkait dengan hak pendidikan perempuan.
Selain pendidikan formal (dengan mengurangi angka putus sekolah) juga dalam makna membangun atmosfir pendidikan sepanjang hayat. Selain itu juga rendahnya role model kepemimpinan perempuan yang kuat di tengah masyarakat. Ini memang penyakit lama yang belum juga terselesaikan meskipun upaya telah sangat signifikan dilakukan.
Secara praktis RUMPUN dan KPuK memandang bahwa menyusun rencana strategis ini selain sebagai revitalisasi arah visi dan misi, juga merupakan wahana belajar sepanjang hayat. Duduk setara dalam diskusi kritis juga merupakan proses estafet pada kepemimpinan perempuan muda. Dan tongkat itu bersamamu telah kami raut untukmu menapak lebih kritis, peka dan tajam.
Nila Wardani
Koordinator RUMPUN Malang