Oleh : Pinta Turang Dabutar, S.Pd.
Guru Produktif Akuntansi SMKN 1 Tapaktuan, Aceh Selatan
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Hal ini sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Tiin ayat 4 yang artinya “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Kesempurnaan penciptaan manusia ini merupakan suatu karunia dari Allah SWT yang sudah sepatutnya kita syukuri. Cara mensyukurinya tentu saja dengan menjaga potensi yang telah Allah anugerahkan tersebut.
Ada tiga potensi yang secara utuh dimiliki oleh manusia, sedangkan makhluk lain tidak memiliki ketiganya sekaligus. Dengan adanya ketiga potensi ini membuat kedudukan manusia lebih tinggi dibanding dengan makhluk lainnya di muka bumi ini.
Ada pun ketiga potensi tersebut adalah:
1. Jasadiyah (fisik)
2. Aqliyah (akal)
3. Ruhiyah (hati/qalbu)
Mari kita bahas satu persatu.
1. Jasadiyah (fisik).
Sejak seseorang masih berada di dalam rahim ibunya, Allah sudah menciptakan fisiknya secara lengkap. Sebelum lahir ke dunia, Allah sudah membekali kita panca indera yang akan kita pergunakan dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini. Allah menganugerahkan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk meraba, dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara serta hidung untuk mencium. Meskipun ada juga orang yang tidak memiliki panca indera tersebut seluruhnya, akan tetapi Allah telah menyediakan sesuatu yang istimewa kepadanya.
Bagi kita yang Allah anugerahkan anggota tubuh yang lengkap, maka kita wajib mensyukurinya dengan cara mempergunakannya untuk melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah SWT.
Memang ada satu makhluk hidup lain yang memiliki fisik sama seperti manusia, yakni hewan (binatang). Namun fisik binantang tidak sesempurna manusia. Tidak semua hewan mempunyai telinga, tangan dan atau kaki sehingga mereka tidak bisa beraktivitas dengan baik sebagaimana manusia. Meskipun tentu saja setiap hewan tersebut memiliki keistimewaan masing-masing, sehingga dengan keistimewaan tersebut mereka mampu bertahan hidup khususnya jika ada musuh yang hendak memangsanya.
Jadi, sebagai makhluk yang paling sempurna, maka tugas kita selanjutnya adalah menjaga fisik yang kita miliki agar tetap sehat sehingga kita dapat beraktivitas dan beribadah dengan baik. Setiap hari kita wajib memberikan kebutuhan fisik kita dengan sebaik-baiknya, seperti : memakan makanan bergizi, minum air putih yang banyak (setidaknya dua liter sehari), istirahat yang cukup serta memakai pakaian yang menutup aurat.
Selain itu, fisik juga memerlukan kebutuhan tambahan yang disebut dengan kebutuhan skunder dan tersier. Seperti: memiliki rumah untuk tempat tinggal, berhias, memakai perhiasan, memiliki kendaraan dan sebagainya. Semua kebutuhan tersebut perlu kita penuhi demi terciptanya kesehatan pada diri kita.
2. Aqliyah (akal)
Akal merupakan salah satu potensi utama yang dimiliki oleh manusia. Akal merupakan pembeda antara manusia dengan binatang. Dengan akal manusia bisa membedakan antara yang benar dengan yang salah. Dengan menggunakan akal manusia bisa memikirkan tentang hakikat kehidupan ini.
Sebagaimana fisik, akal juga wajib kita penuhi kebuthannya. Di antara cara untuk memenuhi kebutuhan akal adalah dengan menuntut ilmu. Semakin rajin menuntut ilmu, maka akal manusia akan semakin cerdas. Namun tentu saja ilmu yang kita pelajari bukan hanya ilmu pengetahuan duniawi semata, melainkan juga ilmu yang berkaitan dengan akhirat.
Dengan ilmu kita bisa meraih kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah dalam suatu hadits “Barang siapa yang ingin berbahagia di dunia harus dengan ilmu. Barang siapa yang ingin berbahagia di akhirat harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin berbahagia kedua-duanya, maka harus dengan ilmu.”
Oleh karenanya kita tidak boleh merasa puas atau merasa cukup dalam menuntut ilmu.
Karena sejatinya semakin banyak ilmu yang kita pelajari, maka semakin banyak pula ilmu yang belum kita ketahui. Dan sebaiknya ilmu yang kita miliki kita ajarkan juga kepada orang lain, karena mengajarkan ilmu yang bermanfaat (‘ilman nafi’an) maka pahalanya akan mengalir terus-menerus hingga ke alam barzakh nanti.
3. Ruhiyah (hati/qalbu)
Hati merupakan tempat bersemayamnya iman, kejujuran, keyakinan dan pengagungan kepada Allah, Sang Pencipta semesta alam. Hati adalah tempat berhimpunnya rasa takut, tawakal, kecintaan kepada Allah, ketundukan dan penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada Allah semata (tawakkal).
Hati yang bersih akan dipenuhi dengan pikiran-pikiran positif (husnudzan), baik kepada Allah maupun kepada orang lain. Dengan hati yang bersih dapat membuat seluruh tubuh seseorang menjadi sehat. Sedangkan hati yang kotor ia akan cenderung berprasangka buruk (su’udzan), baik kepada Allah maupun terhadap manusia. Hal ini mengakibatkan seseorang selalu merasa resah dan tidak tenang hingga akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam penyakit pada dirinya.
Dalam suatu hadits Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari. 52 dan Muslim, 1599).
Berbeda dengan malaikat yang selalu patuh kepada Allah, manusia diberikan kebebasan untuk memilih jalannya sendiri. Manusia dapat memilih antara jalan yang benar maupun jalan yang buruk. Dan keduanya dapat dibedakan bila seseorang memiliki hati nurani yang murni.
Sebagai seorang mukmin kita harus terus menjaga hati kita agar tetap bersih. Di antara cara menjaga kebersihan hati adalah dengan memperbanyak ibadah kepada Allah, seperti: shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, memperbanyak mengingat Allah (berdzikir) dan menuntut ilmu agama Islam.
Dengan demikian insyaAllah hati kita akan tetap bersih dan terjaga, sehingga kita senantiasa bersemangat dalam menjalankan perintah Allah dan ikhlas menjalani semua takdir yang telah Allah tetapkan kepada kita.
Jika hati kita selalu terhubung dengan Allah, maka InsyaAllah saat kembali kepada Allah nanti kita termasuk ke dalam hamba yang dimuliakan Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Fajr ayat 27 – 30 yang artinya “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
Oleh karenanya jika kita merasa ada yang mengotori hati kita, seperti: iri, dengki dan sombong, maka segeralah membersihkannya dengan cara beristighfar, memohon ampun kepada Allah serta membaca ta’awwudz (a’udzubillahi minassyaithanirrajim). Mudah-mudahan dengan demikian hati kita bersih dan bercahaya kembali. Jangan sampai membiarkan hati menjadi menghitam dan gelap sehingga cahaya kebenaran tidak dapat menembusnya. Na’udzubillah min dzalik.
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan kepada diri saya sendiri dan pembaca sekalian bahwa karena begitu pentingnya ketiga potensi pada diri manusia tersebut, maka kita wajib selalu menjaga keseimbangannya. Kita penuhi kebutuhan masing-masing dengan seimbang, jangan sampai ada ketimpangan antara yang satu dengan yang lainnya.
Mari kita manfaatkan tubuh yang kita miliki untuk beribadah kepada Allah, kita pergunakan akal untuk memikirkan hal-hal yang baik, menuntut ilmu yang bermanfaat serta kita hati kita agar tetap bersih dan selalu terikat dengan Allah SWT. Mudah-mudahan dengan adanya keseimbangan ini, kita dapat menikmati kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Wallahu a’lam bisshawwab.
Seperti istilah anak-anak yang belajar di jurusan Akuntansi “antara Debet dan Kredit harus seimbang (balance). Jika tidak, pasti ada kesalahan pada perhitungan atau penulisan angkanya. Maka, perlu dicari akar masalahnya, supaya neracanya bisa seimbang dan mendapat nilai seratus dari gurunya.