Oleh Muhammad Ridwan
Kota langsa, kota kecil yang sangat unik karena heterogen atau beragamnya masyarakat daerah ini. Mereka ada yang berasal dari suku Aceh, Gayo, Melayu, dan Jawa. Meskipun dikategorikan kota yang kecil, kota ini menawarkan berbagai tempat wisata, bahkan yang memiliki nilai kearifan lokal yang salah satunya adalah museum.
Museum yang berdiri di tengah tengah kota ini membawa kami, mahasiswa PMM 2 (Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2) Universitas Samudra untuk menelusuri dan menginjakan kaki ke dalam Museum. Sebanyak 60 mahasiswa PMM 2 Universitas Samudra yang didampingi oleh dosen modul nusantara beserta mentor dari Universitas Samudra, menelusuri museum kota langsa. Seperti masuk ke dalam mesin waktu yang berputar mundur, para mahasiswa masuk ke dalam museum untuk menelusuri lebih dalam tentang sejarah kota Langsa.
Catatan sejarah yang ada di dalam museum, membuat para mahasiswa takjub akan perjuangan yang terjadi hingga berdirinya kota Langsa . Museum kota Langsa memiliki beberapa ruang untuk ditelusuri. Ketika menginjakkan kaki pertama kali ke dalam museum, para mahasiswa disajikan dengan diorama koleksi benda peninggalan pada masa perjuangan berdirinya kota Langsa. Hal ini membuat para mahasiswa berkesan hingga menampakkan wajah antusias untuk melihat barang – barang serta koleksi cagar budaya lainnya yang ada di dalam museum.
Museum kota langsa merupakan museum umum yang didirikan pada tahun 2016. Museum ini terletak di Jl. Teuku Amir Hamzah, Matang Seulimeng, Langsa Barat, Kota Langsa, Aceh. Museum ini menempati gedung balai juang kota langsa. Sebelum dikenal sebagai gedung balai juang bangunan ini bernama Het Kantoorgebouw Der Atjehsche Handel Maatschappij Te Langsar.
Gedung ini juga sempat digunakan sebagai kantor percetakan uang yang dikenal dengan Bon Kontan bernilai Rp. 100.000,-. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang, gedung ini pun diambil alih dan digunakan oleh tentara Jepang sebagai markas. Gedung balai juang merupakan bangunan yang bertingkat dua, serta memiliki gaya arsitektur Belanda yang bisa dilihat dari bentuk pintu yang tinggi besar dan berteralis, jendela – jendela, serta tiang – tiang besar dan kokoh. Atap gedung berbentuk runcing dan pada lantai dua terdapat balkon – balkon. Pada halaman luar gedung balai juang terdapat sebuah air mancur yang berhiaskan tanaman air serta dinding yang berukir relief. Relief tersebut menggambarkan penjajahan Belanda yang kala itu memaksa rakyat Aceh kerja rodi serta perlawanan rakyat Aceh untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Relif ini berwarna emas, sehingga terlihat cantik dan indah. Adapun jenis koleksi yang dipamerkan di dalam museum terdiri dari etnografika, historika, geografika, arkeologika, keramologika, teknologika, dan lain – lain.