Oleh : Ridwan
Hidup di rantau memang tak semudah yang dibayangkan. Terpisah dengan keluarga, terutama ayah dan bunda bukan suatu yang menyenangkan. Namun, tujuan merantau tiada lain adalah untuk membuat mereka bahagia demi berbakti kepada keduanya. Apapun tujuannya, entah untuk bekerja atau untuk menuntut ilmu, semua tak terlepas dari keinginan untuk membahagiakan mereka. Terlebih pada saat mereka masih mengirimi kas bulanan kepada anak tercinta. Adakah keinginan mengecewakan mereka di rantau?
Semua orang tua menginginkan agar anak-anak mereka menjadi anak yang saleh dan saleha serta bermanfaat bagi orang-orang di sekitarya. Mereka menginginkan sebuah perubahan pada prilaku, tidak lagi menjadi seorang anak kecil yang hanya tahu dengan dunia bermain. Tapi, menjadi seorang yang lebih dewasa dalam bertindak maupun berfikir.
Seseorang dapat dikatakan dewasa, apabila dia mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah. Tapi, itu semua tak cukup menjadi penilaian seseorang dikatakan dewasa. Dia dewasa ketika mampu menjadikan dirinya teladan bagi orang-orang di sekitarnya dengan berbagai akhlak terpuji yang menghiasi pribadi. Salah satu akhlaq terpuji tersebut adalah berbakti kepada orang tua.
Bagi seorang perantau, berbakti kepada orang tua tak semudah seorang yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Jika orang yang tinggal bersama kedua orang tuanya, setiap saat dan kapanpun dia mampu berbakti kepada keduanya dengan cara berbuat baik langsung kepada mereka. Namun, bagi para perantau, apakah bisa berbuat baik langsung kepada mereka? Padahal, terpisahkan oleh jarak dan tempat yang berbeda?
Inilah salah satu cara termudah untuk berbakti kepada mereka, walaupun di rantau. Cara tersebut yakni dengan selalu menyempatkan diri menghubungi mereka walaupun hanya sebentar. Di tengah-tengah kesibukan anak rantau sekiranya masih mampu meluangkan waktu beberapa menit untuk bisa menghubungi ayah dan bunda.
Zaman sekarang teknologi telah mempermudah manusia. Inilah salah satu kebaikan dari teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh setiap insan. Dengan menggunakan handphone di manapun dan kapanpun berada mampu menghubungkan komunikasi diantara dua orang atau lebih tanpa harus bertatap muka. Hubungilah mereka walaupun hanya dengan sebaris kata lewat pesan singkat. Beritahukan kabar dan tanyakan kabar mereka. Semoga saja kita yang bertanya dan mereka yang menjawab selalu berada dalam lindungan-Nya dan diberikan kesehatan sehingga akan merasakan kebahagiaan kembali pada saat berjumpa.
Alangkah baiknya, jika kita merelakan sedikit pulsa yang dimiliki untuk menelpon, baik ayah maupun bunda. Setidaknya, memberitahukan bahwa kita sedang dalam kondisi sehat dan baik-baik saja. Lewat telpon, kita bisa mendengarkan kembali suara beliau (ayah atau bunda) yang sudah mulai menua dimakan oleh perputaran waktu. Mereka hanya ingin mengetahui keadaan kita ketika berada di rantau orang. Ayah dan bunda setiap hari bertanya-tanya, apakah anakku sehat dan baik-baik saja disana?
Dengan menghubungi mereka adalah jawaban yang diharapkan yang terlontar langsung dari anak tercinta. Jawaban dari kegelisahan dan kegundahan mereka terhadap anak yang telah dididik hingga dewasa yang kini berada jauh dari kampung halaman.
Secara tidak langsung hati mereka berkata-kata.
“Nak, hubungilah kami walau sebentar”
Terkadang, kita sebagai anak yang hidup di rantau, terlena dengan berbagai aktivitas. Sehingga,melupakan orang yang dari kejauhan selalu memikirkan dan mendoakan agar senantiasa berada di dalam lindungan dan nuangan-Nya.
Masihkah kita tak mau berbakti kepada mereka? Walaupun raga ini telah terpisahkan oleh lautan dan pulau-pulau.
Tak sadarkah selama ini untaian doa-doa terucap di bibir seorang yang sejak kita lahir hingga sekarang tak pernah meminta sepeser pun untuk mengganti biaya yang telah habis mereka gunakan?
Tak ada alasan untuk tetap berbakti kepada keduanya. Begitu besar pengorbanan dan susah payah mereka membesarkan anak yang kini tidak berada di dekat keduanya. Apalah yang mereka inginkan di sisa-sisa umur yang semakin hari semakin mendekati pada ujung dari kehidupan? Akankah kita berbakti setelah mereka tiada?
Getaran suara yang kita berikan lewat sinyal telpon yang ditangkap oleh telinga mereka, itulah yang diinginkan. Mereka ingin tetap mendengar suara kita walaupun tak bisa menatap langsung dengan sang buah hati. Kita rela pulsa di handphone habis terbuang hanya untuk mengirimkan pesan kepada orang-orang yang tidak berpengaruh penting terhadap kehidupan atau kita pun mampu membuang pulsa beberapa ribu hanya untuk digunakan menelpon sesama teman. Tapi, mengapa kita tak rela menghabiskan pulsa walau hanya dengan mengirimkan pesan singkat kepada kedua orang tua?
Berbakti tak mengenal tempat dan waktu. Di manapun dan kapanpun selagi diri ini masih mampu menghirup dan menghembuskan nafas, maka bakti kepada kedua orang tua tak akan pernah terlepaskan pada diri seorang anak.
Sampai kapanpun seorang anak tak akan mampu membalas secara penuh segala hal yang telah diberikan oleh orang tua kepada dirinya. Setidaknya, lewat berbakti kepada mereka adalah salah satu jalan untuk membalas kebaikan, pengorbanan dan jerih payah yang mereka berikan kepada kita walaupun hanya sebagian kecil.
Hubungilah mereka selagi kita masih bisa menghubungi mereka. Apa yang bisa diperbuat oleh diri ini jika mereka telah pergi untuk selamanya? Tak sadarkah kita selama ini bahwa mereka menantikan kabar dari jauh walau hanya lewat suara atau kata-kata yang tertulis di dalam pesan singkat?
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tua ibu bapakmu, hanya kepada-engkaulah kembalimu” (QS Luqman : 14)