Oleh: Mario Jatmico
Prodi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Pakuan, PMM Inbound Unsam
Tertulis lagi, catatan perjalanan kami
Sebuah petualangan istimewa
Dengan segala seni dan budaya
Kamilah, para petualang nusantara!
Sembilan Oktober, hari minggu, hari yang kami tunggu. Karena hari inilah menjalani kegiatan Modul Nusantara Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (Mahasiswa Inbound Universitas Samudra) dan minggu ini bertemakan Aku Cinta Kesenian Daerah. Hari inilah kami berpetualangan dengan seni, bukan hanya kesenian dan budaya daerah, melainkan kami langkahkan petualangan ini dengan seni-seni kehidupan. Seperti yang disampaikan oleh seorang seniman, W.S Rendra dalam sajaknya,
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.
~Kutipan Puisi karya W. S. Rendra yang berjudul Sebatang Lisong.
Drap.. Drap.. Drap.. Langkah kaki kami tetap berjalan, mendatangi sebuah bangunan Sederhana yang luar biasa punya nilai berkualitas. Sanggar Sidoum namanya. Ruang—seni yang menjadi wadah pelestarian kesenian khas Aceh juga sebagai jembatan untuk anak bangsa dalam meningkatkan minat & bakatnya dalam seni.
Bermilyar-milyar apresiasi untuk pegiat seni terutama Bu Vera selaku inisiator juga perintis dari Sanggar Sidoum itu sendiri. Bangunan Sederhana a.k.a Sanggar Sidoum ini bagaikan lautan seni dan budaya milik Aceh, dari alat musik khas Aceh juga banyak terkoleksi di sini. Ramuan gerakan indah tarian Aceh, maupun kreasi, sudah pasti mendarah daging bagimereka, pelaku seni di Sanggar Sidoum.
Sore datang, kami beranjak pergi ke tempat yang luas juga nyaman untuk merefleksikan diri, lapangan merdeka tempatnya. Bersua dan diskusi epic pun tercipta membahas apa definisi dariseni itu sendiri, hidup katanya—.
“Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya”
Terimakasih sudah membersamai kami dengan membaca!