HUJAN…AKU RINDU
Tuhan tidak pernah salah memilihmu hadir dalam hidupku
Menggores warna cinta serta rindu yang berdegup deru tiada jemu
Tuhan tidak pernah salah memilih cinta membius hatiku
Mengubah indahnya warna pelangi berganti abu-abu
Sesekali aku seakan ingin kembali ke masa lalu
Seperti bocah kecil yang lugu itu
Berdoa pada Tuhan untuk turunkan derasnya hujan
Bernyanyi tanpa jeda lara berbalut dusta
Aku hanya ingin mereka tahu
Netraku basah karena bercengkerama denganmu
Parau suara karena lelah berlari di bawah peluk mesra rintikmu
Hujan…aku merindu hadirmu
SAJAK RINDU
Rindu menyapa jiwa lagi dan lagi
Tak peduli ragaku merintih tak terperi
Kembali lukai hati yang nyaris bergerigi
Ku coba menyapa jiwa tanpa suara
Meramu kata pelipur raga
Menyatukan puing asa bertabur lara
Berharap cinta membasuh atma tanpa ritma
Aku tahu engkau memirsa
Aku berjuang memapa lara
Aku percaya engkau mendengar
Denting rindu yang selalu berdebar
Kusapa malam yang hampa tanpa kata
Sepi tanpa aksara
Dalam diam dahaga jiwa
Aku tak pernah tahu
Masih adakah kalbu yang merindu
Di batas penantian yang kian jemu
Di antara cinta dan rindu yang membeku
Sungguh aku tak mampu
Memaksa butiran rindu
Dalam ambigu yang membelenggu
Hingga hanya ada sukma yang masih bertahta cinta
BIAS
Bila jemu meramu kalbu
Denting memori mengusik waktu
Aku hanya ingin kau tau
Kala aku belum mampu meramu rindu
Memuai rasa yang ada tanpa aba-aba
Aku hanya ingin kau lihat
Masih ada atma yang memuai
Yang masih terburai sampai mentari tak lagi temani pagi
Aku hanya ingin kau dengar
Bahwa bukan sakit yang mengiris
Lebih perih deru rindu yang tak pernah mengering hingga rohani bercengkrama di jannati
HIDUP
Dekat di mata
Tapi serasa di ujung samudera
Dulu hangat bersahabat
Kini dingin tak bergeming
Bisu tanpa aksara
Aneh ya…
Begitulah hidup
Berputar bagai roda
Beralih secepat panah
Berlari bagai peluru
Fatamorgana yang fana
Terbujur bila terlanjur
Terperangkap bila tiada waspada
Bahagia bila beralas cinta
Terkadang perlu terjatuh
Agar terlihat bibir yang tersenyum
Dan…
Tangan siapa yang terulur
PROFIL PENULIS
Dinar Puspita Ayu, lahir di Langsa, Aceh, Maret 1982, berprofesi sebagai guru pada MIN 28 Aceh Timur. Menulis ratusan puisi, cerpen, serta artikel yang tersebar di beberapa media lokal dan nasional. Aktif mengikuti lomba menulis tingkat lokal maupun nasional, seperti lomba Media Guru, Jejak Publisher, Azizah Publisher serta beberapa media lainnya. Puisinya telah diabadikan dalam buku “Segurat Mimpi” dan puluhan buku antologi lainnya. Menulislah…karna tulisan membuatmu abadi selamanya. Mari saling mengenal dan bersilaturrahmi, Fb. Dinar Puspita Ayu. Ig;ayudinarpuspita.
Peureulak, 23 September 2022