Oleh Nendisyah Putra
Guru SMP N 2 Pulau Banyak Barat
Desa Suka Makmur merupakan desa yang keempat yang ada di Kecematan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil,selain dikelilingi oleh luasnya laut desa ini banyak ditumbuhi oleh tanaman bakau (Manggrov) tempat habitat kepiting bakau. Maka tidak heran jika desa ini dikenal dengan ladangnya kepiting bakau, sebab banyak ditumbuhi oleh batang bakau (manggrov) yang rimbun tempat dimana kepiting berkembang biak.
Selain ditumbuhi tanaman bakau (mangrov),desa ini juga berada di area pegunungan yang memliki tanah yang subur dan alami, sehingga masyarakat desa ini menyulap area tersebut menjadi ladang untuk bercocok tanam yang banyak ditanami pohon ubi jalar. Di situlah awal mula desa ini dikenal oleh masyarakat kepulaun banyak dengan sebutan kampungnya ubi jalar dan pusatnya kepiting bakau.
Hampir rata-rata masyarakat desa ini berpenghasilan dari penjualan kepiting bakau dan ubi jalar. Adapun hasil tangkap ikan itu hanya penambah pemasukan ekonomi saja,itupun dilakukan bila cuaca menginjakkan untuk pergi melaut. Sebab hampir semua masyarakat desa ini berprofesi sebagai petani ubi dan nelayan kepiting hanya satu-dua orang saja warga desa ini yang bekerja di dalam pemerintahan. Adapun yang pegawai negri yang bekerja di sekolah dan apartur desa lainnya merupakan warga dari luar desa tersebut.
Dulunya pendidikan formal di desa ini belum ada,sehingga banyak di antara penduduk desa ini tidak sekolah,setelah beranjak dewasa mereka langsung menekuni seuatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan.
Seiiring pemekaran kecamatan Pulau Banyak Barat barulah dibangun pendidikan tingkat sekolah SD,sementara sekolah SMP dan SMA belum ada. Adapun siswa yang sudah tamat SD mereka lebih memilih untuk menyambung sekolah ke sekolah pesantren yang ada di Banda Aceh karena dapat beasiswa dari yayasan.
Lokasi desa ini berada dekat dengan desa Ujung sialit dan Gunung tambego yang sempat diwacanakan pemerintah untuk membangun dermaga kapal ferry demi kemajuan Pulau Banyak Barat dan Desa Suka Makmur, namun itu hanya mimpi belaka. Jarak dari tempat itu hanya lima belas menit saja melalui lintas laut. Bila hendak menuju desa ini dari kabupaten kota ,terlebih kita melakukan transit dulu di desa ujung sialit,kemudian menyewa perahu untuk diantarkan ke desa ini karena belum ada rute khusus bot untuk menuju ke desa Suka Makmur tersebut.
Sementara untuk perumahan penduduk desa ini berada di pinggiran pegunungan dan jauh dari bibir pantai,alasannya mereka tinggal dekat pegunungan karena memudahkan untuk bercocok tanam dan terhindar dari gangguan seketika air pasang naik. Untuk jaringan internet belum memadai di desa ini. Bila kita hendak berkomunikasi menggunakan jaringan, harus berada di area pelabuhan yang jaraknya satu kilo dari perumahan penduduk,sementara di lokasi perumahan penduduk hanya memiliki titik tertentu bila mendapatkan sinyal yang kuat.
Begitulah saban harinya yang mereka lalui, sedangan pengguna HP hampir setiap orang memilikinya, tapi hanya untuk pajangan saja dan sesekali digunakan untuk mengibur mendengarkan musik.
Desa ini memiliki tiga dusun dia ntaranya dusun anak UI,dusun kualo Fangulu dan kualo gadang,semetara perumahan penduduk yang ramai berada di pemukiman Kulo Gadang. Adapun kedua dusun lainnya mereka yang pindah dari pemukiman kulo gadang dan sangat minim penduduknya.
Bila hendak menuju Kualo Fangulu dan anak UI ini harus menggunakan perahu,sementara jalan darat harus melalui pinggiran pegunungan yang masih rimbun, belum stabil, bila kita lalui bisa memakan waktu tempuh sekitar lima belas menit dari pemukiman Kulao Gagadang.
Sejarahnya masyarakat Desa ini awal mulanya berasal dari penduduk Ujung Sialit, masih beragama non muslim yang berasal dari Pulau Nias,kemudian mereka memilih untuk masuk agama Islam.Mulanya hal ini dilakukan hanya beberapa kelompok saja, kemudian tahun berikutnya diikuti oleh kelompok yang laiinnya.
Melihat kondisi mereka setiap tahunnya bertambah menjadi muallaf,akhirnya mereka berinsiatif untuk memintak ijin kepada petua masyarakat Haloban untuk membuka lahan Kulo Gadang tersebut yang berada di samping desa Ujung Sialit untuk mereka tempati dan tinggal di sana untuk bercocok tanam demi keberlangsungan hidup.
Permintaan merekapun dikabulkan,setelah Desa ini sudah dibuka. Merekapun hidup rukun dan aman. Kemudian hampir tiap tahunnya desa ini kian dikunjungi oleh saudara mereka yang berasal dari Pulau Nias dan memilih untuk menjadi penduduk desa tersebut.
Melihat kondisi ini masyarakat Desa Suka mekmur melakukan musyawarah dan memutuskan kebijakan peraturan desa, siapa saja yang tinggal di desa ini jika dia seorang muslim, maka akan diberikan lahan untuk dikelolanya dan ia tempati secara gratis. Tapi bila dia seorang non-muslim, hendak tinggal dan menjadi penduduk desa ini hanya diberikan waktu tangguh hanya selama lima tahun,bila tidak juga memeluk agama Islam, maka tidak diberikan ijin untuk tinggal di desa tersebut.
Mendengar hal ini dengan jumlah mereka bertambah akhirnya secara perlahan masyarakat non-muslim berpindah dan membuka lahan baru. Itulah di dusun anak UI dan Kualo Fangulu dan memilih tinggal di sana hingga kini.
Dasarnya Kampung ini dulu bernama Kulo Gadang,karena memiliki ruas Kuala yang besar dan luas yang di pinggirnya berjajar batang bakau hingga ke arah rumah penduduk,seiring pemekaran Kecamatan, kampung ini berubah menjadi status Desa dan mereka berinama menjadi desa Suka Makmur.
Sementara jalan masuk kuala tersebut yang dulunya mereka lalui menggunakan perahu bila menuju rumah, sekarang sudah dibangun menjadi jalan beton,sehingga memudahkan penduduk untuk dilalui, baik menggunakan motor, maupun jalan kaki bila hendak menuju dermaga maupun tepian sungai.
Adapun hasil tangkap kepiting bakau,ikan dan panen ubi jalar tersebut,biasanya mereka jual pada agen yang datang ke Desa itu untuk membeli hasil tangkapan mereka,semetara untuk penjualan ubi jalar mereka bawa ke desa Ujung Sialit untuk dijual setiap hari pekan (onan). Penjualan ubi jalar ini bisa terjual mencapai puluhan kilo setiap hari pekannya. Adapun pelanggannya yakni masyarakat Kepulaun Banyak dan para agen yang berjualan kain setiap hari pekan yang berasal darin kota Singkil dan ada juga memasan untuk diantarkan ke rumah yang ada di Desa Pulau Balai.
Bila kita kunjungi Desa Suka Makmur ini,hampir setiap rumah penduduk terdapat tanaman ubi jalar,karena penghasilan ubi jalar ini sangat menguntungkan dan menjanjikan menurut mereka. Adapun saat penanamannya tidak ada hambatan, bahkan cepat untuk berbuah dan berisi karena tanah ini sangat subur. Sementara penghasilan dari laut seperti kepiting bakau dan ikan itu merupakan penghasilan tambahan sambari menunggu panen tanaman ubi jalar,karena lokasi pencarian kepiting tersebut berada di pinggiran jalan, sudah langsung ada di area batang bakau kalo hendak dicarai.
Mereka juga berharap agar di Desa Suka Makmur ini agar diperhatikan dengan serius oleh pemerintah, apalagi pada bidang pengelola tambak kepiting dan peningkatan permintaan pasar komodiatas ubi jalar.
Selama ini penghasilan masyakat desa ini dari kepiting bakau dan penjualan ubi jalar hanya mencukupi kebutuhan semata, karena harga jualnya yang murah. Penyebab tersebut yakni transportasi dan sasaran pemasaran (penampung)