Sebelah Mata
Kala dulu,
Ia pernah menjadi nomer wahid…
Entah itu di bangku sekolah,
Atau bahkan di study strata satu…
Bak gayung bersambut,
Senada itu,
Di dunia saat ia tampil,
Ia pernah diutamakan,
Dimuliakan dengan nilai ter-
Dan paling dengan konotasi terpositif…
Namun apa?
Hari itu semua luntur…
Bahkan ada yang memberi “harga” buruk…
Efek badai kah? Badai 2018 ?
Di vonis mati terbenam,
hingga ke palung Mariana…
Dari angka entah berapa,
Hingga minus tak terhingga…
Sebegitu burukkah?
Ishbiir…fashabrun jamil…
Berbuah engkau dilempari,
bersinar engkau diredupkan…
tapi diam engkau dianggap tak mampu…
duh..sebegitu burukkah citra pendiam introvert ?
Ah, lagi-lagi soal hati ia berbisik…
tak perlu menunjukkan apa,
orang membencimu tak percaya itu,
orang menyukaimu tak perlu itu…
Kala engkau butuh injeksi spirit,
ahh, lagi-lagi ia diksi tak bermakna,
rebam tanpa tapi,
aksara tak bernama…
# aa ku Tjut Mauriza,
Sang penyuka hujan,
Agar semua luka tak pernah terbaca…:’(
#Di bawah langit yang sama, Banda Aceh (28 Juni 2022)
Hanya Ingin Berarti
Oleh: PBS (Tjut Mauriza)
Lie,kamu tau…
Tak terhitung,
Duka api membumbung…
Hati ngilu, perih…
Kelu, nanar sakit…
pilu dibalur cuka…
bersiram minyak…
nyalakan api, menabung asap…
Lie..kamu harus tahu…
kala pedih, ia trus maju…
abaikan tepi, puncak sakit…
bendungkan sunyi,
kuatkan diri..
aku bisa, insya Allah …
kubajakan asa…
dalam temaram sendu,
bisikan hati berseru,
innallaha ma ana….
Allah… kuatkan…
Karena aku sangatlah, ingin,
Berarti…
Bukan abai tak bermakna
#melukis pilu di Langit biru…
Banda Aceh (30 Juli 2019
Tjut Mauriza, salah satu anggota Remaja Masjid Baiturrahman, ikut mengajar juga di Baiturrahman ini penyuka sastra, pernah bergabung dengan FLP Aceh dan beberapa komunitas sastra, walau keinginannya “hanyut” dalam sastra belum terealisasi, karena beberapa cita-citanya besarnya belum terwujud. Dan alhamdulillah kini ia bersama puluhan guru lainnya tergabung menjadi guru di SDIT Hafizh Cendekia.