• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Thursday, June 1, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Aceh

PENJUAL SIRIH, DAYA TARIK YANG TERABAIKAN

admin by admin
August 11, 2022
in Aceh, Artikel, Banda Aceh, POTRET Budaya
0
PENJUAL SIRIH, DAYA TARIK YANG TERABAIKAN
0
SHARES
12
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh  Irma Ibrahim

Pemerhati Wisata dan Budaya, berdomisili di Banda Aceh

Mulia wareh ranub lam puan, mulia rakan mameh suara. Begitulah pepatah petitih indah dalam masyarakat Aceh yang menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Aceh memuliakan tamu. Sirih menjadi salah satu media memuliakan tamu dalam budaya Aceh. Budaya ini masih terjaga dan  terlihat di salah satu sudut kota Banda Aceh. Kita salsikan  berjajar kios kecil bagaikan foodstall penjual sirih yang siap menjual produknya sesuai permintaan konsumen. Ada sirih cue, sirih lipat bahkan menyusun sirih dalam batee/puan untuk sambut besan pengantin pun siap ditata.

Sudut penjual sirih terlihat biasa bagi masyarakat Aceh, namun ternyata luar biasa bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Adanya sudut kota menjadi pusat perhatian yang terlihat unik di mata mereka. Pengalaman penulis ketika membawa Dubes Inggris mengunjungi masjid Raya Baiturrahman. Saat keluar masjid, jejeran penjual sirih menjadi perhatian istri dubes dan anak-anaknya, sehingga mereka mendekati penjual sirih dan ingin mencicipi rasa sirih manis produk nyak nyak Aceh yang berbeda dengan sirih lainnya di nusantara.

Tanpa disadari potret penjual sirih di sudut kota Banda Aceh adalah daya tarik wisata budaya yang terabaikan selama ini. Salah satu daya tarik bagi wisatawan adalah apa yang tidak ada di daerah dan Negara mereka. Apa yang berbeda itu adalah budaya daerah yang unik dan menjadi daya tarik bagi pengunjung. Hasil survey kementrian Pariwisata 60 % minat wisatawan adalah karena kekayaan budaya Indonesia.

Guide atau siapa saja yang membawa tamu ketika mengunjungi deretan penjual sirih, dapat menjelaskan untuk apa saja sirih itu digunakan selain untuk dimakan.

Balai Pelestarian Nilai Budaya dalam Bukunya berjudul “Ranub pada Masyarakat Aceh” (BPNB, 2009) mengatakan sebagai berikut:

Pertama, Ranub sebagai simbol pemuliaan tamu. Hal ini sangat jelas terlihat baik dalam kesenian (Tari Ranub Lam Puan), maupun berbagai jamuan ranub yang ditunjukan kepada tamu, besan dan juga orang-orang yang dihormati. 

Kedua, Ranub sebagai simbol perdamaian dan kehangatan sosial. Hal ini tergambar ketika berlangsung musyawarah  untuk menyelesaiksn  persengketaan, upacara, perdamaian, upacara  peusijuk, meu-uroh dan upacara lainnya.

Ke tiga, Ranub sebagai media komunikasi sosial. Dalam hal ini ranub sering diungkapkan dengan istilah ranub sigapu yang berati sebagai pembuka komunikasi.          

Jadi, Ranub adalah lambang formalitas dalam interaksi masyarakat Aceh. Setiap acara dimulai dengan menghadirkan ranub dan kelengkapannya.

 Sirih dalam puan yng terbungkus kain kuning sebagai alat komunikasi juga menurut ketua adat Aceh bermakna diumpamakan sebagai berikut :

• Sirih  umpama  lidah

• Pinang umpama Jantung

• Gambir umpama hati

• Kapur  umpama tulang

• Bakong/tembakau umpama urat

• Batee/puan umpama tubuh

• Kain Bungkus umpama  pakaian.

Sirih dalan puan diumpamakan tubuh dan fungsinya sebagai pelengkap media  komunikasi sosial.

 Kegunaan Sirih sering digunakan sebagai prosesi adat, sosial budaya Aceh sirih antara lain :

 – Melamar. Sirih juga digunakan untuk melamar seseorang, pihak laki-laki diwakili oleh orang yang dituakan dimana mereka tinggal yang disebut Seulangke atau dikenal Makcomblang, ketika melamar selain membawa buah tangan berupa kue dan gula, teh, sirup juga membawa sirih di dalam bate/puan dan menyerahkannya kepada pihak keluarga yang dilamar sebelum memulai percakapan.

Ba Ranub/Tunangan. Istilah  Ba Ranub atau bawa sirih adalah tunangan, dalam ada aceh untuk bertunangan harus membawa sirih, ada sirihnya di dalam puan saja ada sirih besar dalam berbagai bentuk kreasi dan diletakkan emas pengikat tunangan di dalam sirih besar tersebut.

Mengundang/Meu Uroh. Dalam budaya Aceh mengundang secara langsung ke rumah-rumah dinamakan Meu Uroh dengan membawa Puan/bate dan sirih. Sebelum mengundang memberi sirih terlebih dahulu kepada orang rumah yang diundang, baru kemudian menyampaikan maksud kedatangannya.

 Intat Linto atau Dara Baro. Intat linto atau darabaro (pengantin pria atau wanita) juga harus ada dua macam sirih, yaitu sirih linto itu bentuk rangkaiannya lebih besar, dan dibentuk berbagai macam kreasi seni, selain sirih linto juga ada sirih batee yang di dalam puan berfungsi untuk menyambut dan menerima bisan/besan dimana saat menerima pengantin orang yang dituakan di kedua belah pihak yang memegang sirih, biasanya ibu-ibu, kemudian saling menukar sirih, setelah itu pengantin dan rombongan diperkenankan masuk. Ada beberapa daerah dahulunya jika tidak ada sirih, maka pengantin dan rombongan tidak diperkenankan masuk.

Selain untuk prosesi adat,  sirih juga sering digunakan sebagai obat tradisional, dan lain-lain.  Penggunaan sirih dalam budaya tidak hanya ada di Aceh, tetapi juga hampir di seluruh nusantara, seperti di Sumatra Utara, Padang, Riau, bahkan sampai ke NTT.

Selayaknya kita mau mempromosikan dan melestarikan salah satu budaya melalui daya tarik jajaran penjual sirih sebagai warisan budaya Aceh agar tidak tergilas dengan budaya luar yang sangat kencang merambah Negara kita.

Pat ranub yang hana mirah, pat peuneurah yang hana bajoe, pat tulisan yang na salah, tulong peume’ah mangat bek rugoe. 

 

 

Related

Previous Post

BULAN TANPA PURNAMA

Next Post

Kunjungan Perdana Ketua IGPKhI Aceh ke SLBN Aceh Selatan

admin

admin

Next Post
Kunjungan Perdana Ketua IGPKhI Aceh  ke SLBN Aceh Selatan

Kunjungan Perdana Ketua IGPKhI Aceh ke SLBN Aceh Selatan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Ratapan Anak Pinggir Sungai

Ratapan Anak Pinggir Sungai

13 hours ago
Disdik Gayo Lues Selenggarakan Sosialisasi Penulisan Blangko Ijazah SD dan SMP

Disdik Gayo Lues Selenggarakan Sosialisasi Penulisan Blangko Ijazah SD dan SMP

14 hours ago

Trending

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
Perbedaan

Perbedaan

4 days ago

Popular

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
Satupena Aceh Bedah Buku “Kulukis Namamu di Awan”

Satupena Aceh Bedah Buku “Kulukis Namamu di Awan”

12 months ago
PELATIHAN HIDROPONIK SEDERHANA DALAM UPAYA PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT DI DUSUN TIMUR GAMPONG KOPELMA DARUSSALAM OLEH MAHASISWA PPG USK

PELATIHAN HIDROPONIK SEDERHANA DALAM UPAYA PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT DI DUSUN TIMUR GAMPONG KOPELMA DARUSSALAM OLEH MAHASISWA PPG USK

1 week ago
Hujan Pagi ini

Hujan Pagi ini

2 weeks ago

Lembaga Panglima Laot Aceh Mau Dibawa Ke Mana?

2 weeks ago

Spam Blocked

16,303 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version