• *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • *WARGA MUHAMMADIYAH LEMBAH SABIL SANTUNI 100 ANAK YATIM*
  • Gepeng Yang Diamankan Satpol PPWH Banda Aceh Pakai Sabu Sebelum Beraksi
  • Home 1
    • Air Mata Mata Air
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Memilih Pendidikan, Memilih Masa Depan
  • Redaksi
  • Telaga Sastra Cinta “Savitri J”
Thursday, October 5, 2023
No Result
View All Result
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Aceh

Lumpo

admin by admin
August 7, 2022
in Aceh, Artikel, Opini, Perspektif, POTRET Budaya
0
Lumpo
0
SHARES
9
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Risman Rachman

Tahu tidak, mengapa orang luar sering memuji Aceh?  Patut kita renungkan. Jangan-jangan ini hanya sebuah konspirasi yang ada agenda settingnya. Nah!

Selama ini, kita menerima dengan senang hati, tanpa renungan, atas baju kebesaran dan kemuliaan yang dilekatkan kepada kita, Aceh.

Jika sudah dipuji, semua urusan menjadi lancar, semua hambatan menjadi lepas, dan ragam pengorbanan pun dengan senang hati akan kita lakukan.

Dampaknya apa? Coba pikirkan! semua kita bangga hati, dan hilangny rasa takut dalam menghadapi hidup. Apa yang harus kita takutkan, bukankah kita adalah bangsa teuleubeh ateuh rhueng donja?

Rasa bangga dan tiada rasa takut ini membuat orang Aceh kehilangan kekuatan utama yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa besar lainnya yaitu lumpo alias alias imajinasi sebagai modal kunci dalam menghadirkan realitas fiksi.

Jadi, dengan melekatkan segenap kebesaran kepada Aceh, agenda setting yang ingin dicapai adalah mematikan tombol lumpo alias imajinasi pada utak ureung Aceh.

Biarkan Aceh berjalan dengan baju kebesarannya agar sehari-hari disibukkan dengan kerja menjaga bajunya agar tidak terkena debu atau sibuk membersihkan debu yang ada di pakaiannya kala berjalan di lintasan waktu.

Dengan kesibukan itu, orang Aceh tidak akrab lagi dengan yang namanya tantangan, sebab tidak ada yang perlu ditakuti, terkunci dengan status diri sebagai bangsa yang hebat.

Bangsa manapun, jika sudah tidak punya tantangan yang benar-benar ditakuti, dengan sendirinya tidak akan bisa bangkit, malah akan mati pada waktunya tanpa perlu diserang, atau diperangi.

Pengamat politik dan pertahanan, Salim Said, pernah mengatakan alasan majunya Taiwan, Singapura dan Israel karena ada yang ditakuti.

Taiwan takut dicaplok Tiongkok. Singapura takut karena di tengah lautan Melayu. Israel takut karena di tengah lautan Arab. Jadi ada yang ditakuti hingga mereka harus menjadi negara yang hebat. Sedangkan Indonesia, Tuhanpun tidak ditakuti.

Taiwan, Singapura dan Israel sadar betul realitas objektif mereka adalah negeri yang tidak kaya akan sumber daya alamnya, tidak sebanding dengan negeri-negeri yang mereka takuti. Dengan begitu, mereka mengkayakan diri dengan realitas fiksi (imajinasi) sehingga lahirlah ragam gagasan, yang disertai dengan kerja keras.

Sekarang, dengan pakaian kebesaran itu, kita semua bermental tuan, yang peng beuna kerja hana payahlah, apalagi sampai kerja hingga malam alias begadang. Sedikit dimarahin perasaan kita langsung merasa sebagai budak atau pembantu.

Kita langsung tersinggung jika disuruh begini dan begitu, perasaan untuk apa disuruh-suruh, emangnya kita robot? Kita ini Tuan, bos, orang hebat, turunan indatu yang kha, dan dite le kaphe.

Padahal jelas kekuatan imajinasi sangat kentara dimiliki oleh indatu ureung Aceh. Mereka berjibaku membangun negeri agar dapat menguasai berbagai daerah, hingga dapat menang dalam perdagangan. Mereka sadar untuk membangun kekuatan dan membangun kerjasama agar kerajaan-kerajaan dengan kekuasan persenjataan tidak mudah menaklukkan negeri-negeri yang dikuasai Aceh.

Realitas objektif sebagai negeri yang kaya dikombinasi dengan realitas fiksi dengan mewujudkan lumpo atau imajinasi kerajaan yang kuat, berwibawa dan luas pengaruhnya hingga diketahui oleh berbagai kerajaan dan kerajaan-kerajaan besar bersedia menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Aceh.

Sekarang, dengan hilangnya lumpo, imajinasi, kita kehilangan daya upaya, bahkan untuk sekadar memimpin negeri sendiri. Siapapun yang kita duga sudah mengotori baju kebesaran Aceh, langsung ta tak gateh, tidak peduli itu orang Aceh sendiri. Bah jra jih. []

Related

Previous Post

DPKA Bedah Buku Prof. Hasbi Amiruddin: Tengku Daud Zamzani Ulama Karismatik dan Visioner

Next Post

Elegi Lembah Seulawah

admin

admin

Next Post
Elegi Lembah Seulawah

Elegi Lembah Seulawah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Profesor Agung Pranoto Mengapresiasikan Buku Sajak Secangkir Air Mata,  Karya Hamdani Mulya

Profesor Agung Pranoto Mengapresiasikan Buku Sajak Secangkir Air Mata, Karya Hamdani Mulya

11 hours ago
Kajian Millenial RTA Aceh Utara Kembali Hadir di Geureudong Kupi Bulan Ini, Bahas Ilmu Parenting

Kajian Millenial RTA Aceh Utara Kembali Hadir di Geureudong Kupi Bulan Ini, Bahas Ilmu Parenting

13 hours ago

Trending

Amplop Tua Itu

Amplop Tua Itu

1 day ago
Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

1 year ago

Popular

Jangan Samakan FGD dengan Seminar

1 year ago
Mewaspadai Cyberbullying Pada Anak

Melihat Sisi Lain Kaum Remaja

2 weeks ago
Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

Nasib Perempuan di Lokasi Tambang Blang Nisam

1 month ago
Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

Pembelajaran Bermakna dengan Memanfaatkan Aplikasi Digital

1 year ago
Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

Sejarah Penghancuran Huruf Arab Melayu/Jawi dan Jawoe Oleh Penjajah Eropa

6 months ago

Spam Blocked

22,525 spam blocked by Akismet

Follow Us

  • Redaksi
  • Feed

Copyright © 2022, potretonline.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Potret Utama
  • Sorotan
  • Bingkai
  • Bingkai Sekolah
  • Frame
  • Tips Kita
  • News
  • Sehati
  • English Article
  • Wisata
  • Blitz
  • Sastra
  • Sketsa
  • Peace Corner
  • Kronis
  • Lensa

Copyright © 2022, potretonline.com

Go to mobile version