Candi di Atas Sawah Padi
Oleh Agus Sanjaya
Di atas gunung penanggungan, aku dan putriku bersarang. Setiap hari kami memupuk kesaktian.
Satu pintaku pada Bathara, putriku segera dipinang orang.
Tinggi pohon lekas berbuah, harapanku telah ada di depan mata. Pemuda gagah datang dengan mimpinya. “izinkan saya menimba ilmu dari panjenengan, Kyai.”
“tentu saja, tapi kau harus menikahi putriku,” kataku memberi syarat. Dia mau menerima. Pesta pernikahan terlaksana dengan bahagia.
“bawa dan tanamlah padi ini, jika ada yang butuh. kalian wajib memberinya!” kataku mengikat janji. Sepasang pengantin itu, meninggalkan keremangan gunung. Aku melepasnya dengan tetes haru.
Sudah lama aku tak melihat putri dan menantu. Aku memutuskan untuk bertamu. tapi pemandangan yang kulihat membuat malu. Keduanya menghantam janji.
“jika kau ingin beras, kau harus bekerja keras!” kata menantuku angkuh. Aku menyapa dari jauh, tak ada yang mau menjawab. Termasuk putriku sendiri.
“Walangangin, Jaka Pandelegan. Kalian tak bisa menjawabku, persis sebuah candi.” Setelah kutuk kulempar, sebuah candi besar berdiri di sawah padi.
6 Juni 2022
Berdasarkan cerita rakyat dari daerah Sidoarjo, Jawa Timur.
Kolam Itu Seperti Terpanggang
Sunan Margi memang seperti surya
yang perlahan mengusir gulita
tetapi saat perjalanan ke barat
dan ingin rehat sejenak
banyak orang yang menolak kehadirannya
Mungkin mereka itu mencintai kegelapan
hingga menanam benih-benih benci
untuk menentang kebenaran
Saat sang sunan bertanya dengan halus, “permisi, apa saya boleh meminta sedikit air kolam untuk berwudu?”
Tatapan orang-orang tak bersahabat.
“enak saja kau, pergi sana! kami tak ingin melihatmu.”
Perkataan tajam bagai belati
sukses menyayat hati
sunan memutuskan pergi
tanpa mengambil air seujung jari
Tuhan melaknat kekikiran mereka
perlahan kolam surut,
lalu habis tanpa sisa
tanahnya kering seperti terpanggang bara
7 Juni 2022
Kolam dalam bahasa setempat disebut ‘Balong’
Berdasarkan cerita rakyat dari daerah Gresik, Jawa Timur.
Berakhirnya Kehausan Desa
kemarau mencekik daun-daun sampai sekarat
juga membuat Dewi Laras yang tengah bunting
ikut gelisah kehausan
dia berusaha menerjang bukit tinggi
saat tak ditemukan air
Dewi Laras turun kembali dengan kerengkelan*
di saat yang tepat
perempuan itu bertemu Ki Kumbang Jaya dan Ki Jala Ijo
yang mencari ketenangan dari dalam mulut gua
keduanya menusuk perut tanah dengan tongkat yang dimiliki
dengan kuasa Tuhan yang maha baik
air memancar tanpa henti
muncul bulus dan ikan-ikan bergembira
saat pancarannya berakhir
tanah desa menjadi basah
tiada lagi yang berdahaga
dan orang-orang mulai berdatangan
10 Juni 2022
*artinya bersusah payah, lama-lama istilahnya berubah menjadi rengel. cikal bakal nama daerah tersebut
Berdasarkan cerita rakyat dari daerah Tuban, Jawa Timur.
Mendapatkan Hati Kemuning Raja
Raja memiliki sekuntum kemuning kesayangan
Harumnya bagai taman di kayangan
Tetapi secara tiba-tiba, bunga kehilangan wanginya
Berganti aroma bangkai yang menguat
Raja diliputi murung dan bingung
Entah takdir apa yang menimpa bunganya?
Ia lalu menyempurnakan tapa
Untuk meminta jalan terang dari Sang Kuasa
Sebuah suara berkata,
“Ambil daun sirna ganda di Gunung Arga Dumadi, maka penyakit bungamu akan terobati!”
Sayembara besar tercipta
Jika pemenang adalah lelaki, maka berhak mencuri hati
Jika seorang perempuan, maka menjadi saudara
Semua orang berbondong mengikutinya
Seorang lelaki berkudis dan miskin datang pada raja
Menyanggupi ikut sayembara
Tentu semua orang meragukan kemampuannya
Lelaki berkudis mendaki gunung, menelanjangi hutan
Hingga menemukan gua; tempat daun sirna ganda berehat
Sekaligus kediaman sosok besar yang menyemburkan api
Lelaki berkudis takkan mau melangkah pergi
Ia menghunjamkan keris pada perut naga
Darah segar menjadi rintik hujan
Membasahi tubuh lelaki berkudis
Hingga keajaiban tercipta, kulit lelaki itu bersih sempurna
Pria tampan itu memetik daun sirna ganda
Kembali ke istana dengan bersuka ria
Semua orang memandangnya dengan beribu tanya
Siapa orang asing yang berhasil memenangkan sayembara?
11 Juni 2022
Berdasarkan cerita rakyat dari daerah Ngawi, Jawa Timur.
Tentang Penulis
Agus Sanjayalahir di Jombang, 27 Agustus 2000. Juara 2 Lomba Menulis Cerpen Nasional (Komunitas Sekolah Seru, 2019), Juara 3 Event Menulis Puisi Nasional (Arras Media, 2021), serta Juara 2 Lomba Menulis Puisi Ramadan COMPETER Indonesia. Buku pertamanya berjudul Akar Kuning Nenek, serta keduanya berjudul Lima Sekawan terbit di Guepedia tahun 2020. Saat ini ia tengah sibuk kuliah, menimba ilmu di COMPETER Indonesia dan Kelas Puisi Bekasi (KPB). Karya-karyanya banyak terangkum di antologi bersama, juga di media online seperti: Riau Sastra, Kosana.id, Cerano.id, Sastra Indonesia.org, Nolesa.com, Metamorfosa.co.id, Suku Sastra.com, Dermaga Sastra, Pahatan Sastra, Tirastime, Mbludus, Negeri Kertas.com, Inside Lombok, Suara Krajan.Com, serta Ngewiyak.Com.
Contact
Nama lengkap : Agus Sanjaya
Nomor Telepon/Wa : 081934787527
Alamat lengkap : Dusun Mancar Barat, RT 009 RW 003, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 61481
Email : agussanjaya270800@gmail.com
Instagram : @agussanjay27