Oleh: Akhsani Taqwim
Alumnus Prodi Hubungan Internasional FISIP Universitas Al Muslim, Matang Geulumpang Dua, Kabupaten, Bireun, Aceh
Perjalanan untuk bertemu dan berdiskusi dengan Ketua DPR Aceh Periode 2019-2022, Bapak Dahlan Jamaluddin menjadi pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan sebagai seorang lulusan baru Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Almuslim yang memiliki cita-cita yberkerja pada Organisasi Internasional. Kesempatan bercengkrama dan membahas seputar topik yang sejalur dengan konsentrasi saya, menambah wawasan terhadap kajian yang ingin saya teliti lebih lanjut ke depannya.
Pertemuan dengan Ketua DPRA menjadi pertemuan yang tidak disengaja, karena saat itu Bapak ketua DPRA sedang kedatangan tamu dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Tamu dari kedutaan ingin berdiskusi lebih mendalam mengenai HAM, Perjanjian MoU Helsinki, pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi Aceh. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki kegiatan di Universitas Syiah Kuala, untuk mengikuti tes TOEFL guna keperluan melanjutkan pendidikan atau melamar pekerjaan.
Alhamdulillah kesempatan bertemu Ketua DPRA, saya dapatkan melalui dosen saya, Bapak Poncut. Beliau sering mengajak kami mahasiswa untuk bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah pakar dan pejabat. Pada tahun 2018 saya dan dua sahabat dari Prodi Hubungan Internasional Universitas Almuslim pernah diberi kesempatan untuk belajar secara langsung mengenai dunia diplomasi antara Indonesia-India.
Dalam pertemuan tersebut saya dan teman dilibatkan sebagai panitia dan menjadi penerjemah dalam pertemuan bisnis antara pengusaha Kepulauan Andaman & Nicobar di India dan pengusaha Aceh. Pertemuan tersebut merupakan acara yang diorganisir Kementerian Luar Negeri RI.
Menghadiri pertemuan Ketua DPRA dengan tamu dari Kedutaan Besar Amerika Serikat menjadi kesempatan berharga bagi saya untuk dapat belajar kembali. Saya mendengar diskusi menarik terkait isu HAM, pendidikan, pengangguran, dan kemiskinan di Aceh.
Suasana pertemuan berlangsung informal dan diselingi dengan canda tawa. Dengan mudah saya pahami seluruh penjelasan yang disampaikan oleh Ketua DPRA. Terlihat sekali beliau sangat menguasai berbagai isu yang terjadi di Aceh. Setelah pertemuan dengan tamu dari kedutaan selesai, di sela waktu duduk santai sambil berbincang-bincang, saya memberanikan diri bertanya kepada Bapak Ketua mengenai harapan masyarakat terhadap perjanjian Helsinki dan UUPA melalui kebijakan yang telah dilakukan Pemerintah Aceh. Karena ini penting untuk mengingatkan kembali pemerintah mengenai keterbengkalai janji mereka untuk mensejahterakan Rakyat Aceh.
Pada akhir diskusi, Bapak Ketua menyampaikan betapa besarnya harapan beliau terhadap eksistensi masyarakat Aceh yang memiliki karakter dan pendidikan yang unggul untuk membantu membangun masyarakat yang berkelanjutan. Setelah pertemuan dengan Bapak Ketua, membuka pandangan saya, sebagai generasi muda jika ingin berkontribusi kepada Aceh dapat dilakukan melalui pendidikan. Ia menjadi jalan terbaik dan pasti – yang tentunya membuthkan waktu – untuk memberantas kemiskinan yang sudah sangat krusial di Aceh.