Oleh Tabrani Yunis
Harusnya tulisan ini diselesaikan tepat saat sebelum merayakan hari raya Idul Adha, 1443 H. Alasannya bisa karena lebih aktual, saat momentum hari raya. Kedua, berkaitan dengan hari meugang, hari makan besar menyambut Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Ke tiga, juga berhadapan dengan moment berkurban dan ke empat terkait penyakit hewan. Ke empat hal itu menjadi konsideran atau pertimbangan untuk menulis tulisan ini.
Tentu tidak salah pula kalau baru saat ini tulisan ini diwujudkan. Paling tidak, bisa membawa kembali pikiran dan ingatan pada saat umat Islam di Aceh khususnya melakukan prosesi hari raya idul Adha di tanah air dan juga di wilayah lain di dunia.
Nah, bicara soal hari raya dalam tradisi orang Aceh atau masyarakat Aceh, menyembelih hewan seperti sapi, kerbau dan kambing serta ayam dan bebek, merupakan tradisi yang masih begitu kental dan tak tertinggallan. Sehingga kebutuhan akan daging sapi, kerbau, kambing hingga daging ayam dan bebek sangat tinggi. Setiap kali Ramadhan dan hari raya tiba, permintaan atau kebutuhan akan daging sangat tinggi. Menjelang puasa, ada hari meugang dan menjelang hari raya Idul Fitri, juga ada hari meugang Yang membutuhkan banyak daging sapi, kerbau, kambing atau ayam dan bebek. Begitu pula kala hari raya Idul adha, ada hari meugang yang pada hari tersebut banyak sapi atau kerbau yang disembelih. Usai salat Idul Adha, di hari pertama dan kedua atau ketiga ada pula penyembelihan hewan kurban.
Jadi, dengan demikian, kebutuhan akan daging di tengah masyarakat Aceh pada momentum meugang dan hari raya di Aceh, tergolong sangat tinggi. Tingginya permintaan atau kebutuhan daging di Aceh, saat megang menyebabkan harga daging selalu melambung tinggi dan mencapai puncak harga daging tertinggi, yakni seharga Rp. 200.000, per kilogram. Apalagi di saat hari raya Idul Adha, kebutuhan daging menjadi lebih tinggi, karena selain untuk megang juga kebutuhan berkurban. Kondisi ini berlangsung setiap tahun.
Sayangnya kali ini, di hari raya Idul Adha 1443 H tahun 2022 yang sudah berlalu ini, bagi masyarakat Aceh yang tinggal di Aceh, yang sedang menyiapkan prosesi meugang, harus pula berhaapan dengan ancaman penyakit hewan yakni penyakit mulut dan kuku (PMK) yang membuat banyak masyarakat yang takut mengonsumsi daging sapi. Masyarakat was-was atau harus sangat hati-hati membeli daging sapi, maupun daging hewan lainnya seperti kerbau atau kambing. Bahkan tidak sedikit pula masyarakat Aceh yang takut mengonsumsi daging, karena takut tertular penyakit mulut dan kuku dari hewan meugang.
Nah, dengan kondisi ini, paling kurang ada dua hal yang membuat hari raya ini berbeda dan terasa terganggu. Pertama, di tengah banyaknya demand terhadap daging sapi atau kerbau di saat hari meugang dan kebutuhan qurban, prosesi meugang dan kurban berada dalam ancaman penyakit hewan yang dikenal dengan “Penyakit Kuku dan Mulut, atau disingkat dengan PMK yang menerpa ternak sapi, kerbau dan kambing atau domba, seperti disebutkan di atas. Hal ini sangat mengganggu karena banyak orang yang takut membeli daging sapi atau kerbau, walaupun secera faktual, faktanya jumlah kerbau yang terpapar PMK itu sedikit, tidak seperti sapi. Akibatnya harga sapi ikut terganggu.
Mengutip berita KOMPAS — edisi 10 Juni 2022 memberitakan bahwa jumlah sapi yang terpapar virus penyakit mulut dan kuku di Provinsi Aceh mencapai 20.700 ekor. Namun, pemerintah setempat menjamin ketersediaan daging untuk perayaan hari ”Meugang” tercukupi. Sementara tirto.id– edisi 21 Juni 2022 memaprkan, Plt Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Aceh, Zalsufran mencatat sebanyak 27.379 ekor ternak sapi dan kerbau di wilayahnya terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Meski jumlahnya banyak, dia bilang angka kesembuhan ternak dari PMK juga tinggi. Berdasarkan data terakhir sudah 27.379 yang terpapar dengan angka kesembuhan mencapai 15.168 ekor,” kata Zalsufran dikutip dari Antara, Selasa (21/6/2022).
Lebih lanjut diwartakan bahwa dari 27.379 ternak yang terpapar PMK, Zalsufran mencatat 165 ekor mati dan 27 lainnya dipotong paksa. Zalsufran merinci sebaran wabah PMK tertinggi di Kabupaten Aceh Tamiang dengan 8.699 kasus. Sebanyak 82 di antaranya mati, dua dipotong paksa dan 7.855 sembuh. Ini adalah ancaman serius. Mengapa demikian? Jawabannya tentu bisa beragam sesuai dengan persepsi masing-masing. Yang jelas, ini adalah kondisi yang membedakan antara meugang dan pelaksanaan kurban tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Inilah perbedaan pertamanya.
Perbedaan kedua, terkait tetkait dengan proses hari raya Idul Adha. Perayaan hari Idul Adha tidak berjalan serentak, tetapi terpecah dua. Ada yang berhari raya pada hari Sabtu, tanggal 9 Juli 2022 dengan mengikuti ritual haji di Mekkah, seperti halnya Muhammadiyah dan non Muhamadiyah, juga ada yang mengikuti keputusan pemerintah yang menetapkan Idul Adha jatuh pada hari Minggu, 10 Juli 2022. Sehingga pelaksanaan hari raya pun terbelah dan terasa kurang meriah, kurang kompak, namun demikian tetap berjalan aman. Kondisi seperti ini jelas sangat tidak diinginkan oleh masyarakat muslim di tanah air. Semoga saja di tahun mendatang, tidak terulang keputusan yang menyebabkan perbedaan yang tidak seharusnya terjadi. Apalagi bagi umat Islam yang menjalankan puasa sunah, puasa Arafah sehari sebelum hari raya, bisa jadi puasa mereka menjadi tidak sah dan sebagainya. Jadi, sangat mengganggu, bukan?
Ke tiga, hal yang terasa mengganggu adalah saat masyarakat Aceh melaksanakan kurban. Masyarakat yang berkurban juga harus hati-hati dan sangat selektif dalam membeli ternak kurban, karena ancaman PMK tersebut, khususnya di masyarakat Aceh. Jadi, apa yang terjadi sebelum meugang ikut mengganggu kemeriahan pelaksanaan hari raya Idul Adha tahun ini.
Kini semua prosesi meugang dan Idul Adha 1443 H sudah selesai, namun ancaman penyakit mulut dan kuku pada hewan sapi masih belum usai. Begitu pula halnya pandemi Covid 19 yang telah berjalan lebih dari dua tahun, masih menjadi momok dan sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, selayaknya semua pihak tetap selalu waspada dan mampu menghadapi ancaman-ancaman semacam ini ke depannya. Dengan kondisi yang aman, tanpa ancaman penyakit hewan dan pandemi, kita doakan agar meugang dan hari raya serta kegiatan kurban tahun depan dalam keadaan aman dan membahagiakan. Semoga