Oleh Jonson Efendi
Palembang
Dari balik jendela kutatap langit awan hitam mengandung hujan. Sebentar lagi rintiknya membasahi bumi menyirami dada pertiwi tempat tumbuh segala nikmat. Bagiku, hujan adalah suatu anugrah dari yang maha rahman di mana aku bisa merasakan suatu kehangatan tersembunyi menjadi rasa syukur dari deraan panas di musim kemarau. nikmat manalagi dapat kudustakan?
Bermandikan hujan mengingatkanku pada banyak kenangan di mana aku bisa menyembunyikan derai air mata, agar mereka tak tahu kalau aku berduka. Nyanyian hujan di ranting cemara sebuah simponi alam di sana nada-nada kehidupan dimainkan dari setiap tetesannya menjadi genangan-genangan atau hilang ditelan bumi. Rintik hujan melahirkan kisah percintaan tentang dua sejoli tengah basah diderasnya badai asmara, lalu mereka berteduh di bawah payung daun pisang
Hujan mengirimkan sejuta cinta, melewati nada rintiknya begitu menenangkan mengalirkan melodi dalam nadi. Aku masih menatap hujan dari balik jendela menikmati senja begitu indah. Guyuran hujan melahirkan kedamaian, merangkai mimpi, memetakan masa depan. Datanglah kepadaku bersama hujan dari balik jendela. Semua kan baik-baik saja. Air hujan menyentuh bumi tanpa kesombongan, menabur kasih sayang, merawat alam kehidupan.
Biodata:
Jonson Effendi berdarah Minang lahir di Palembang. Buku kumpulan puisi tunggalnya berjudul: Panggilan Hati 2017, diterbitkan oleh Al-Qalam Media Lestari. Antologi Puisi Ya Allah, Habibah 2022 diterbitkan oleh Egypt van Andalas.
Sudah tergabung lebih dari dua puluh buku kumpulan antologi puisi bersama di antaranya: Antologi puisi Wangian Kembang Konpen 2018 Kelantan Malaysia. Antologi puisi Dwi Bahasa Bolivia – Indonesia. Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia. Antologi Puisi Budaya Costa Rica – Indonesia 2021.
Email: jonsoneffendiani1991@gmail.com
Facebook: Abinya Umar Aburrahman.