Oleh Delia Rawanita
Paling menyenangkan pada saat menunggu bel istirahat. Seperti biasanya aku pasti tancap gas menuju ke perpustakaan. Soalnya tempat paling nyaman buat aku singgahi cuma satu “ Perpustakaan “ . Hampir setiap hari aku di sini. Kalo dihitung hitung hampir setengah buku di perpustakaan ini sudah kubaca, mulai biografi orang terkenal, buku sciens juga novel. Aku suka Agatha Christie cerita bernuansa detektif , juga karya perempuan di negeri sendiri seperti NH Dini dan La Rose. Sayang bukunya terbatas dan tak boleh dipinjamkan pada semua orang kecuali “ Aku”. Sangking seringnya ke pustaka , kartu pinjam pustaka sebentar saja penuh. Makanya untuk novel tertentu aku diberi pinjam dengan jaminan oleh petugas perpustakaan ibu Rasyidah .
Hari ini seperti biasa , aku duduk di bangku paling sudut, tempat paling nyaman tanpa orang lalu lalang dan posisinya pun bersebelahan dengan kantin sekolah. Kantin ini dijaga oleh bang Yahya bersama istri dan anaknya yang masih kecil. Kantin bang Yahya menjadi istimewa karena beliau menjual pisang goreng dengan cara pisang yang sudah diiris sebesar telapak jari itu langsung digoreng dengan menggunakan kuali besar, sehingga setiap jam istirahat selalu diserbu oleh siswa dan siswi karena murah dan rasanya enak dan gurih . Kebetulan sekali kantin bang Yahya berdinding papan, sehingga kami bisa menikmati aroma pisang goreng melewati celah dinding. Maklumlah , uang jajan yang tak seberapa diberi orang tuaku bisa kutabung untuk membeli beberapa keperluan sekolah. Nah, begini cara jitu berhemat dan menemaniku melahap lembar demi lembar isi buku bacaan tanpa ketahuan temanku yang lain. Kadang syahwat terhadap bacaan yang menarik bikin kita lupa makan dan minum .
“Pstt.. boleh duduk sini ” seseorang mendekatiku.
” Terserahlah , suka suka” jawabku ketus karena merasa terganggu
” Lagi baca buku apa, boleh lihat “. ternyata Lelaki ini sering kulihat duduk di perpustakaan membaca buku , tidak seperti yang lain ketika jam istirahat tiba.
Anehnya baru kali ini menegurku. Aku coba melirik wajahnya, lumayan tampan. Dia memang bukan anak kelasku . Kucoba menjauh kemudian perlahan beringsut ketengah, menggeser tempat dudukku .
“ Bagus ya jalan ceritanya. Aku baru baca setengah novel itu , boleh nggak abang teruskan sebentar” dia mencoba berkomunikasi dengan meraih buku ditanganku
” Eit , sabarlah, saya lagi baca ni, Jangan berisiklah “ kataku geram, namun
aku merasa geli juga ketika dia menyebut dirinya dengan panggilan “ Abang”, padahal kalau dilihat, kami sebaya. Persetan, kutenggelamkan pikiranku mengikuti alur cerita , tapi sial, aku kehilangan konsentrasi . Lelaki yang satu ini menyebabkan aku merasa tidak nyaman menyelesaikan bacaanku.
Bell berbunyi, aku bergegas menuju kelas, takut terlambat masuk. Lokasi kelasku paling ujung kanan sekolah, sehingga harus melewati beberapa kelas lain. Nun di bawah pohon trambesi kulihat segerombol laki perempuan tertawa tawa, kemudian terdiam saat aku melewati mereka.
” Kutu buku lewat” ujar salah satu di antaranya.
” Namanya , Aryati ” sahut yang lain .
“ Dek Aryati , ada yang mau kenalan nih, boleh nggak”
Kupercepat langkah sambil menundukkan wajah . Begitulah selalu jika aku melewati kelas IPS yang satu ini, sungguh menyebalkan mereka selalu meledekku dengan bernyanyi sambil teriak tak karuan..
“ Aryati.. Dikau mawar asuhan rembulan
“ Aryati… tiba tiba suara terhenti dan hening. Aku coba menoleh ternyata mereka sedang digiring oleh piket menuju tanah lapang , pasti karena bikin onar. Rasain
Hari ini Sabtu, biasanya pelajaran terakhir selalu diisi dengan jam pelajaran olah raga, pelajaran yang tidak memberi kesempatan buatku dan sebahagian siswa ikut. Hal itu karena lapangan olah raga yang ukurannya terbatas, makanya hanya sebagian yang bisa ikut dalam permainan. Sebagai antisipasi bapak guru adalah dengan memberikan Kami bola kecil berupa permainan kasti atau diganti dengan permainan bola besar seperti volley . Sedangkan kegiatan bola kaki khusus anak laki laki dan itupun harus keluar dari lokasi sekolah . Biasanya guru enggan membawa siswanya keluar pekarangan karena penuh risiko di perjalanan kecuali akan mempersiapkan turnamen dan sejenisnya.
Aku segera cari akal agar terbebas dari kegiatan yang tidak aku nikmati, dengan badan dibungkukkan sambil wajah pura pura kesakitan aku minta izin untuk tidak ikut ke lapangan hari itu. Padahal sebenarnya aku ingin ke pustaka menyelesaikan bacaan novelku yang belum selesai.
“ Ya, sudah. Istirahat di kelas sana “
“ Pak, saya di UKS aja boleh pak, di kelas sunyi ” aku berdalih mencari peluang agar bisa keperpustakaan dan bersebalahan dengan ruang UKS.
“ Ya sudah, istirahat di UKS aja, ajak kawanmu yang perempuan “ cepat kutarik tangan Mulyati yang dari tadi berada di sampingku. Lumayan, jalan berdua teman seperti ini paling tidak menyelamatkan aku dari gangguan gerombolan kakak kelas yang centil serta Abang kelas yang suka usil. Aku begitu penasaran dengan ending novel Agatha Christie.
“ Eh, kita ke pustaka aja yok, UKS tutup Mul . Sukurlah sahabatku yang satu ini setuju , kami ke Perpustakaan aja.
Di Perpustakaan kulihat bu Rasyidah sebagai piket hari itu sedang merapikan beberapa buku yang tergeletak di meja. Kucoba sapa seramah mungkin agar beliau tak menolak kami membaca di saat jam pelajaran berlangsung.
“ Anak anak ini bukan jam istirahat , kenapa kalian bolos “
Dengan alasan kurang enak badan dan UKS tutup , Bu Rasyidah memberi kesempatan kami masuk dengan catatan jangan mengganggu ketenangan ruangan. Tanpa pikir panjang aku kembali menuju Rak II tempat kumpulan cerita termasuk novel kemaren belum selesai kubaca. Namun novel tersebut tak berada di tempatnya. Aku ingat betul kemaren itu aku meletakkannya dengan sangat rapi, bersebelahan dengan novel karangan Buya Hamka Di bawah lindungan Ka’bah. Ya.. aku juga tidak lupa membuat batasan lembaran bacaanku dengan melipat diujungnya agar aku dengan mudah melanjutkan bacaanku yang apabila belum selesai dibaca.
Duh, di mana buku itu .
Hampir setengah jam aku mencari, mana tahu terselip di Rak buku yang lain, namun buku tersebut raib bak ditelan bumi. Dengan lunglai , kuajak Mulyati kembali ke kelas. Aku berdosa telah membohongi pak guru Olah Raga.
“ Aku cabut ya, mau gabung ke lapangan. ” kata Mulyati kawan sebangku sejak aku bersekolah disini. Tak lama terdengar sorak sorai dari kejauhan sepertinya ada pertandingan antar kelas . Tapi Persetan, pikiranku sudah dipenuhi isi cerita yang ada di Novel kemaren itu. Huh !!
Ternyata sendirian di kelas bikin hati tambah kesal. Aku melamunkan kejadian kemaren di perpustakaan , selain aku, ternyata ada juga laki laki yang menyukai Novel yang kubaca. Sepertinya punya hobby sama denganku ,membaca. Penampilannya bersih dengan rambut tersisir rapi dan wangi bikin aku tersenyum sendiri , apalagi ketika dia membasakan dirinya dengan sebutan “Abang” . Mungkin abang dari kelas III , jelasnya satu tingkat dari aku . Oh.. Jurusan IPA atau IPS ya, dia “ aku membatin.
” Ehm, nih novelnya, kamu pasti kecarian tadi di Perpustakaan” . Belon tamat kan “. timpalnya lagi ketika dia melihat wajahku terkejut karena dia datang tiba tiba. Kulihat buku yang kucari itu diletakkan di atas meja. Penasaran , kuambil juga lalu kusimpan kan di dalam tas
“Kita kenalan dulu, bolehkan . diulurkan tangannya .Namamu Aryati dari kelas II IPA 1 alamat Taman Siswa kan ?”
“ Kalau udah tau, ngapain kenalan “ ku tarik jabatan tangan dengan geram.
“ Abang sudah lama memperhatikan kamu, apalagi kebetulan hobby kita sama. Buku ini sengaja abang ambil buat dek Aryati. Nanti malam kan malam Minggu, cocoknya baca baca cerita, kan.” Seketika kurasakan dadaku berdebar lebih kencang, ada apa ini…
“ Senin dibawa, nanti biar Abang yang mengembalikannya, soalnya buku itu Abang ambil tanpa sepengetahuan mereka” wajahnya berubah serius
” Mencuri itu namanya, bang ” .
” Hush..jangan protes. Pokoknya harus diberikan ketangan Abang ya, dek”.
” Janji , dek , baca di rumah, nanti ketahuan ” bisiknya di telingaku.
Aku mengangguk sedikit gemetar, berdekatan berdua saja dikelas bikin nafasku hampir berhenti. buku itu cepat cepat kumasukkan kedalam tas.
“ Dah, sampai ketemu suatu hari “ ujarnya sambil melambaikan tangan.
Kuantar dengan pandangan mata sampai bayangannya hilang, Seperti mimpi. Semua terjadi begitu cepat . siapa namanya, kelas berapa,tinggal di mana, sudah punya pacar atau belum. Alahay..aku jadi malu dengan perasaan ini, padahal baru saja dalam bertemu, Ah.
….
Senin, jam istirahat aku keluar kelas sambil menenteng tas sekolah. Ada, novel di dalamnya. Aku ingin mengembalikan novel ini, dadaku terasa berdebar lagi tidak karuan. Namun sampai bel istirahat usai yang kutunggu tak datang, kemana ya dia. Keesokan hari Kucoba duduk menunggu di perpustakaan, namun yang ku tunggu juga tak kunjung datang. Kucoba mengingat pertemuan kami sekejap , ada rasa menyesal karena aku tak bertanya siapa namanya, di kelas III Jurusan IPA atau IPS . Duh, mengapa hatiku terasa sakit kali ini.
Hari demi hari, kutunggu Abang kelasku tak pernah datang, berkali kali dengan sengaja aku duduk menunggu di sudut yang sama di perpustakaan ini, namun yang kutunggu entah di mana. Terasa sepi menyeruak , aku dilamun rindu.
“ Hari ini kita ke Perpustakaan yok , ajak Mulyati bersemangat
“ Malas, ah. Sahutku sambil merebahkan kepala di meja
“ Aku biar di kelas aja, Lagi nggak mood “ .
Begitulah , entah kenapa semangat membacaku hilang , kenikmatan mencium aroma pisang goreng sambil melahap lembar demi lembar isi buku di perpustakaan sekarang tak membuatku bergairah.
“ Sepertinya kamu sedang ada masalah , nih. Beberapa minggu ini kelihatan melamun saja . Merasa aman mencurahkan isi hati kepada sahabat , aku menumpahkannya tanpa ada yang kusembunyikan.
“ Nanti biar aku yang cari tahu ke pengajaran. Mana tahu ada siswa yang pindah ke sekolah lain. Agak susah karena kita tidak tahu namanya, tapi bereslah itu. kata sahabatku memperjelas harapan. Dua hari berlalu sampai pada pagi itu..
“ Nih, ada surat buatmu, kata Mulyati .
“ Dari siapa, kataku sambil membolak balik amplop yang bercap pos Jakarta Kota.
“ Buka aja, cepat . Mana tau ada titik terang pencarian kita “ benar juga saran Mulyati. Kubuka sampul surat berwarna putih, tertera nama dan kelasku dengan jelas dan beralamatkan sekolah
Assalamualaikum
Hai, Mawar asuhan Rembulanku..
Maaf kepergianku begitu tergesa karena kami sekelurga harus pindah lagi ke ibukota .Tentang buku itu biarlah jadi rahasia kita berdua ya. Aku sudah mulai bersekolah di sini, perpustakaannya juga penuh buku dan itu mengingatkan Abang padamu. Semoga lain hari kita bisa berjumpa. Senang bersahabat denganmu dek Aryati.
Salam : , Abiyat
“ Hanya sahabat “ kubaca berulang ulang. Ah, ternyata perasaanku terlalu berlebihan selama ini. Barangkali karena aku jarang berteman dengan lelaki makanya terbawa perasaan sendiri. Rasa rindu kecewa penuh harap bercampur aduk. Begini kah yang namanya cinta, pada pandangan pertama?
Rinai hujan beriringan dengan air mataku. Kuseka perlahan lahan sendiri . Kulipat surat putih bersih itu , kudekap erat novel yang akan kukembalikan padanya . Buku itu penyebab pertama kami bertemu. Seketika perasaanku kembali mengharu biru.
“ Oh cinta, biarlah buku itu jadi rahasia kita berdua. Biarlah kusimpan agar jadi kenangan selamanya.
Ah, Selamanya .
Kutaraja 2022