Oleh: Cut Tania Safira
Mantan Anggota Sanggar Tari Putroe Aceh di Denmark, Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Almuslim
Pada tahun 2007 saya dan teman-teman yang bergabung dalam sanggar tari Putroe Aceh, ikut memperkenalkan budaya Aceh di Denmark dengan menampilkan tarian Aceh seperti tarian Ranub Lampuan, tarian Bungong Seulanga, tarian Penganten Baroe, dan tarian Saman Inong. Sanggar ini terdiri dari anak-anak di bawah usia 15 tahun, yang dipimpin oleh kak Nurmala. Kami senang sekali dapat dikenalkan dengan sanggar Putroe Aceh atau lebih dikenal sebagai ”Dansetruppen Putroe Aceh (Prinsesserne fra Aceh) i Danmark.” Di sanggar ini kami berusaha sekuat tenaga untuk membuat masyarakat Denmark bisa tertarik dengan budaya dan tarian yang berasal dari Aceh.
Tentu tidak mudah meyakinkan masyarakat Denmark untuk bisa tertarik dengan tarian dan budaya Aceh. Namun sebagaimana pesan orangtua dan guru-guru jika kita bersungguh-sungguh, maka usaha yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Pada awal berdirinya Sanggar Putro Aceh tidak pernah ikut dalam atau melakukan perlombaan, dan kalau pun ingin melakukan perlombaan harus mendapatkan izin dari Pemerintah Denmark. Dengan inisiastif dan semangat dari pelatih sanggar, sanggar Putro Aceh di awal menampilkan tarian di jalanan saja, dengan tujuan memperkenalkan budaya Aceh. Orang yang lalu lalang di jalan banyak yang berhenti dan menyaksikan kebolehan para penari sanggar dalam menampilkan ragam tarian Aceh.
Pada awal berdirinya sanggar Putroe Aceh giat melakukan latihan di rumah dan belum bisa diterima di perlombaan-perlombaan di Denmark dan hanya bisa menampilkan di jalanan saja. Namun hal itu tidak membuat sanggar tari Putroe Aceh patah semangat. Mereka menjadi semakin bergairah untuk menampilkan tarian yang terbaik walaupun hanya melakukan penampilan di jalanan. Mereka justru begitu senang dengan respon positif dari begitu banyak masyarakat Denmark yang datang untuk melihat penampilan tarian Aceh di Kota Aarbybro Nordjylland. Kemudian memberikan begitu banyak tepuk tangan dan pujian. Bahkan beberapa dari mereka meminta untuk diajarkan.
Setelah 2 tahun menampilkan tarian Aceh di berbagai kota dan sekolah, sanggar tari Putroe Aceh mendapat undangan untuk mengikuti dan menampilkan tarian Aceh di International Dance Day (Internasional Dansens Dag) tahun 2009. Mendapat undangan ini, tentu menjadi kabar yang begitu mengembirakan bagi sanggar Putroe Aceh, sehingga membuat mereka lebih giat melakukan latihan dengan menampilkan yang terbaik.
Dalam perhelatan International Dance Day yang dikoordinir oleh Dan Events, sanggar Putroe Aceh mendapat bagian untuk tampil pada Sabtu 2 Mei 2009. Lokasi acaranya bertempat di (Fri entré) Louise Plads, Lousegade, atau tepatnya di tengah-tengah kota Aalborg. Jalan untuk sanggar tari Putroe Aceh menjadi semakin cerah setelah tampil di Internasional dansens dag karena energi positif yang diberikan oleh masyarakat Denmark.
Banyak masyarakat meminta Putroe Aceh menulis buku tentang Aceh.
Tahun Juli 2011 menjadi tahun pertama bagi Pemerintah Aarhus di Denmark memberikan izin untuk mempromosikan Aceh kepada masyarakat Denmark. Promosi Aceh yang digelar pada bulan Juli tersebut dilakukan oleh World Acehnese Association (WAA) dan House of Aceh (HoA). Kedua organisasi ini melakukan berbagai persiapan agar acara yang akan ditampilkan nantinya bisa bermanfaat bagi Aceh dan pengunjung yang hadir. Aarhus merupakan kota terbesar kedua di Denmark dan menjadi salah satu pertimbangan yang dilakukan oleh WAA untuk mempromosikan Aceh di sana.
Pada promosi tersebut WAA dan HoA mendapat tempat di sebuah lokasi yang sangat strategis di tengah kota. Tempat tersebut bernama ”Store Torv”- Aarhus. Ayah saya, Tarmizi Age selaku koordinator WAA bersama rekan-rekan yang mengorganisir pertunjukan sanggar Putroe Aceh. Selain tarian Aceh yang ditampilkan, juga menampilkan beragam hasil bumi Aceh, dan foto-foto panorama alam Aceh dan khususnya tentang Sabang, serta brosur tentang Aceh. Dari kegiatan ini komunitas Aceh di sana melalui WAA sangat berharap adanya dampak dari promosi yang dilakukan sehingga orang-orang Denmark tertarik dan berkeinginan untuk berkunjung ke Aceh. Mereka akan datang berlibur di Indonesia tidak hanya ke Bali dan Jogjakarta tapi juga ke Aceh. Bukan hanya untuk berlibur, tapi juga untuk berinvestasi atau berbisnis. Saat ini sanggar tari Putroe Acen suudah terkenal di Denmark.