Oleh Tabrani Yunis
Melanjutkan tulisan bagian pertama yang sudah diposting sebelumnya di laman Kompasiana.com edisi 19 November 2019. Pada bagian pertama tulisan itu, mengangkat judul “ Agar Masa Pensiun Tidak Galau”. Sebuah tulisan singkat yang menggambarkan tentang perasaan atau apa yang dirasakan oleh sebagian orang sedang menghadapi masa pension. Masa pension yang bagi sebagian orang adalah masa yang dinanti-nantikan, karena bisa menikmati hidup dengan tidak melakukan aktivitas rutin di kantor dan bisa menikmati hidup dengan dan beserta anak-anak dan cucu di rumah. Artinya, bisa dikatakan menghabiskan waktu pension itu sebagai waktu menikmati masa pension dengan mendekatkan diri ke rumah ibadah, seperti halnya dekat dengan masjid.
Nah, pada bagian akhir dari tulisan tersebut disebutkan bahwa agar tidak galau di masa tua, karena pension, banyak orang yang mengambil atau memerankan diri dalam berbagai peran yang mereka bisa bawa atau lakukan. Benar sekali. Begitu banyak sebenarnya bisa dilakukan oleh mereka yang kini sedang menuju masa pension. Oleh sebab itu, para pensiunan bisa mengambil peran strategis untuk tetap menjaga produktivitas yang pernah digandungi di masa muda atau pada masa-masa menjelang pension. Mereka sebenarnya masih bisa tetap produktif dengan memanfaatkan ilmu pengertahuan yang banyak, pengalaman-pengalaman yang telah dijadikan guru selama ini, juga sikap perilaku positif yang dimiliki menjadi modal yang sangat besar untuk digunakan atau dimanfaatkan secara produktif di masa tua atau di masa pension tersebut. Ini penting, karena masa pension, sesungguhnya adalah masa yang menyenangkan untuk menikmati hari tua, juga sebaliknya menjadi masa untuk tetap bekerja dan produktif, walau sudah pension. Karena masa pension bukanlah masa matinya atau terhentinya kemampuan dan sikap produktif. Jadi, juga bukan masa istirahat panjang, tetapi masa untuk membuktikan bahwa usia tua adalah masa yang bisa dijalankan dengan sangat produktif.
Tentu dengan modal pengetahuan, ketrampilan, pengalaman yang panjang serta karakter atau perilaku positif yang dimiliki tersebut, para pensiunan bisa melakukan aktivitas berbagi kepada para generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa ini. Barangkali akan banyak yang bertanya, apa yang bisa dilakukan oleh para pesiunan tersebut? Jawabannya ada banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah berbagi pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan sikap atau perilaku positif yang dimiliki.
Seorang pensiunan yang memiliki kapasitas seperti disebut di atas, bisa membantu generasi muda dengan mengajak para generasi muda, dalam hal ini para generasi milenial untuk membuat kegiatan atau aktivitas belajat bersama. Misalnya, mengajak pihak perangkat desa bekerja sama memberikan bimbingan kepada generasi muda di desa atau tempat domisili. Para pensiunan bersama perangkat desa bisa menyediakan kursus gratis kepada para generasi muda, baik yang tamatan SMA. Lulusan PT dan bahkan oran-orang yang masih berstatus menganggur. Tidak perlu terlalu ramai. Bisa maksimal 20 orang untuk satu rombongan belajar. Sebut saja, ini adalah kelas belajar bersama, dimana para pensiunan bisa menjadi sebagai motivator, inspirator dan bahkan bagi yang memiliki kekuatan finansial, bisa memodali mereka bila ada yang ingin mengembangkan kemampuan entrepreneurship.
Kegiatan berbagi ilmu, pengetahuan, ketrampilan, serta pengalaman kepada generasi muda ini, akan memberikan manfaat, bukan hanya kepada generasi muda yang mau menindaklanjutinya, tetapi juga manfaat yang diperoleh oleh para pensiunan itu sendiri. Ada banyak keuntungan yang dipetik oleh para pensiunan yang mau berbagi tersebut. Beberapa di antaranya adalah, pertama, dengan berbagi tersebut para pensiunan bisa mengisi masa tua mereka dengan hal-hal yang bermabfaat dan mendatangkan pahala bagi diri mereka. Ini adalah waktu luangnya untuk menambah amal kebaikan. Ya, ini adalah kegiatan beramal, karena membantu banyak orang dengan kapasitas yang dimiliki. Kedua, dengan berbagi, sesungguhnya para pensiunan ini dapat mereproduksi pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki. Sebab, semakin banyak yang dibagi, sesungguhnya semakin banyak pula yang diraih. Sebab, ketika itu dibagikan kepada orang lain, dalam proses berbagi tersebut, pengetahuan, pengalaman dan bahkan ketrampilan yang ada akan semakin menguat dan tidak pernah hilang. Ketiga, kegiatan seperti ini adalah kegiatan yang menghalau semua perasaan galau di masa pension.
Maka, alangkah positif dan bermanfaatnya bila para pensiunan mau melakukan hal ini. Bantuan lewat kegiatan berbagi ilmu ini, tentu tidak dapay dinilai dengan uang, karena nilainya jauh lebih besar dari uang yang kita peroleh ketika kita mendapat honor dalam berbagi. Oleh sebab itu, ada baiknya para pensiunan mengorganisir diri dalam kelompok lansia produktif. Setelah ada kelompok tersebut, para pensiunan bisa mengambil peran masing-masing untuk berbagi. Dengan demikian, masa pension dapat digunakan oleh para pensiunan secara produktif. Semakin banyak, yang dibagi, Insya Allah semakin banyak yang dapat tertanam dalam pikiran dan akan terus tumbuh menjadi amal jariah. Selayaknya dimulai sekarang.