*Doa Zakaria*
demi alam yang lebam
aku bersaksi bahwa doalah jawaban segala gundah
kutajamkan jari-jari, menjulur pada semesta
membelai-belai wajah arsy pada udara
bertawassul pada ruh seluruh anbiya
agar diksi doaku jadi buraq
berderap cepat dari ujung lisan ke depan singgasana-Nya
demi doa yang mengalir dari raga sajadah
kuingin petik sebuah buah
dari rindang pokok rahmat-Nya
sebab telah sejak lama kuinginkan semilir angin
menerbangkan bunga dandelion ke ladang riwayatku
terbang ke ladang baru yang humus
menjadi bunga baru
dan kan kupanggil itu Yahya
demi mimpi yang tak pernah kuizinkan karam
malam-malamku batu karang
walau segala cacian menerjang
seperti gelombang yang garang
tiang iman yang tancap di fuadi
adalah risalah kepasrahan diri
seakan diri debu di genggaman Robbi
Sumenep, 23-05-2022
*Yukabad dan Permainan Nil*
sepanjang aliran nil
air mata mengalir
dengan keranjang doa, Yukabad
ghilman yang lentera ia layarkan
tentu ada ratapan
juga hujan dan topan
hingga hutan hujan di jiwanya jadi rawa
berbulan-bulan
isakmu telah jadi segara
lewat warta angin, kau temukan kembali bulan yang sirna
maka setiap denyut cahaya yang temaram
seakan menuntunmu untuk mensyairkan gurindam pertemuan
dan kau tahu bahwa bumi selalu memiliki cara
untuk membuat awan tak pernah lupa
pada lautan yang melahirkannya
maka, air susumu mendapatkan dermaga tuk bersauh
itulah lidah Musa yang penuh berkah
dan seakan mengkultuskan nasab darah
diketahuinya bahwa ovariummulah
muasal dari segala arah
Sumenep, 23-05-2022
*Awal Sejarah*
tiada badai yang lebih badai
dari badaimu Adam
kala surga menutup diri
itulah kehancuran paling jurang
tubuh seakan luber jadi genang
wajah tak mampu mendongak
dihunus tatapan-Nya yang runcing tombak
tiada luka yang lebih luka
dari lukamu Adam
lewat Khuldi puinglah segala mimpi
damai hati kini jadi suram hari
rembes gelombang lara tetes dari matamu yang sengsara
dan lisanmu jadi rimbun hutan membuahkan istighfar
tiada sesal yang lebih sesal
dari sesalmu Adam
diturunkannya kau ke ardi
membawa murka samawi
beban seberat bulan kau angkut di pundak
dan bumi seakan menjadi rintangan
diberikannya kau jarak yang jauh membentang
untuk sekedar mengamini pertemuan
tiada gelisah yang lebih gelisah
dari gelisahmu Adam
selepas jatuh, waktu menyadarkanmu
bahwa zawjahmu entah dimana berada
maka pencarian yang gersang kau lalui
sementara coklat tanah dan ranum hutan selalu menghantui
berkata mereka, “inilah wujud hukuman”
Sumenep, 23-05-2022
Penulis lahir di Sumenep pada tanggal 01 Agustus 2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021, salah satu pembina SSA (Sanggar Sastra Al-Amien). Saat ini sedang melanjutkan pendidikannya di IDIA (Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien), sembari mengabdikan diri di TMI Al-Amien Prenduan. Bergabung di KEPUL. Bisa dihubungi melalui WA; 081331106537, email; ozijenius02@gmail.com, ig; @zeal0108.