Oleh Ahmad Rizali
Berdomisili di Depok
Sebelum Yogya penuh turis akhir pekan ini, kami sudah mencicipi beberapa situs kuliner yang sangat terkenal, tetapi baru kukenal. Padahal sudah tak terhitung berapa kali saya mampir ke Yogya, situs mi Jawa Kadinndi dekat stasiun lempuyangan dan Je Jamuran di jalan arah Magelang Sleman.
Mi Jawa Kadin mbah Harto ini konon sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Pantas begitu maknyus dan meski karena pengudapnya begitu banyak, sehingga kami harus menunggu nyaris 30 menit. Orkes keroncong musisi jalanan setia menghibur dengan lagu lagu klasik oleh buaya kroncong bersuara emas tak “bermerk” seperti Toto Salmon atau Soendari Soekotjo.
Singkat kata, wedang tape dan wedang bajigur terhidang dengan bakmi Jawa uritan, paha ayam dan hati ampela. Ternyata lamanya penyajian karena pesanan kami terlalu beragam, tetangga meja kami padahal jumlahnya lebih banyak, karena hanya pesan sejenis, bakmi “generik” nyemek, dilayani 60% lebih cepat.
Mi Jawa Kadin ini strongly recommended, rasa bumbunya berani dan porsinya menghibur kita yang kelaparan menunggu. Cobalah “klethus” cabe rawit yang terhidang dan taburi sedikit merica, dijamin angin yang sudah kepalang masuk di badan akan segera keluar, apalagi sembari ikutan “rengeng rengeng” keroncong moritsko, wuih….
Yogya dengan kuliner tradisi dan musik dan musikus jalanan memang ….. tiada lawan.
Bagian2
Penyanyi keroncong yang langsing bererambut putih gondrong dan berkumis jenggot serba putih bercerita bahwa orkes keroncong mereka sudah mengikuti warung Mi Kadin ini lebih 20 Tahun “sudah sejak tempatnya di sana pak….” ujarnya menyebut lokasi yang lupa kuingat. Sembari bersalaman, kulirik toples plastik tempat uang saweran, wuih yang terlihat gumulan uang kertas 5.000 di dalamnya, 2.000 dan 10.000 di antaranya. Ini belum musim libur, alangkah gembiranya mereka saat liburan dan pengudap antri melahap Mi Jawa dan Bajigur atau Wedang Tape warung Kadin.
Malam berikutnya kami “ziarah” ke situs kuliner Je Jamuran di Sleman. Ikuti jalan raya dari Yogya menuju Borobudur, pasang mata dan saat ada plang “Je Jamuran” bersiaplah memutar balik dan memasuki jalan kecil, hanya 1 km dari jalan raya Yogya Magelang itu tibalah kita ke lokasi warung yang sangat luas dan saat itupun penuh “penziaroh” kuliner.
Menu Sate dan Tongseng andalan langsung kami pesan, es dawet, telur dadar dan sop serta lumpia tak lupa melengkapi. Jangan kaget, semua serba jamur kecuali piring dan cangkirnya yang non jamur.
Alamak, Sate dan Tonsengnya serasa daging kambing…!! Sop dengan telur puyuh jamur juga sungguh lezat. Warung besar ini cepat menyajikan penganan dan sejuk karena sirkulasi udara yang baik, beda dengan Mi Kadin yang alon alon waton kelakon.
“kita bisa makan tanpa merasa berdosa mas…” ujar kolega yang harus berdiet, dia benar kecuali jika ada yang harus menahan diri memakan kuah santan, carilah menu lain yang apepes dan rebusan saja. Cobalah unuk ditambah garam sedikit dan minta irisan cabe rawit unt menambah semangat makan…. wuih, kemlakaren masbro.
Yogyakarta ? What a wonderful life…..