Pengalaman Mengikuti Muskohcab ke XXXV HMI Cabang Banda Aceh.

Oleh Ulfi Zamrida

Saya Ulfi Zamrida, salah satu kader HMI Komisariat FKIP USK yang turut mengikuti acara Muskohcab ke XXXV HMI Cabang Banda Aceh. Jujur, sebenarnya saya belum pernah mengikuti acara musyawarah, baik di kampus maupun di luar kampus. Awalnya saya merasa keberatan dan tidak mau mengikuti musyawarah tersebut lantaran merasa belum berpengalaman. Ada rasa takut terlihat seperti orang bodoh di dalam forum musyawarah nantinya. Tapi pada akhirnya saya mau mengikuti forum musyawarah tersebut dikarenakan dipercaya oleh ketua Kohati komisariat yang saat itu mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat calon ketua Kohati Cabang, untuk mengikuti forum Muskohcab tersebut sebagai peserta penuh dari kohati  HMI komisariat FKIP USK.

Tak hanya itu, alasan saya mau mengikuti Muskohcab tersebut karena sebuah tanggung jawab moral saya sebagai salah satu kader Kohati HMI FKIP USK dan saya juga berpikir bahwa dengan mengikuti Muskohcab adalah bagian dari proses bagi saya dalam ber-HMI. Dari proses tersebut saya bisa belajar dan mengambil manfaat darinya sebagai pengetahuan dan pengalaman bagi diri saya nantinya.

Banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan dari mengikuti forum Muskohcab ke XXXV Cabang Banda Aceh yang diadakan pada tanggal  25 Februari 2022 dan berakhir pada tanggal 4 Maret 2022 lalu. Adapun manfaat yang saya dapatkan di antaranya, dengan mengikuti musyawarah, melatih kita untuk berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan argument kita serta menimbulkan rasa percaya diri ketika dipersilahkan untuk mengemukakan argument tersebut. Bukan hanya semata-mata membuat dan mempertahankan argument, kita juga belajar caranya menghargai pendapat orang lain serta belajar mengontrol emosi kita atas sesuatu pendapat yang tidak sejalan bahkan yang merugikan bagi kita sendiri.

Terkadang di dalam forum ada orang yang  berbuat tidak sopan dan bahkan anarkis ketika pendapatnya tidak diterima. Itu hal yang biasa terjadi barangkali. Dari hal itu melatih mental kita agar siap menghadapi kondisi dan situasi apapun yang akan terjadi, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih berani.

Sebelum mengikuti musyawarah, kami bergabung dalam sebuah timses untuk pemenangan salah satu kandidat. Dalam sebuah tim tentunya melibatkan banyak orang dan di dalam tim kami bergabung 15 orang Kohati komisariat yang sama-sama berjuang untuk tujuan bersama. Kami semua yang tergabung dalam tim tinggal di sebuah tempat yang sama, makan bersama dan tidur pun bersama. Kami merasakan nasib yang sama saat itu. Kami menempati satu kamar hotel untuk 15 orang tim. Bayangkan saja bagaimana berdesakannya kami di dalam kamar tersebut, tapi itu bukan sebuah masalah bagi kami. Di situlah kami belajar bersabar dan berusaha rendah hati untuk berbagi tempat tidur dengan kawan lainnya.

Sebelum memasuki forum musyawarah, terlebih dahulu kami sama-sama belajar menyusun strategi di dalam forum dan itu kami lakukan berulang kali hingga persiapan kami matang. Di dalam sebuah tim kami belajar kekompakan, komitmen, dan kesetiaan. Kami saling melindungi dan memperhatikan satu sama lain. Sehingga terjalinlah sebuah relasi diantara kami dan dari situlah kami mulai berteman sampai saat ini.

Sekarang saya sudah mendapat pengalaman bagaimana jalannya sebuah musyawarah. Terkadang orang-orang bisa berubah karena sebuah kepentingan, di situlah kita bisa mengenal karakter-karakter orang lain.  Walaupun di dalam forum menjadi lawan, tetapi diluar forum kita semua adalah teman.

Sekian aja dulu….