Savitri Jumiati
Wahai langit persada
Apakah kita telah melarikan dogma
ke rahim muara
Sedang banyak kalbu tertidur pulas
Membawa topeng keangkuhan kata
Mereka tak pernah dengar
Suara suara rindu setengah tergapah
Entah kemana pergi jiwa jiwa gagah perwira
Melupa ingatan hikayat tempo dulu
Lantas sembunyi di balik ketiak bumi
Wahai langit persada
Apakah kita mengakrabi
Desir angin merta udara
Yang lepas terbangkan ranting dedaun
hijau ke tanah basah
Sedangkan mata nurani telah terbuta
Apakah mereka cukup mengetahui
Isi akal kepalanya sendiri
Sedang otak itu mencengkram lantangnya kaprah
Sebuah pengakuan ternoda serapah
Wahai langit persada
Apakah kita telah mengenali
Teriak pedih rakyat jelata
Ketika menjadi segumpal darah
Lahir dari seorang perempuan senja tua
Saat itu bendera merah putih
Telah berkibar tegak
Tanpa penghormatan dan tanpa tanda jasa
Kini ladang ladang sudah tandus merata
Tiada air mengalir dari sungai sungai
Tiada air mengalir dari percikan ngarai
Harum persada luput sudah
Dari hati di dada perkasa
Sudah pecah dengan tangan dan bibir penuji
Telah tercekal rakyat jelata mati tanpa suri tauladan
Tumpah bangkai bangkai simbol tercerca
Wahai langit persada
Tengoklah angkuh mendramatisir
Menyalaki prilaku sebuah peradaban bumi
Lihatlah sang congkak mengumbar tipu
daya muslihat
Lupakah tuan
Lupakah puan
Tentang hak kalbu suara suara jiwa
Bila kemerdekaan tanah negeri nusa bangsa telah punah
Apakah moral gerapahi seperiuk tembolok kemunafikan
Sedang yang termati tiada mengharap apa apa
Tidurlah di atas permadani kertas kertas tak bernyawa
Lelap dalam nepotisme acuan kuda liar
Wahai langit persada
Dengarlah ini
Ketika matahari terbit di ufuk barat
Aku datang hampiri sajak khatulistiwa
Tanpa senjata dengan pena kalimat
Liar melalang buana
Sebab aku ingin hidup seribu tahun lagi
Mengepak dalam sajak rindu
Menyebrangi laut samudera biru
Dapat duduk di gubuk jati
Dengan sajak rindu di langit persada
Bekasi 12 Maret 2022
Telaga Sastra Cinta “Savitri J (Saju)”