Recommended

Most Popular

Buku, Perjalanan dan Dongeng

Oleh Ahmad Rizali

Berdomisili di Depok

Postingan Terkait

Membayangkan saya akan duduk di KA selama sedikitnya 9 jam pp, Stasiun Gambir Jakarta-Stasiun Pasar Turi Surabaya, saya memilih sebuah buku. To Kill A Mockingbird, karya Harper Lee terjemahan dalam bahasa Indonesia beruntung saya pilih, apalagi saya selama ini hanya membaca resensinya saja, belum tuntas membacanya.

Harper Lee mengingatkan saya masa kecil yang penuh petualangan di kota kecil Banjarbaru. Ketakutan atas mitos hantu di sebuah rumah, perasaan “exiting” di awal masuk sekolah, kegembiraan musim libur, asiknya membaca dan kesoktauan guru yang kaget anak masuk SD sudah mampu membaca dan lain sebagainya.

Selain itu, jika Miss Scout, gadis kecil dan Jemm kakak lelakinya asik di rumah pohon semasa liburan dan berkelahi serta berdamai dengan kawan kawan kecilnya. Kami asik klayapan di hutan perdu sekitar kota Banjarbaru dan asik mandi di guntung pekat dan guntung payung serta membuat bivak di tengah hutan perdu dan memasak.

Buku itu belum selesai saya baca, dan sungguh ketika membaca dalam perjalanan kali ini saya teringat ucapan Santo Agustinus, bahwa “A Man who does not travel, just like he/she only reads one book”. Jadi saya sudah membaca satu buku plus “buku perjalanan”.

Agustinus benar belaka. Namun, perjalanan tak akan menjadi berjilid jilid buku, jika mereka tak menikmati prosesnya. Ketika mereka selama perjalanan hanya tidur, sejak berangkat dan bangun ketika tiba. Merek yang selama perjalanan hanya menonton hiburan di TV dan di gawainya. Celakanya, merekapun tak membawa satu bukupun untuk dibaca. Sehingga perjalanan mereka adalah ruang nisbi yang tak eksis dalam kehidupannya.

Saya berkisah, maka saya Lelaki. Satre mengatakan bahwa seorang lelaki adalah seorang yang selalu menjadi pendongeng, dia hidup dikelilingi kisah kisahnya dan kisah kisah orang lain. Dia melihat segalanya yang terjadi lewat mereka, dan dia mencoba menyemarakan hidupnya seperti dia menceritakan sebuah kisah. Sartre benar pula, oleh karena itu saya mendongeng saat ini dan saya lelaki.

Apakah hal itu hanya monopoli seorang lelaki ? Saya pikir tidak. Satre mestinya menulis hal itu karena dia seorang lelaki dan saya sebagai sesama lelaki membenarkannya. Dan saya tak memiliki otorisasi dan keberanian untuk menjeneralisasi apakah ucapan Sartre berlaku untuk perempuan.

Buku, perjalanan dan dongeng adalah eksistensi seorang lelaki, setidaknya saya. Apakah kalian para lelaki setuju dengan saya?

Redaksi hanya melakukan penyuntingan teknis, seperti: - Mengoreksi kesalahan ejaan, tanda baca, dan struktur kalimat. - Mengatur format dan tata letak teks. - Memastikan konsistensi gaya penulisan. Namun, redaksi tidak melakukan perubahan pada: - Isi dan substansi teks. - Pendapat dan opini penulis. - Data dan fakta yang disajikan. Dengan demikian, penulis tetap bertanggung jawab atas isi dan substansi teks yang ditulis.

Kisah Seorang Pria
Izinkan aku bercerita tentang seorang pria...
Eros, Thanos dan Kita
“manusia dianugerahi akal yang denganakal itu,...
Membaca Sebagai Lifestyle
Feri Irawan Kepala SMK Negeri 1...
Korupsi, Kapankah Berakhir?
Oleh: Siti Hajar Korupsi dalam sektor...
Bir Pala darı Negeri Tuan Tapa
Oleh Teuku Masrizar Selesai makan siang...

SELAKSA

Welcome Back!

Login to your account below

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Add New Playlist